Media sosial adalah tempat untuk berekspresi dan menuangkan berbagai kreativitas, baik itu dalam bentuk visual, audio, audiovisual, maupun tulisan. Bagi sebagian orang, media sosial juga menjadi media mempromosikan karya dan membuka peluang di bidang pekerjaan. Khususnya untuk para freelancer, selain portofolio yang berbasis situs atau link, sosial media pun seharusnya bisa menjadi portofolio mereka. Keuntungannya adalah semua orang bisa mengakses dengan lebih mudah karya yang mereka hasilkan, ketimbang mengklik situs atau link portofolio tertentu.
Tapi, bagaimana caranya agar mengelola media sosial agar bisa menjadi portofolio yang efektif?
- Lengkapi profil dan informasi personal di media sosial
Bagian ini sering diabaikan begitu saja oleh banyak pengguna, padahal di bagian tersebut, audiens bisa mengetahui apa branding si pemilik akun, apa yang menjadi ketertarikannya, kemampuan yang dimiliki, dan kontak untuk menghubungi. Jadi, mulai sekarang jangan kosongkan bagian “bio” di media sosial, ya! karena walaupun karakternya terbatas, namun apabila dimaksimalkan, maka hasilnya bisa berdampak baik.
- Bangun engagement yang baik dengan audiens
Media sosial memiliki keuntungan lainnya sebagai portofolio, karena tidak hanya lebih mudah diakses, tapi juga bisa berinteraksi langsung dengan orang-orang yang melihat hasil karya tersebut. Interaksi yang tercipta pun bisa menjadi langkah bagus untuk membentuk sebuah komunitas. Dengan adanya komunitas, maka portofolio di media sosia lakan menjangkau audiens yang lebih luas.
- Tetap konsisten
Kalau karya yang dihasilkan hanya diunggah satu sampai tiga kali, tentu belum bisa disebut sebagai portofolio. Tetapi, apabila jumlahnya sudah melebihi 50% dari jumlah keseluruhan konten, maka bisa disebut dengan portofolio. Konsistensi adalah salah satu kunci penting, karena dengan konsisten, maka akan muncul branding dari sebuah akun media sosial.
- Tunjukkan analitik sosial media
Ada dua alasan mengapa penting untuk melakukan poin 4, pertama karena melalui angka atau grafik pada analitik sosial media, maka bisa menunjukkan seberapa powerful konten, yang artinya menjadi validasi bahwa konten tersebut memang berkualitas, dan alasan kedua, masih berkaitan dengan validasi, apabila hasil analitiknya selalu bagus, maka bisa memberi nilai lebih bagi si pembuat karya.
Barangkali istilah you are what you post sangat sesuai dengan konteks di artikel ini. Sebuah laman media sosial apabila dimanfaatkan fitur dan layanannya, bisa menjadi portofolio yang menarik. Tidak hanya memberikan kemudahan bagi pemilik akun, tapi juga bagi klien yang hendak menemukan jasa yang diinginkan. Mereka tinggal mencari akun dengan keyword khusus, tagar, atau akun-akun terkait, maka akan muncul beberapa rekomendasi akun sosial media yang kontennya merupakan portofolio.
Selamat mengutak-atik media sosial!
*Konten ini merupakan bagian dari materi Chancil Chan, seorang profesional freelancer, di acara Workipedia Class yang diadakan oleh Ziliun pada tanggal 31 Oktober 2020.