Popcon Asia kemarin dihadiri oleh berbagai talenta di dunia perfilman yang mengisi workshop. Setelah di hari pertama diisi oleh seorang Salman Aristo, hari ketiga Popcon Asia 2015 kedatangan seorang film score composer ternama se-Indonesia, ga lain dan ga bukan adalah Aghi Narottama.
Pagi hari jam 10, Mas Aghi udah mejeng aja di ruang workshop, manggul backpack hard case tebel, dan sebuah keyboard juga ditentengnya di satu tangan. Sebelum workshop-nya dimulai, tim Popcon diberikan kesempatan untuk interview singkat bersama Mas Aghi seputar workshop yang akan dibawakannya.
Dalam rangka pekan Hari Film Nasional, Mas Aghi yang didatangkan oleh salah satu booth eksibitor, yakni Ayo! Film Nasional, sebelumnya sudah berkarya di berbagai macam film ternama loh, seperti “Kala” besutan Joko Anwar dan “Berbagi Suami” besutan Nia Dinata yang juga ia jadikan contoh bahan ajarnya hari itu, untukmenunjukkan bagaimana musik membantu mendukung akting aktor untuk mendukung suasana.
Baca juga: Hompimpa Studio, Siapa Bilang Indonesia Nggak Bisa Bikin Film Animasi
Menurut Mas Aghi, film scoring merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam film, satu film pasti membutuhkan unsur tersebut. Tahun ini saja akan ada 200 film yang dibuat sutradara Indonesia, yang mana pastinya dibutuhkan film score composer untuk 200 film tersebut. Namun tentunya workshop ini tidak terbatas hanya untuk film saja, karena ilmu dari workshop ini bisa digunakan di berbagai medium salah satunya video di YouTube, video game, aplikasi, launching produk atau audio books. The possibility is limitless.
Berbicara tentang membuat musik yang berkualitas untuk film, meski dapat diakui Mas Aghi Narottama merupakan sosok yang hebat, ia tetap membutuhkan yang namanya komunikasi dan kolaborasi dalam prosesnya. Hal yang paling utama dalam membuat film score adalah komunikasi dengan sutradara dan “menyatukan kepala” karena sutradara sebagai orang yang paling tahu tentang film yang digarap, pastilah tau gambaran besar akan jenis musik apa yang sesuai. Setelah berkomunikasi dengan sutradara akan jenis musik dan alat musik apa saja yang ingin dipakai untuk film tersebut, barulah sang film composer berkolaborasi dengan timnya yang terdiri dari:
Baca juga: Bikin Film Harus Berani Kayak Filosofi Kopi
- Produser / Music Supervisor, yang mengurus segala hal di luar produksi musik itu sendiri, fungsinya semacam menjadi manajer dari kegiatan produksi film score ini supaya berjalan lancar jaya.
- Composer / Arranger, yang membuat dan merancang basis nada – nada.
- Music Editor, yang mengembangkan basis nada – nada yang dibuat oleh Composer / Arranger.
- Artist / Talent, yang memainkan alat musik sesuai dengan nada yang dibuat.
- Sound Engineer, yang merekam, memanipulasi, menggabungkan, dan mereproduksi nada yang dimainkan para Artist / Talent dengan atau tanpa teknologi yang sesuai.
Mas Aghi juga menyebutkan bahwa seorang Hans Zimmer aja, composer favoritnya Mas Aghi butuh belasan tim di bawah dia untuk bisa membuat rangkaian musik sebuah film.
Ini membuktikan kalau semua karya yang serius dan berkualitas butuh kolaborasi dari berbagai talenta dan expertise. Kalau cuma mau bikin sinetron atau film abal-abal, ya mungkin tinggal sewa talent abal-abal yang musiknya mendramatisir adegan zoom in – zoom out muka pemain sinetron. Atau kalo punya modal cukup gede, beli lisensi lagu suatu band terkenal untuk jadi original soundtrack yang diulang-ulang sepanjang film.
Baca juga: Jualan Film Itu Gak Cuma Tentang Jualan Tiket Screening
Tapi, kalau mau bikin film sekelas film buatan sutradara Joko Anwar atau Nia Dinata, ya mesti punya taste, dan berani invest ke berbagai orang dengan berbagai expertise untuk menghasilkan kolaborasi yang masterpiece. Pertanyaan untuk para kreator: lo berani gak?
Image header credit: news.indonesiakreatif.net