Pemuda memang selalu punya peran penting di Indonesia. Sebelum kata merdeka menjadi “semurah” sekarang, bumiputra pada masa penjajahan telah berperan penting dalam merumuskan ide membangun bangsa. Mulai dari perkumpulan kedaerahan, hingga bersatu dalam wadah Perhimpunan Indonesia (PI), pemuda berkolaborasi dan bersumpah bahwa putra dan putri Indonesia harus bersatu agar Tanah Air dapat berdaulat.
Kalau kita menapak tilas ke tahun 1928, gimana ya perjalanan pemuda-pemuda tersebut mengeksekusi ide pembentukan republik ini? Yuk kita andaikan Indonesia sebagai startup pertama di Indonesia (karena Indonesia belum terbentuk tho, jadi Indonesianya sendiri adalah sebuah startup). Kira-kira apa aja ya tahapan yang mereka lalui sebelum mencetuskan sumpah pemuda dan apa aja yang bisa kita pelajari?
Ketika bikin startup, ada konsep yang namanya Design Thinking. Hasso-Plattner-Institute mencetuskan design thinking sebagai proses menciptakan ide-ide baru dan inovatif untuk menyelesaikan masalah. Design thinking berfokus pada pencarian solusi yang kreatif dan mengutamakan kemampuan manusia. Dalam design thinking, kita perlu berpikir intuitif, mengenali pola, dan membangun ide yang bermakna secara emosional serta fungsional. Ini dia kelima tahapannya yang juga diterapkan oleh para penggagas Sumpah Pemuda.
Emphatize
Tahapan pertama adalah emphatize alias empati. Karena tujuannya untuk menyelesaikan masalah, maka perlu dipahami siapa yang merasakan masalah tersebut. PI yang menjadi cikal bakal perkumpulan pemuda pencetus sumpah pemuda juga lahir dari sebuah rasa empati. Dalam sejarah kemerdakaan, tentu pemuda-pemuda ini tidak hanya memahami apa yang dirasakan oleh lingkungan sekitarnya tapi juga mereka memposisikan sebagai orang yang mengalami dampak penjajahan sehingga bisa memahaminya secara empiris.
Sama halnya dalam membangun startup. Menjadi seorang founder startup bukan hanya berfokus pada keuntungan bisnis semata, tapi kepekaan melihat masalah dan menemukan solusi kreatif yang berdampak bagi konsumen. Maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah berempati. Kita perlu tahu siapa yang menjadi konsumen kita, dan masalah apa yang mereka rasakan. Memang ada banyak cara untuk mengetahui hal tersebut, seperti survei atau menyebarkan kuisioner, tapi ketika kita memposisikan diri sebagai si konsumen yang kita sasar, maka kita akan berempati dan memiliki dorongan yang lebih besar untuk mencari solusi.
Baca juga: Belajar Bootstrapping untuk Startup dari Sejarah BPUPKI dan PPKI
Define
Setelah mengumpulkan informasi dari tahap emphatize, maka saatnya menganalisis dan menyintesis masalah inti untuk kita identifikasi. Sebelum adanya deklarasi sumpah pemuda, tentu ada proses yang nggak singkat untuk menetapkan masalah inti dari keadaan di Tanah Air. Bahkan awalnya, para anggota PI masih mengedepankan ego kedaerahan. Dilansir dari buku Indonesia dalam Arus dan Sejarah (2013), perkumpulan yang didirikan pada 1908 ini awalnya hanya sebatas perhimpunan pelajar dari Indonesia yang bersekolah di Belanda. Barulah saat pelajar-pelajar PI pulang ke Tanah Air, mereka menyadari bahwa perlu ada sebuah perubahan dari sudut pandang pemuda soal kemerdekaan.
Ketika bikin startup, tentu kita perlu mengidentifikasi apa masalah yang ingin kita pecahkan. Kalau startup kita udah bisa jadi solusi bagi konsumen, berarti kita sudah ada dalam jalur yang tepat!
Ideate
Saatnya brainstorming! Setelah menetapkan masalah inti, maka tahap selanjutnya adalah menampung ide solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Sebelum pendeklarasian Sumpah Pemuda, para penggagasnya melakukan beberapa kongres untuk membahas solusi yang akan dilakukan. Semula dalam Kongres Pemuda yang pertama pada 2 Mei 1926, masih sangat terasa ego kedaerahan dari masing-masing perwakilan anggota. Namun pada Kongres Pemuda yang kedua yakni tahun 27 sampai 28 Oktober 1928, kesadaran bahwa perlunya menyatukan perbedaan ini muncul hingga lahirlah ide untuk mendeklarasikan visi bersama mereka untuk persatuan pemuda Indonesia.
Menampung ide adalah tahapan penting supaya kita bisa tahu solusi terbaik yang dapat kita lakukan untuk menyelesaikan masalah (yang sebelumnya sudah kita identifikasi di tahap define).
Prototype
Di tahap inilah produk mulai diciptakan dalam versi prototype (prototipe). Prototipe ini gunanya untuk kita uji di tahap selanjutnya, apakah sudah sesuai dengan solusi yang akan kita tawarkan atau belum. Pada Kongres Pemuda kedua di Batavia (Jakarta), seluruh perwakilan berkumpul dan menyatakan kesepakatan akan pentingnya persatuan pemuda. Panitia mulai dibentuk dan deklarasi pun dilakukan. Lahirlah “Sumpah Pemuda” sebagai prototipe persatuan pemuda Indonesia yang terus menjadi contoh gerakan pemuda hingga saat ini.
Baca juga: Mera Bura: Startegi Membangun Narasi Kemerdekaan dari Copa de Flores
Test
Lah, emang Sumpah Pemuda pernah dites?
Naskah Sumpah Pemuda juga enggak luput dari uji coba. Teksnya tidak langsung begitu saja menjadi seperti yang kita baca sekarang. Ada beberapa kali perubahan bahkan nama awalnya pun berubah, yakni sebelumnya “Ikrar Pemuda”.
Dilansir dari surat kabar Sinpo, bunyi asli hasil kongres adalah:
“Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertanah air Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa, Bahasa Indonesia.”
Namun naskah tersebut diubah oleh Muhammad Yamin. Ia mengatakan, “Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie,” yang artinya, “Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan kongres ini.”
Lalu jadilah naskah yang seperti sekarang beredar,
“Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, Bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.”
Tapi, sampai sekarang Sumpah Pemuda masih perlu diuji lho!
Hmm sadar nggak sih hingga sekarang kita lah yang perlu terus menerus menguji sumpah pemuda ini. Kita evaluasi dan sempurnakan implementasinya agar cita-cita para penggagasnya semakin terasa di negeri ini. Perjuangan kita nggak kalah beratnya sama para pemuda di masa sumpah pemuda. Beda konteks, tapi sama-sama berempati pada lingkungan sekitar dan mencari solusi untuk masalah di negeri ini.
Banyak hal yang bisa dilakukan, dan banyak di antaranya yang sederhana. Selamat merayakan kemerdekaan dengan menciptakan solusi untuk negeri!