#Ziliun30 adalah rangkaian 30 profil tech entrepreneur yang berusia di bawah 30 tahun, yang berpikir dan bermimpi besar, melihat masalah sebagai peluang, menjunjung tinggi kolaborasi, memahami kegagalan sebagai bagian dari proses, serta membuat terobosan strategi marketing dalam bisnis. #Ziliun30 merupakan kerjasama Ziliun.com dengan the-marketeers.com selama September 2014.
Yukka dan Putera, dua cowok asal Bandung ini bisa dibilang cukup berani untuk membuat sebuah gebrakan. Mereka yang dulunya sama-sama duduk sebagai mahasiswa Teknik Sipil ITB ini tiba-tiba memutuskan buat terjun ke dunia fashion sekaligus bisnis yang sama sekali nggak ada afiliasinya sama ilmu dunia teknik.
Semua bermula dari Yukka dan Putera yang selalu resah gegara kesusahan kalo milih jenis sepatu yang disuka. Berhubung waktu itu mereka lagi banyak waktu luang alis selo gegara lagi ngelarin tugas akhir kuliah, akhirnya keisengan buat bikin “Brodo” pun muncul. Yukka dan Putera lalu memulai penelitian mengenai seluk beluk dunia sepatu yang berbasis sesuai latar belakang mereka yaitu teknik sipil.
Sampai akhirnya, duo ini ngerasa belum pernah ada konsep sebuah brand yang mengangkat produk dengan adaptasi dari prinsip-prinsip teknik sipil. Seluruh desain yang diciptakan oleh Brodo adalah berdasarkan prinsip engineering yaitu pengalaman bentuk dan ruang yang fungsional namun tetap simple, casual, tanpa harus menambahkan berbagai ornament di produk tersebut.
Baca juga: Bisnis Modal Ngutang, Ngga Jaman!
Awalnya sih produk yang diproduksi sama Brodo ini seluruhnya adalah footwear, tapi belakangan Brodo mulai melebarkan sayap menuju dunia fashion apparels, dan berbagai macem aksesoris buat cowok.
Nama Brodo sengaja dipilih Yukka dan Putera karena terdengar mudah diucapkan dan diinget sama orang. Pun Brodo nggak sembarangan punya arti. Brodo berasal dari Bahasa Italia, artinya Kari Ayam. Nah, nyambung dikit nih sama pepatah orang lama yang selalu bilang, “Bangun tidur-lah pagi-pagi biar rejekimu nggak patok ayam..”, jadi semangat yang mereka adaptasi buat terus ngembangin Brodo.
Pada nyatanya bisnis yang mereka jalanin nggak selalu mulus. Produk Brodo yang dulunya cuman dijual secara offline di berbagai distro-distro di Bandung memang nggak banyak menghasilkan. Harus ada banyak hal untuk di-improve buat ngembangin Brodo tentunya. Akhirnya Yukka sama Putera kepikir buat bikin strategi pemasaran yang lebih ngena. Dari strategi pemasaran yang konvensional, Brodo pun banting arah ke strategi digital marketing, alias jualannya secara online.
Baca juga: Perusahaan Multinasional: Curi Ilmunya, Bukan Namanya
Menurut Yukka, strategi digital marketing itu memegang peranan penting sejalan sama nama Brodo dikenal sama khalayak luas. Selain itu juga dengan memakai digital marketing, target pasar mereka jadi jelas dan campign yang dijalanin nggak terbuang percuma karena tepat sasaran. Misalnya aja nih Brodo cuman fokus sama konsumen cowok urban dengan range usia 19 sampai 35 tahun, internet savvy, sama terbiasa menggunakan sosial media.
Nggak cuman itu aja sih, digital marketing pun juga ngasih dampak positif buat toko offline mereka di Jakarta dan Bandung yang juga makin rame sama pembeli. Meski terletak di lokasi yang nggak begitu strategi, nyatanya pembeli pun rela dateng buat berburu langsung sepatu yang mereka idamkan. Ya walau memang penjualan online porsinya jauh lebih gede dari penjualan offline sih ya.
Baca juga: Sukses Itu Dimulai Dari Gagal
Dari bisnis yang hanya bermarkas di sebuah kost-kostan kecil dengan sistem bekerja yang masih manual dan sangat bootstrap, sekarang Brodo udah punya sistem bekerja yang lebih modern dan memadai setelah mendapat sokongan dana dari salah satu investor asal Medan dan mantan CEO Tokobagus. Brodo pun udah punya gudang pribadi yang berfungsi buat nyimpen ribuan stok produk dengan sistem inventory management.
Menurut paparan Yukka di salah satu media online, start produksi sepatu dimulai dengan sistem fulfillment manual, manfaatin aplikasi BBM, SMS, dan Excel. Tapi sekarang mereka udah punya warehouse sendiri yang bisa nampung sekitar 18.000 sepatu, plus dibantu sama beberapa software inventory management. Dengan gitu sih jelas sinkronisasi database e-commerce, database costumer, dan costumer service pun jalan lancar bebas hambatan.
Baca juga: Berguru pada Pemilik Dagadu
Konsep yang unik juga desain yang original jadi kunci sukses Brodo laris manis di pasaran. Dari situ pula Brodo bisa dilirik sama banyak investor. Salah satu contoh desain sepatu yang masuk dalam koleksi adalah “Ponte”, terinspirasi oleh jembatan Steel Truss Forth di Skotlandia. Kemudian “Signore”, diilhami dari arsitektur sebuah gedung di Jepang yang dibangun oleh Tadao Ando, salah satu arsitek dan ahli beton terkenal di sana. Yang unik lagi adalah II Cervo, produk sepatu yang mendapat influence dari pola jahitan Piramida milik Suku Aztec di Meksiko.
Berkat prestasi yang diraih sama Yukka dan Putera, Facebook sebagai salah satu sosial media utama yang digunakan untuk memasarkan produk Brodo mengangkat kisah bisnis mereka di Page-Facebook for Business, “kisah sukses Facebook dalam memajukan bisnis UKM”.
Image header credit: gratisography.com
Comments 1