Ada banyak dari kita yang saat ini mengalami kesendirian. Rasanya, sendiri menjadi sebuah momok menyeramkan yang sangat dihindari hadirnya. Apakah kamu juga termasuk salah satunya? Padahal sebenarnya sendiri tidak selamanya begitu kan? Tidak selalu buruk juga kan? Awalnya saya pun juga begitu. Paling anti dengan rasa sendiri. Karena saya juga mudah cemas dan juga mudah sekali menerima dan mengonsumsi apa yang orang lain bilang tentang saya.
“Hahaha, kasian banget gak ada yang mau temenan sama lo,” ucap salah seorang waktu dulu.
Akibatnya, saya sering keluar masuk sirkel pertemanan yang kurang sehat untuk diri saya sendiri. Saya bersama mereka namun saya masih sering merasakan kesendirian itu. Berarti masih ada yang salah, kan? Saya ada tapi gak dianggap. Saya ada bersama mereka tapi mereka seperti berbeda ruang dengan saya. Saya berubah menjadi seseorang yang labil, selalu mengikuti inginnya mereka agar tidak dijauhi. Agar selalu ada kata “teman” yang bisa menemanu. Padahal selama terjebak itu, saya tidak pernah benar-benar merasakan kehadiran mereka. Kemudian saya pun harus kembali pada kesendirian lagi. Sendiri yang masih sangat menyebalkan untuk saya jalani.
Tapi lambat laun, saya belajar banyak tentang arti sendiri. Dari kesendirian itu justru kita bisa menemukan apa-apa yang selama ini mungkin hilang atau tertinggal. Memeluk dan berbicara dengan diri sendiri tentang hari-hari berat yang dialami. Juga sebagai sarana refleksi atau jeda dan beri ruang rehat atas segala perjuangan yang sudah dilakukan.
Baca juga: Ketidakpastian Bukan Halangan Untuk Tetap Hidup dan Memiliki Tujuan
Saya selalu mencari orang baik dalam berteman. Meski sering diingatkan bahwa pada dasarnya semua orang juga berhati baik. Saya percaya itu. Namun mungkin, yang selama ini saya jalani tidak pernah satu frekuensi. Saya ingin punya teman yang bisa menerima diri saya apa adanya. Bukan terkungkung dalam sebuah realita pahit yang buat saya semakin terhimpit. Saya ingin merasa bahagia dalam berteman. Bukan malah justru merasa bersalah akan banyak hal.
Akhirnya saya terpikirkan sebuah kalimat, “Kalau kamu tidak menemukan mereka, kalau kamu kesulitan mencari mereka, maka jadilah seperti itu. Jadilah orang baik yang kamu inginkan. Maka lambat laun, kamu tidak hanya menemukan. Tapi juga ditemukan oleh mereka.”
Perlahan saya maknai dan saya serap, butuh waktu yang cukup lama untuk saya paham dan merubah apa-apa saja yang masih salah selama ini. Hingga akhirnya saat mengetik rubrik ini saya hanya bisa tersenyum lega karena fase itu sudah pernah saya lewati. Kalaupun nanti teman-teman saya ada yang pergi dan membuat saya kembali sendiri.
Bukan lagi menjadi masalah untuk saya, karena memang “People come and go but memories dont”. Akan selalu ada yang pergi dan akan selalu ada yang menggantikan. Jadi accept more, jangan terlalu menutup diri. Dan jangan menyalahkan diri sendiri kalau ada orang-orang terdekat yang sudah mengerti kita sejak lama namun harus pergi. Karena memang sudah akan seperti itu jalannya. Mungkin timeline dan hal baik yang ingin dia atau mereka bagikan ke hidup kita sudah habis. Sekarang, saatnya mereka berpindah untuk memberikan hal-hal baik itu ke orang lain selain kamu.
Semangat! Meski berat, hidup harus tetap berjalan. Jangan bosan untuk jadi orang baik ya!