Make a statement with our store’s best-selling cartier replica, delivering a blend of sophistication and affordability that captures attention.
cloni orologi di lusso a poco prezzo famosi, dove trovare migliori repliche rolex recensioni, riconoscere imitazioni orologi siti sicuri.
Cheap Replica Watches We Sell The Best AAA Swiss replica watches for the Best Place for Rolex Clone 1:1 Watches Website. Shop Now!
Hochwertige fake uhren Luxusuhren sind wegen ihres niedrigen Preises beliebt. Unsere Luxus-Replikatuhren werden aus den besten Materialien hergestellt.
Kaufen Sie rolex superclon Online. Deutschlands großer Online Replica Shop von Fake Rolex Uhren. Lieferung direkt aus Deutschland, kein Zoll, kein Risiko.
bell&ross replica watches are stable and precise, and like the Breitling Chronomat replica watches.
Mengenal Apa Itu Populisme & Dampaknya Bagi Demokrasi – Pemilu 2024 udah makin deket, ditandain sama makin banyaknya isu dan pembahasan politik yang mulai bermunculan di media. Salah satu isu yang biasa mencuat adalah isu tentang populisme. Menurut sebuah jurnal yang berjudul “Populisme Berwajah Politik Identitas Keagamaan di Indonesia”, populisme merupakan suatu ideologi yang membelah masyarakat jadi dua kubu. Yaitu “kaum rakyat” dan “kaum elit”.
Maksudnya apaan tuh? Jadi, dalam populisme, ada kepemimpinan dan retorika politik yang ngejar dukungan rakyat dengan klaim mewakili “kaum rakyat”. Nah mereka ini memposisikan diri sebagai lawan “kaum elit” yang dianggap gak sensitif terhadap kebutuhan dan keinginan mereka.
Isu populisme ini semakin rumit karena di Indonesia sendiri isu ini berdekatan sama politik identitas yang gunain ras, agama, dan budaya sebagai alat untuk kampanye. Tentu, hal ini bisa mencederai demokrasi dan mengancam integritas negara kita.
Biar makin paham, kasih contohnya dong!
Banyak banget contoh kasus populisme di dunia, salah satu contoh populisme yang cukup populer adalah saat Hugo Chavez, politisi Venezuela yang melakukan kampanye pada tahun 1998 dan menuduh pemerintah yang berkuasa terlalu abai dan gak peduliin ekonomi negaranya.
Nah, dalam hal ini, Chavez memposisikan dirinya sebagai “kaum rakyat” karena merepresentasikan kegelisahan dan negara yang sedang dilanda inflasi. Lebih lanjut, ia juga menuding pemerintah saat itu sebagai “kaum elit”. Strategi ini membuat rakyat bersimpati dan membuat ia memenangkan kontestasi politik pada saat itu.
Di Indonesia sendiri, kita bisa ngeliat contoh populisme pas Pilkada Jakarta pas Anies-Sandi melawan Basuki-Djarot. Saat itu, Anies-Sandi menggunakan narasi populisme yang terkesan sangat pro-rakyat. Misalnya penyediaan rumah DP 0 Rupiah, pendidikan berkualitas lewat Jakarta Pintar Plus Plus, dan juga penyediaan lapangan pekerjaan baru lewat OKE OCE. Narasi ini tentunya jadi bekal populisme Anies-Sandi karena mewakili “kaum rakyat” saat itu.
Populisme Anies-Sandi juga dapet momentum lewat munculnya politik identitas dari kepentingan dari kelompok Islam yang menolak calon gubernur dari tokoh non-muslim karena dugaan penistaan agama yang menyangkut Ahok. Hal ini otomatis narik perhatian dan simpati masyarakat ke Anies-Sandi. Alhasil, mereka yang menangin pilkada saat itu.
Apa bahaya populisme buat demokrasi? Terus, bakal terjadi gak di Pemilu 2024 nanti?
Populisme bisa sangat berbahaya buat demokrasi kita, terlebih kalo populisme ini berafiliasi dengan politik identitas yang membawa suku, ras, agama, dan budaya. Populisme bisa menciptakan polarisasi dan bisa menghancurkan dialog politik yang sehat.
Alih-alih beneran fokus sama isu yang terjadi di masyarakat, populisme justru menunggangi isu tersebut demi kepentingan pragmatis. Sosok populis yang “kharismatik” bisa manfaatin isu yang lagi ada di masyarakat demi dapetin suara. Kalo hal ini terus terjadi secara ekstrim oleh satu sosok pemimpin, pengambilan suara secara kolektif bisa terkikis dan mengurangi prinsip demokrasi yang ada.
Sebagai ideologi politik yang udah ada sejak lama, mungkin aja populisme bisa terjadi di Pemilu 2024 nanti. Berbagai macam isu bisa ditunggangi demi menarik suara. Isu “rakyat mayoritas”, “rakyat sengsara”, “rakyat pribumi”, “rakyat baik” dan isu-isu kayak politik identitas dan SARA bisa aja naik. Kita sebagai pemilih, harus hati-hati sama strategi politikus supaya gak terjadi perpecahan.
Untuk menemukan konten menarik lainnya seputar isu anak muda, yuk kunjungi profil Instagram Ziliun! dan jangan lupa di-follow juga!