Logical fallacy adalah sesat pikir. Kadang-kadang sesat pikir ini bikin orang jadi terdengar nyebelin, sampe-sampe bikin kita yang mendengarkan pun jadi gemas dan menggerutu sendiri dalam hati.
Masalahnya, logical fallacy ini sering banget terjadi, bahkan di sekitar kita sehari-hari. Entah itu ketika kita lagi ngobrol sama temen lama atau ketika lagi curhat soal pacar, kadang ada aja yang nyeletuk dengan logika yang salah alias logical fallacy ini.
Mau tau contoh logical fallacy yang paling nyata dan dekat sama kita? Ya, tengokin aja komen-komen netizen di posting-an Instagram yang kontroversial. Pasti banyak banget komen-komen dengan logika ini.
Okelah, sebelum kita melanjutkan kegemasan ini, mari kita cari tau dulu apa itu logical fallacy.
Gini. GenZi pernah gak, denger celetukan macam ini, “Orang cakep mah pasti gampang nyari kerja!”? Atau, ketika lagi curhat soal cewek, ada yang nanggepin gini, “Cewek mah selalu benar, bro!”
Nah, kalo pernah, berarti kita sebetulnya udah akrab, lho, sama apa yang disebut logical fallacy. Sebagaimana ditulis di judul dan di awal tulisan ini, pada dasarnya logical fallacy adalah sesat pikir yang mengesankan seolah-olah suatu argumen yang kita utarakan itu benar adanya, padahal sebetulnya justru keliru atau salah dalam penalarannya.
Balik lagi ke contoh di atas, faktanya ada, kok, orang yang dibilang cakep tapi susah nyari kerja. Terus soal urusan cewek, ada kok cewek yang melakukan kesalahan. See? Celetukan yang kelihatannya wajar dan normal, aslinya sebetulnya gak begitu, kan? Inilah yang namanya logical fallacy.
Logical Fallacy adalah
Secara etimologis, asal mula kata fallacy adalah fallacia yang artinya “menipu”. Simpelnya, logical fallacy adalah penalaran yang menipu. Kita melihat atau menganggap suatu argumen seperti seolah-olah benar, padahal fakta yang ada justru sebaliknya.
Bingung? Jangan dulu, dong! Lanjut baca dulu, yuk.
Logical fallacy biasanya memiliki tiga karakteristik umum yang perlu kita ketahui.
Pertama, kalau sebuah argumen ditelaah, biasanya kita akan menemukan kesalahan dalam logika berpikir yang menghasilkan argumen tersebut. Kedua, ada kesalahan dalam tubuh argumen itu sendiri dan yang ketiga, ada kesan “menipu” atau “mengelabui” dalam argumen.
Biar gak tambah bingung, kita langsung cusss ke contohnya deh, ya!
Macam-Macam Logical Fallacy adalah
1. Ad Hominem
Argumen ad hominem bukannya menyerang argumen yang dikemukakan oleh lawan bicara, tapi justru menyerang langsung si lawan bicara yang menyampaikan pendapat. Misalnya, ketika ada jomblo yang nasihatin percintaan temennya, yang dibahas bukannya nasihat percintaan itu, malahan status dan pribadi temennya yang masih jomblo. Nyebelin, kan?
Contoh lainnya:
2. Ad Populum atau Appeal to Popularity
Kalo logical fallacy yang satu ini mewakili kondisi argumen yang kerap dianggap benar, hanya karena banyak orang yang melakukan hal itu juga. Padahal kalo dipikir-pikir lagi mah, bisa jadi argumennya keliru atau belum tentu benar.
Misalnya nih, kamu telat ngumpulin tugas kuliah hari ini. Terus, kamu ditegur kan nih sama dosen kamu. Eh, bukannya minta maaf, kamu malah jawab, “Temen-temen lain juga banyak yang telat ngumpulin tugas, kan, Pak, Bu? Jadi gak apa-apa dooong…”
Tugas kuliah yang harusnya emang dikumpulin tepat waktu malah seolah-olah “boleh telat” karena kamu melihat temen-temen lain juga begitu. Contoh lainnya begini, nih:
Baca juga di sini: 5 Langkah Menulis Surat Lamaran Kerja atau Cover Letter
3. Hasty Generalization atau Overgeneralization
Artinya, menarik kesimpulan hanya dengan menilai kejadian tertentu dalam skala yang kecil, tanpa mempertimbangkan fakta-fakta lain atau skala besar yang sebanding.
