Pada 28 Maret 2019, Simona Accelerator yang telah mengadakan program bootcamp dalam APAC Women Founders Accelerator selama tiga hari merayakan kelulusan sebelas startup yang berpartisipasi dalam Demo Day di Menara by KIBAR. Simona Accelerator merupakan besutan dari Simona Ventures, sebuah wadah yang menyediakan akses dan kesempatan untuk pemberdayaan bisnis dan inisiatif yang pro-perempuan dan bermaksud menutup kesenjangan gender.
Putri Izzati, Managing Partner dan inisiator Simona Ventures menjelaskan mengapa hal ini penting untuk dilakukan. “Sejak saya berkecimpung di dunia startup tahun 2011, Indonesia telah membuat banyak progres di arena digital. Namun, tidak demikian dengan jumlah perempuan yang menduduki peran pemimpin dan pembuat keputusan.”
Hal ini diamini oleh Nicole Yap, VP Strategy dari Digitaraya, yang menjadi kolaborator Simona dalam meluncurkan akselerator ini. “Di Asia, terutama Indonesia, belum banyak kisah sukses dan role model perempuan di bidang ini. Sulit untuk menciptakan perubahan apabila jumlah orang yang mendorong agenda ini tidak cukup. Padahal, memiliki rasio gender yang berimbang itu sangat penting karena semakin banyak orang dari latar belakang dan pengalaman berbeda menjamin semakin banyaknya perspektif yang lebih kaya. Ini membawa kepada solusi yang inovatif. Oleh karena itu, Simona Accelerator membawa talenta dari berbagai negara dengan keahlian dan pengalaman yang berbeda untuk mengembangkan dan memperkuat ekosistem startup di Indonesia.”
Program bootcamp ini diadakan dari tanggal 25-27 Maret 2019 dan menyertakan 11 startup dari 10 negara di Asia Pasifik. Kesebelas startup ini adalah AVANA (Malaysia), FUSE (China), Gadjian (Indonesia), Glazziq (Thailand), Kono (Korea Selatan), PolicyPal (Singapura), Roshni Rides (Pakistan), Seekmi (Indonesia), Snooper (Australia), StyleGenie (Filipina), dan ViralWorks (Vietnam).
Selama tiga hari, para peserta menerima immersion program dalam bentuk mentorship dari Googler, berbagai pemain kunci dan ahli di industri digital, serta berjejaring dengan para pemimpin komunitas dan inisiator startup lainnya. Kurikulum yang dirancang untuk membantu para peserta memahami lebih dalam ekosistem Indonesia ini diharapkan akan membawa berbagai pemain startup perempuan dari negara-negara tetangga untuk memperkaya ekosistem startup di Indonesia.
Sebelum memulai kegiatan pitching yang ditunggu-tunggu, kegiatan ini dibuka oleh berbagai pemaparan dalam format keynote speech. Sesi pertama dibuka oleh Sonny Sudaryana (Kepala Seksi Penerapan Aplikasi Informatika, Kemenkominfo), yang memaparkan tentang topik Government 4.0 dan upaya-upaya pemerintah dalam mendukung ekonomi digital sampai saat ini.
Selanjutnya, Bruce Delteil (Partner McKinsey & Company Indonesia) dalam sesi keynote “The Power Of Parity, Advancing Women’s Equality” mengemukakan bahwa “51% dari pemilik Usaha Kecil Menengah di Indonesia adalah wanita, lebih baik bila dibandingkan dengan persentase global yang hanya sebesar 34%.
Sesi pitching yang dilakukan oleh para startup berlangsung seru, terutama saat para startup harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mendorong mereka untuk berpikir lebih dalam bagaimana mengembangkan bisnis-bisnis yang mereka dirikan. Dalam Demo Day ini, kesebelas startup peserta mempresentasikan hasil gemblengan mereka selama tiga hari di depan para juri yang semuanya terdiri dari perempuan. Mereka adalah Yoonmin Cho (Program Manager, Google for Startups), Crystal Widjaja (Co-founder & Advisor Generation Girls), Tammie Siew (Investment team, Sequoia Capital), dan Veronica Utami (Head of Marketing, Google Indonesia).
Kemudian, di sesi diskusi panel yang menghadirkan Jane Cheng (Strategic Partners & Development Leads, VC & Startups, Google), Shinto Nugroho (Chief Policy & Government Relations, GO-JEK), dan Lalitha Wemel (Regional Manager – APAC, Techstars).
Terdapat sejumlah wawasan-wawasan yang menarik dan dapat dipetik oleh para hadirin. Lalitha Wemel mengatakan, “Kita harus mulai sekarang. Setiap kali kata “perempuan” disematkan dalam sebuah acara, biasanya perempuan-perempuan yang terbiasa bersembunyi akan lebih percaya diri untuk berpartisipasi, terlibat, dan berbicara.”
Shinto Nugroho juga menekankan pentingnya mentorship bagi sesama perempuan. “Untuk melibatkan lebih banyak perempuan, kita membutuhkan perubahan struktural. Dengan menempatkan lebih banyak pemimpin perempuan, talenta-talenta perempuan pun akan memiliki mentor perempuan. Jika kita mau menjadi pemimpin perempuan, kita harus berkolaborasi. Perempuan itu adalah kolaborator yang terbaik, tetapi sayangnya kita sering melupakan diri sendiri. Kita terlalu berfokus untuk mendukung sesama perempuan, sampai lupa untuk mendukung diri sendiri.”
Demo Day ini diakhiri dengan sesi berjejaring. Sesi ini merupakan sesi terpenting bagi para pemain startup, karena di sesi inilah mereka bisa mengenal satu sama lain dan membuka peluang yang lebih besar untuk mengembangkan inisiatif yang mampu menutup kesenjangan gender di Indonesia.
Simona Ventures berharap, melalui Simona Accelerator, mereka dapat memberdayakan pemimpin perempuan di ranah digital. “Dari sini kami akan terus bekerja sama dengan para partner strategis untuk membangun jalur-jalur dan menemukan cara paling efektif untuk memberdayakan pendiri perempuan dan menginspirasi generasi perempuan yang berwirausaha ke depannya,” kata Putri Izzati.