Apa itu perang harga?
“Perang harga” merupakan kondisi persaingan di mana pelaku bisnis akan terus menurunkan harga dengan tujuan untuk menarik banyak konsumen dan meningkatkan penjualan. Biasanya ini terjadi di antara beberapa kompetitor bisnis dengan produk dan layanan yang sama. Kalo terus menerus dilakuin, muncul persaingan yang gak sehat antara pelaku bisnis. Mereka hanya fokus di harga, tapi enggak dari sisi kualitas, apakah make sense ketika pelaku bisnis menurunkan harga dengan intens, dan di saat yang sama juga menaikkan kualitas?
Lebih baik jadikan value produk sebagai indikator
Sebenarnya harga bukan satu-satunya faktor para konsumen tertarik untuk membeli sebuah produk. Coba deh liat produk-produk mahal di kelasnya, seperti produk Apple, Starbucks, The Body Shop, Bath and Body Works, dll. Harga yang ditawarkan bisa berkali-kali lipat mahalnya, tapi apakah itu membuat orang berhenti untuk membeli produk tersebut? jawabannya udah pasti tidak. Kenapa? karena mereka gak mentingin rendahnya harga, tapi mereka justru mentingin ke value produk.
Perang harga vs. perang value
Di perang value, pelaku bisnis mengutamakan value dari setiap produk yang dijual. Value tersebut bisa terdiri dari kualitas, cara pemasaran, brand image, dsb. Misalkan nih ya, kayak Apple, mau Apple itu mahal banget dibandingkan Android, tapi tetep aja istilahnya orang rela sampai antri untuk dapetin produk Apple. Alasannya satu, karena kualitas yang ditawarkan Apple emang gak main-main. Merek handphone apa yang kalo dipake buat merekam konten buat media sosial hasilnya se-jernih Apple? hampir gak ada.
Baca juga: Gimana Sih Bikin Value Proposition Yang Kuat?
Sama seperti Starbucks, orang rela beli kopi dengan harga sampai Rp 50.000,00, karena brand image yang ditampilkan oleh Starbuck sebagai tempat anak-anak muda nongkrong, rapat, sampai dengan begadang ngerjain tugas. Hal-hal yang berkaitan dengan value yang lebih dicari oleh konsumen, ketimbang ngomongin harga mana yang lebih murah.
Dampak jangka panjang dari perang harga
Kalo pelaku bisnis masih aja kekeuh untuk melakukan hal tersebut, seperti yang dikutip dari Harvard Business Review, terdapat konsekuensi yang cukup serius. Pertama, bukan gak mungkin, akhirnya pelaku bisnis yang gak ikutan menurunkan harga sampai mati-matian malah jadi collapse, karena gak mengikuti tren yang ada dan permintaan pasar malah shifiting ke harga yang murah. Trus kedua, dari sisi perusahannya sendiri, karena margin keuntungan yang rendah, maka fixed cost juga akan sulit buat tertutupi, misalkan gaji karyawan.
Selanjutnya adalah, ada di penurunan kualitas produk. Kayak yang dijelaskan di atas, pelaku bisnis jadi gak fokus dengan kualitas, tapi fokus gimana caranya bikin harga jadi semakin murah. Pokoknya harga turun, konsumen banyak datang. Terakhir adalah mengenai loyalitas konsumen, kalo konsumen terus diiming-imingi dengan harga murah, dan tiba-tiba perusahaan menaikkan harga, tapi gak diikuti dengan peningkatan harga. Pertanyaannya, apakah konsumen akan tetap beli produk tersebut?
Yuk mulai perang value!
Ketimbang menurunkan harga sampai murah banget dan saingan sama kompetitor, percaya deh, gak akan ada habisnya yang kayak gitu. Lebih baik utamakan value dari produk dan berikan pelayanan terbaik untuk para konsumen. Soalnya target pasar pun sebenarnya tuh luas banget, ada aja orang-orang yang rela beli produk mau se-mahal apapun, asalkan kualitasnya oke dan mereka suka.
Nah, sekarang udah ada titik terang kan, kenapa sebaiknya pelaku bisnis gak melakukan perang harga, mendingan perang value aja, sih. Iya gak?