“Hah? Bikin website busuk kayak gitu aja habis 140M?!”
“Apa-apan tuh, website copy-paste aja duitnya segitu amat! Nggak yakin deh, pasti duitnya dikorupsi tuh!”
“Pemerintah kita tuh identik dengan apa-apa di-proyek-in ya?”
“Wah, duit segitu mah bisa buat benerin sekolah rusak yang jumlahnya ribuan itu. Pemerintah itu goblok atau gimana sih?”
“Ah, jadi pemimpin kok dari dulu gitu-gitu aja. Nggak nambah tingkat kecerdasannya!”
Tertanda, tukang protes.
Sebagian dari kamu pasti udah bisa nebak ini lagi bahas apaan. Iya, meski udah diklarifikasi bla-bla-bla, dan kita nggak tau ya yang mana yang bener yang mana yang salah. Tapi ada satu hal menarik yang masih nyentil saya.
Memang bener, ada yang bilang kalo pemerintah kita itu apa-apa diproyekin, dikit-dikit duit. Bahkan nggak jarang bikin event nggak jelas cuman buat ngabisin dana APBN dan APBD. Pokoknya kalau tahun ini nggak bikin acara dan nggak bisa ‘narik duit’, tahun depan bakal nggak ada anggaran masuk buat pembiayaan ini itu dan sebagainya. Akibatnya? Lahan korupsi menipis (mungkin?).
Itu dulu sih, apakah sekarang masih sama? Entah, tapi sepertinya masih ada. #eh
Saya nggak nuduh, tapi coba tengok event-event yang diselenggarain pemerintah. Dinas P misalnya, yang ngadain acara pemilihan duta A sampai Z. Mengajukan anggaran sekian ratus juta hingga milyaran, acc. Lalu bagaimana dengan outputnya? Para duta itu ‘nganggur’ karena nggak ada program yang bisa dijalankan. Ada manfaatnya buat rakyat?
Ketika masih ada yang buang-buang duit rakyat, kita mah bisa apa coba selain nyadarin mereka? (‘Nyadarin’, bukan terus mengkritik!) 😐
Baca juga: Saat Bule Lebih Peduli Daripada Pemerintah Sendiri
Saya belakangan mulai menghilangkan stigma negatif terhadap pemerintahan, sedikit. Saya tau mereka yang menjabat adalah orang-orang ‘pintar’ karena kenyataannya saat ini mereka adalah pemimpin. Yang ingin saya garis bawahi, sampai kapan para pemimpin ini mau dibodohi oleh orang lain yang lebih pintar dan hanya ingin memanfaatkan?
Ada pemimpin yang nggak berniat korupsi, tapi karena dia ‘dijebak’ maka mau nggak mau nyemplung juga ke jeruji besi. Ada pemimpin yang memang nggak tau apa-apa, ngurus ini itu nggak mudeng dan modal percaya sama bawahanya, pokoknya tau beres. Iya kalo beres? Kalo enggak? Modal percaya sama bawahan aja nggak cukup bro, jadi pemimpin itu musti mau turun ke lapangan. Jangan mau dibodoh-bodohin sama orang lain!
Di kasus pembuatan website yang konon katanya menghabiskan dana selangit itu, bisa jadi pemimpinnya memang clueless: nggak tau harga pasaran bikin website berapa, atau parahnya lagi nggak ngerti itu template-nya bakal sama kayak website sebelah. Harusnya sih sebelum website itu dibuat, ibu pimpinannya ikutan turun langsung ke lapangan, minimal nyari tau informasi secara global tentang pembuatan website yang bagus itu gimana, harganya berapa, desainnya gimana. Kalau udah kejadian kayak gini, orang bakal menghujat dan bakal lebih sulit lagi untuk rakyat percaya sama pemimpinnya.
Baca juga: Generasi Social Media = Generasi Tukang “Sampah” (?)
Ada lagi kasus, desain logo ulang tahun kota yang juga busuk banget. Baru launching udah diprotes dan bikin heboh anak-anak desain sampai muncul opini bahwa kota ini tuh nggak punya designer yang bagus. Ini logo nggak tau siapa yang bikin, walikotanya mengiyakan aja pokoknya. Logo ulang tahun tapi bentuknya horor dan serem, warnanya hitam dan abu-abu. Gimana bisa membawa semarak kemeriahan buat masyarakat kota?
Bukan karena duitnya sedikit sampe akhirnya nggak bisa bikin logo yang bagus, tapi nyatanya memang orang-orang yang ngurusin ini tuh nggak pada ngerti soal logo! Lha iya lah, bapak-bapak tua yang kesehariannya ngetik di msword disuruh bikin logo? Kalau pemimpinnnya beneran pinter, mustinya dia bakal nyuruh orang yang beneran ngerti soal logo dong!
Pada akhirnya, leader itu harusnya mengawal, bukan cuman bisanya nyuruh ini itu nggak ngecek progress sampai mana. Tau-tau giliran mau kelar projectnya, malah ngomel-ngomel karena kerjaan tim salah kaprah.
Kalo kamu sebagai leader nggak mau belajar apa yang dikerjain sama tim kamu, ya siap-siap aja dibodoh-bodohin sama orang bodoh juga. At least kalo nggak ngerti, seorang leaders itu tau musti nanya ke siapa.
Baca juga: Big Data: Saat Data Gak Hanya Tumpukan Arsip Semata
Image header credit: picjumbo.com