Ziliun
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
Ziliun
No Result
View All Result

Yuk, Belajar Mengelola Komitmen!

Ade I. SakinabyAde I. Sakina
11/01/2021
in Inner Space
0
Yuk, Belajar Mengelola Komitmen! | Ilustrasi oleh V. Fauziah

Yuk, Belajar Mengelola Komitmen! | Ilustrasi oleh V. Fauziah

Share on FacebookShare on Twitter

Sebelum membahas mengenai mengelola komitmen, kalo kita bicara tentang keberhasilan, dari sisi individu ataupun organisasi, komitmen menjadi salah satu faktor penting untuk mewujudkan hal tersebut. Kalo gak ada komitmen, bisnis yang sekarang kita liat udah gede banget kayak apaan tau, orang-orang yang berhasil meraih impiannya, atau kalo mau liat skala yang dekat dengan kita sehari-hari, kenapa sih ada dua orang yang saling jatuh cinta awalnya, kemudian akhirnya menghabiskan waktu bersama hingga berpuluh-puluh tahun.

Itulah kekuatan sebuah komitmen yang bisa memberikan dampak sangat baik kepada diri kita dalam melakukan sesuatu.

Di sisi lain, kita pun harus mampu mengelola komitmen dengan baik

Jangan sampai kita keliru dengan makna komitmen itu sendiri. Akibatnya, kita jadi merasa terikat dan merasa bahwa gak bisa lepas dari sesuatu, padahal kita sendiri udah gak nyaman dengan hal tersebut. Di salah satu artikel Business Harvard Review, terdapat kalimat begini “komitmen itu ibaratkan pedang bermata dua”, konteksnya adalah seorang pemimpin organisasi gak harus selalu memiliki komitmen di dalam dirinya, apalagi ketika hendak mengambil keputusan penting. Bisa jadi, ada komitmen yang memang tidak bisa untuk dilanjutkan lagi, melihat keadaan sudah cukup terdesak.

RelatedPosts

Apa Itu Eating Disorder? Yuk, Cari Tau Juga Gejala dan Penyebabnya!

Apa Itu Mindfulness? Dan Ampuh Gak Sih Buat Menghilangkan Stres?

Menetapkan batas komitmen

Bukan cuma kesabaran yang sering orang-orang anggap ada batasnya. Komitmen juga begitu, lho. Apalagi di kehidupan kita sering menemui hal-hal yang gak bisa diprediksi sebelumnya. Misalkan, kita komitmen buat rutin olahraga lari pagi setiap hari. Ternyata di tengah perjalanan komitmen kita, muncul hal lain yang jauh lebih penting untuk dilakukan di waktu yang sama. Kita gak bisa dong lantas memilih tetap melaksanakan olahraga lari pagi, sedangkan ada hal lainnya yang jauh lebih penting. Cuma jangan pula lantas menghilangkan komitmen itu sepenuhnya. Poin di sini adalah hanya membatasi, bukan langsung menghilangkan sepenuhnya. 

Baca juga: Manajemen Ekspektasi, Tips Ampuh Mencegah Sakit Hati!

Jangan bergantung dengan komitmen oleh orang lain

Mulai dari diri kita sendiri, karena kita gak bisa bergantung pada komitmen yang orang lain miliki. Mau se-keren atau se-hebat apapun komitmen orang lain, bahkan orang di sekitar kita, dan itu ada pengaruhnya ke kita sendiri, Misalkan, pasangan kita memiliki komitmen untuk bangun jam 5 pagi setiap harinya, kita ikutan senang karena dengan begitu kita juga bisa ikutan bangun lebih pagi. Tapi, itu komitmen pasangan kita, bukan komitmen yang benar-benar kita miliki.

Harus tahu alasan mengapa kita berkomitmen

Istilahnya sih, kalo kita tahu kenapa kita berkomitmen pada suatu hal. Kita jadi tahu juga kalo komitmen yang kita buat emang bener-bener penting. Misalkan, kita komitmen buat belajar bahasa asing selama satu tahun. Kita harus tahu nih, kenapa mesti belajar bahasa asing? Oh karena pengen sekolah di luar negeri. Jadi, selama emang gak ada tantangan yang berarti, kita bisa termotivasi buat terus melanjutkan komitmen tersebut.

Yuk mulai sekarang kita belajar mengelola komitmen

Belajar bahwa komitmen harus dilihat dari dua sisi, baik itu baik atau bahkan buruknya. Komitmen itu baik karena bisa mendorong dan memberikan kita semangat untuk terus berpacu dalam melakukan sesuatu. Komitmen juga yang membuat kita terus bertahan dan semangat untuk menjalani segala kondisi.

Namun, komitmen juga realitanya gak terus bisa menjadi sesuatu yang baik. Komitmen pun buruk, karena membuat kita menjadi terikat dan cenderung gak mau mencoba meninggalkan sesuatu, walaupun sesuatu tersebut sudah gak sesuai sama diri kita sendiri.

Kita yang harus bijak dalam memahami sebuah komitmen. Ambil sisi baiknya, dan hindari sisi yang buruknya. 

Klise memang, tapi begitulah apa adanya. Semoga kita semua bisa mengambil sisi baik dari sebuah komitmen, ya!

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)

Menyukai ini:

Suka Memuat...
Tags: komitmenSelf Development
Previous Post

5 Kebiasaan Buruk Desainer Grafis yang Sering Dilakukan!

Next Post

Peristiwa SJ182: Absennya Hati Nurani dan Privasi

Next Post
Peristiwa SJ182: Absennya Hati Nurani dan Privasi | Ilustrasi oleh V. Fauziah

Peristiwa SJ182: Absennya Hati Nurani dan Privasi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Yang Terbaru

  • Fenomena Media Alternatif: Efektif Tapi Bisa Bawa Dampak Negatif
  • Fenomena Konser Ramah Lingkungan, Gimana Praktiknya?
  • Mengenal Apa itu Chronically Online
  • Apakah Demokrasi Adalah Sistem Pemerintahan Terbaik?
  • Mengenal Filsafat Stoikisme
Ziliun

Media yang menemani perjalanan anak muda untuk menghadapi kehidupan dan memasuki dunia kerja, serta mendorong dan memotivasi anak muda untuk menjadi versi terbaik diri mereka.

  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Kerja Sama

Ruang & Tempo Coworking Space

Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No. 8, Jakarta Selatan 12210

Bikin kontenmu sekarang!

© 2025 Ziliun All rights reserved.

Ziliun

  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space

© 2025 Ziliun All rights reserved.

%d