Immerse yourself in the prestige of owning a high-quality AAA breitling replica watches from our online store, where luxury meets affordability.
La replica Panerai è esatta al 99% come l’originale Panerai. Tutti gli repliche panerai utilizzano movimenti di alta qualità, non del tipo di poche dozzine di dollari.
Best Replica Watches online store for men & women. High-end grade AAA+ 1:1 replica Rolex watches Swiss made.
Rolex Replica Uhren, Breitling, Hublot, Tag Heuer oder Omega. Seit 1999 ältester Replica Uhren Shop. Marktführer im Bereich Uhren Fakes.
ADHD Dan Kecenderungan Self-Diagnose – Kayaknya, setiap hari pasti selalu ada pembicaraan di Twitter, kemarin sebuah video “random” viral lagi di Twitter. Kali ini isu mental illness jadi topiknya. Pasalnya, video tersebut nunjukin POV orang yang diduga ngidap ADHD. Cukup kontroversial sih, soalnya video tersebut dianggap sama banyak netizen cuma bikin keruh media sosial karena terkesan menyepelekan ADHD ini.
FYI, Attention Deficit Hyperactivity Disorder alias ADHD merupakan gangguan mental yang nyebabin seseorang sulit musatin perhatian dan juga punya perilaku impulsif dan hiperaktif. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi ada beberapa faktor yang bisa nyebabin ADHD ini terjadi, misalnya faktor genetik, kelainan anatomi otak, dan juga lingkungan. Walau penyebabnya belum diketahui, risiko seseorang terkena ADHD ini bisa meningkat kalo ibu yang mengandung mempuanyai kebiasaan merokok dan minum alkohol. Umumnya, ADHD ini terjadi pada anak usia 3-12 tahun, tapi ADHD ini juga bisa terbawa sampe dewasa.
Emang masuk akal sih kenapa banyak netizen yang gak setuju sama video yang viral di Twitter tersebut. Karena emang ADHD ini gak bisa disimpulin lewat video yang cuma beberapa detik aja. Plus, video tersebut juga gak relevan banget sama apa yang dimaksud ADHD yang sebenarnya. Kebiasaan kayak jalan dengan milih ubin, megang tanaman di jalan, sampe nendang batu kecil itu merupakan hal yang umum terjadi, apalagi buat anak kecil. Gak bisa dong tanpa diagnosis resmi dari dokter dan hanya karena seseorang ngelakuin hal tadi, bikin dia ngidap ADHD.
Isu gangguan mental yang kayak gini tuh emang bahaya dan rawan banget, apalagi di media sosial. Kalo video-video modelan kayak gini banyak bertebaran, banyak orang yang dikit-dikit jadi parno masalah gangguan mental. Gak sedikit juga orang yang bakal ngeklaim diri sendiri gara-gara posting-an di media sosial yang gak jelas sumbernya.
Kenali bahaya self-diagnose
Nah, Klaim mandiri terhadap suatu gangguan mental ini merupakan self-diagnose. Kalo menurut ahli Psikolog Annisa Poedji Pratiwi, self-diagnose merupakan proses diagnosis terhadap diri sendiri mengidap suatu gangguan/penyakit berdasarkan pengetahuan diri sendiri atau informasi yang didapatkan secara mandiri melalui buku, internet, atau pengalaman diri dan keluarga.
Self-diagnose ini jadi berbahaya karena bisa mengakibatkan seseorang punya khawatir berlebih, salah penanganan, sampe memperparah kondisi kesehatan sendiri. Hal ini terbukti dalam sebuah riset dari Millennial Mindset: The Worried Well yang nyebutin kalo 37% millennial dengan usia 18-32 tahun suka self-diagnose penyakitnya.
Mereka sebenernya gak punya gangguan atau penyakit kaya yang mereka klaim, dan justru klaim yang salah ini nyebabin mereka jadi khawatir sama kesehatan mental sendiri. Aslinya tuh mereka emang gak kenapa-kenapa, cuma ya self-diagnose inilah yang nyebabin kondisi diri jadi keruh. Terlebih kalo klaim ini “dipamerin” ke media sosial.
Lagian, kenapa sih orang-orang kok pada suka self-diagnose?
Video yang viral di Twitter tadi merupakan contoh nyata self-diagnose. Tanpa adanya pertimbangan, tanpa ada riset dan konsultasi, orang di video tersebut dengan entengnya bikin video seolah ADHD itu bukan masalah yang kompleks. Padahal in the real case, penderita ADHD ini suffering karena bisa ngeganggu aktivitas sehari-hari.
Kalo kita telaah, self-diagnose ini sering terjadi di kasus penyakit atau gangguan mental daripada penyakit lainnya. Ini bisa terjadi karena beberapa hal. Yang pertama bisa jadi karena orang-orang emang punya keterbatasan buat akses psikolog atau psikiater. Sehingga mereka cenderung buat self-diagnose lewat artikel-artikel di internet. Kemudian, ini juga bisa terjadi karena gak semua penyakit atau gangguan mental disertai gejala fisik kaya penyakit lainnya.
Kebayang gak bahayanya kalo self-diagnose ini udah jadi sebuah tren? Bisa-bisa orang lain bisa jadi parno dan ngeraguin kesehatan mentalnya sendiri. Kalo kita merasa punya gejala terhadap suatu hal, would be better if we reach professional!
Untuk menemukan konten menarik lainnya seputar isu anak muda, yuk kunjungi profil Instagram Ziliun! dan jangan lupa di-follow juga!