Misalnya nih, kamu pernah pacaran tiga kali dan tiga kali juga kamu diselingkuhi sama orang yang lebih ganteng (agak sediii ya…). Terus gara-gara itu juga kamu jadi menggeneralisir kalau cewek itu cuma maunya sama cowok yang ganteng doang. Padahal gak gitu, ferguso. Atau kalo gak diselingkuhin sama yang ganteng, diselingkuhinya sama yang bermobil. Hadeuh, drama pisan.
4. Slippery Slope
Slippery slope sebagai salah satu logical fallacy adalah sesat pikir yang mengasumsikan satu kejadian kecil bakal menghadirkan sederet konsekuensi yang signifikan. Padahal aslinya mah gak berkaitan banget gitu, lho. Bahkan, kadang kala justru terkesan mengada-ada.
Logika slippery slope kira-kira begini, “Kalo gue gak ngerjain tugas kuliah, nanti gue dikira males. Kalo gue dikira males, nanti gak ada cewek yang mau sama gue dan gue gak nikah-nikah. Terus kalo gue gak nikah-nikah, gimana gue bisa punya anak. Nah, andaikan gue gak punya anak, nanti ortu gue gak punya cucu, kan? Kalo ortu gue gak punya cucu, nanti ortu gue stres dan gak sayang lagi sama gue. Ujung-ujungnya, nanti gue malah gak dapet warisan.”
Aduduhhh, gimana ceritanya gak ngerjain tugas kuliah bisa berujung gak punya anak dan gak disayang lagi sama orang tua?
Baca juga di sini: Gaji 5 Juta, Tapi, Kok Jobdesc 20 Juta?
5. Strawman
Strawman dalam logical fallacy adalah logika yang bermaksud menyerang argumen orang lain untuk membuat argumen si penyerang terdengar lebih masuk akal. Logika strawman biasanya mampu mengubah argumen lawan bicara menjadi argumen baru. Gampangnya, logika ini ingin memelintir omongan atau argumen orang lain menjadi seperti anggapan yang menyerang, padahal si lawan bicara gak bermaksud begitu.
Contohnya, kamu bilang ke pacar kamu kalo minggu ini kamu lagi gak bisa ketemuan gara-gara mau jemput adik kamu dari luar kota. Terus, dia malah jawab, “Oh, jadi selama ini kamu mikir aku maksa kamu ketemuan tiap minggu? Kamu pasti takut aku marah-marah gitu, kan?” atau “Oh, jadi kamu mau bilang aku gak lebih penting dari adik kamu? Gitu, kan?”
6. Red Herring
Red herring adalah ikan merah yang baunya menyengat waktu dimasak. Nah, istilah ini kemudian dipake ke dalam logical fallacy untuk mewakili bentuk logika yang dipake untuk mengalihkan perhatian dari fokus utama pembicaraan. Padahal mah pengalihannya gak nyambung wankawan! Tapi ya, sebagaimana sesat pikir lainnya, logika red herring ini juga sukses bikin geleng-geleng kepala.
Contoh, nih, kamu lagi makan tapi gak abis gara-gara kamu emang lagi sakit dan rada gak selera makan. Eh, terus temenmu bilang, “Banyak orang-orang di luar sana yang gak bisa makan, tau…”
Contoh lainnya lagi, nih:
7. Burden of Proof
Sesuai namanya, sesat pikir yang ini melibatkan “beban pembuktian”. Artinya, seseorang yang dituduh melakukan sesuatu, dia jugalah yang harus membuktikan sesuatu. Padahal, tuduhannya diada-adain aja gitu.
Contoh lagi? Boleh. Misalnya, nih, temen kamu pulsanya tiba-tiba habis. Terus, dia nuduh kamu pake pulsanya dia buat nelpon. Terus pas kamu ngebantah dan minta bukti sama dia, eh…dia malah nagih bukti balik sama kamu. Bikin hadeuh banget, emang! Siapa yang nuduh, siapa juga yang mesti ngebuktiin. Heuh.
Ada lagi contoh lainnya kayak gini, nih:
Bagaimanapun juga, logical fallacy adalah sesuatu yang sering kita jumpai di sekitar kita. Nyebelin, tapi nyata adanya. Tentunya, kita gak bisa serta-merta mengubah cara orang lain dalam berpikir, tapi moga-moga dengan baca artikel ini, justru kitalah yang bisa jadi lebih logis dalam menalar. Pun lebih kritis dalam berpikir, supaya gak gampang terjebak sesat pikir kayak gini. Kalo kita aja sebel, apalagi orang lain yang dengerin kita ketika lagi nyeletuk asbun?
Oh iya, buat konten-konten menarik dan bermanfaat lainnya, follow Instagram @ziliun, yuk! Kita ngobrol-ngobrol di sana, ya!