Beberapa hari yang lalu saya dapet kesempatan super langka untuk ketemu dengan Hugo Barra, Vice President Xiaomi Global. Pada kunjungannya ke Jakarta minggu lalu, Hugo menghubungi saya melalui email untuk bertemu dengan dia di sela-sela jadwalnya yang super padat selama 4 hari di ibukota.
Saya tahu Hugo dari berita-berita media, dari postingannya di Google+ dan social media lain, terutama sejak keynote speech-nya di Google I/O 2013 tahun lalu. Sebagai VP Android di Google tahun lalu, Hugo memang kebagian tugas untuk mengumumkan berbagai fitur dan produk baru dari Android di ajang developer terbesar tahunan Google itu. Nggak lama setelah itu, di bulan Agustus 2013, Hugo mengumumkan pengunduran dirinya dari Google untuk bergabung dengan Xiaomi.
Sebetulnya saya penasaran banget sih, kenapa Hugo sampe memutuskan untuk cabut dari Google untuk pindah ke Xiaomi. Tapi kemudian, saya jadi lebih tertarik mengenai bagaimana sebuah perusahaan asal Cina dengan nama yang lumayan susah dieja dan dilafalkan – terutama oleh orang non-Asia – bisa jadi sebuah perusahaan global yang punya banyak fans di seluruh dunia.
What is Xiaomi?
Beberapa minggu yang lalu, Hugo kirim email ke saya mengajak bertemu karena saya adalah salah seorang yang menjalankan komunitas Google Developer Group (GDG) di Jakarta.
Saya janjian ketemu dengan Hugo hari Jumat, 6 Juni, jam 7 malam, setelah ia seharian pergi kunjungan kerja ke beberapa tempat dan bertemu dengan banyak orang. Saya, Yansen Kamto (CEO Kibar, Country Champion Google Business Group Indonesia) dan Oon Arfiandwi (CTO 7Langit, Co-manager GDG Jakarta) adalah rombongan terakhir yang ketemu dengan Hugo malam itu.
Our first impression is that he’s much nicer in real life than what we thought about him initially. Ia menyilakan kami untuk memperkenalkan diri masing-masing, dan menceritakan apa kesibukan kami dan apa yang kami lakukan sehari-hari. Setelah selesai kenalan, Hugo menjejerkan beberapa gadget buatan Mi yang ia bawa ke Jakarta. Ia juga mempersilakan kami mencoba dan bermain-main, salah satunya dengan MiPad, tablet yang menjadi andalan Xiaomi.
Ketika kemudian kami bertanya, “Why Xiaomi?”, Hugo dengan tegas menjawab, “Because Xiaomi is not an electronic company. We are a technology company. We just happened to make gadgets right now.”
Jawabannya menyiratkan bahwa, he really believes in Xiaomi’s value, sebagai sebuah perusahaan masa depan yang bisa membawa perubahan dan terobosan di industri teknologi. Perusahaan yang berdiri BUKAN di pusat teknologi dunia Silicon Valey, tapi di Cina, sebuah negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia saat ini.
Reaching out to community
Sebelum ke Indonesia, Hugo sudah memantapkan posisinya di beberapa negara lain di Asia Tenggara, salah satunya Singapura dan Filipina. Lazimnya, ketika sebuah perusahaan akan melakukan ekspansi ke sebuah negara, marketing dan sales adalah posisi pertama yang di-hire. Tapi di kedua negara tersebut, selain posisi sales, Xiaomi juga meng-hire community manager. Tujuannya tentu untuk memasuki pasar melalui para die-hard fans yang emang suka dan percaya sama produk Xiaomi.
Hugo bilang, “We don’t want people to buy our products because it’s cheap, but because they understand what the products capable of doing, and how those products can enhance their life.”
Mereka mengerti betul bahwa komunitas fans merupakan garda terdepan dari brand. Seorang marketing manager sendirian tidak bisa bekerja dengan optimal tanpa dukungan para fans yang mau dengan sukarela mempromosikan produk yang mereka sukai dengan bangga mati-matian.
Oleh karena itu, keputusan Hugo merekrut manajer yang mengurusi dan mengembangkan komunitas di negara yang mereka masuki adalah sebuah keputusan yang bukan cuma pandai, tapi juga strategis.
Global leader quality
I believe Xiaomi has the best person to handle their international brand right now. Xiaomi memang membutuhkan seseorang yang berkarakter internasional kalau mereka mau ekspansi ke global.
And they got Hugo. Seriously, what more can they want? An ex-Googler. A strategic person. A humble man. Not to mention smart.
Hugo punya koneksi, thanks to his previous role in Google sebagai VP Android. Sebagai pria keturunan Brazil yang lama tinggal di Amerika dan fasih berbahasa Inggris, Hugo mewakili semua karakter internasional. Gampang beradaptasi, supel, and has international appeals. Check, check, check.
Pandai berstrategi? Keputusannya untuk masuk melalui komunitas merupakan salah satu bukti ia mengerti betul apa yang ia lakukan.
And last but not the least, he is one humble person that doesn’t brag or act as if he’s the smartest person in the room.
Think global, act local
My take after the whole conversation with Hugo is that, Xiaomi really knows how to think global but act local. Bukan cuma punya frontman yang tepat, Xiaomi juga punya strategi melalui komunitas untuk menggerakkan banyak orang melalui kesamaan nilai dan kesukaan yang di-share oleh para anggota komunitas tersebut.
We could learn so much more from Xiaomi, and we shall wait for what’s going to happen next.
Header image credit: deathtostock