Mau masuk 2015, emang udah bukan saatnya lagi merengek dan cuma mimpi jadi Doraemon atau Nobita. Kita juga punya kok, Pintu Kemana Saja!
Beberapa waktu lalu, antrean mengular di jaringan bioskop non-monopoli di Jakarta dan sekitarnya. Pasalnya, kartun kesayangan lintas generasi asal Jepang, Doraemon, dibikin 3D-nya di layar lebar. Gerai expo-nya pun digelar besar-besaran di Ibukota. Stand by Me Doraemon, film animasi berisi semua khayalan anak-anak dalam satu kantong ajaib robot biru dari abad 22.
Stand by Me Doraemon direspon macam-macam sama penontonnya. Saya dengar, ada orangtua yang memboyong anaknya keluar studio di tengah-tengah, merasa film-nya nggak mendidik untuk si anak. Misi Doraemon untuk memanjakan dan membahagiakan anak SD pemalas mengejar wanita dengan berbagai teknologi mutakhir masa depan, tampaknya nggak bisa jadi teladan parenting.
Tapi, termasuk saya, siapapun pasti pernah pada suatu titik, berandai-andai Doraemon itu beneran ada. Dan membayangkan seperti apa hidup dengan Pintu Kemana Saja, Baling-baling Bambu, atau Mesin Waktu.
Baca juga: Joko Anwar: Online Itu Cuma Media, Yang Penting Kontennya!
Kalau ada Baling-baling Bambu, nggak perlu macet-macetan dan njubel di angkutan umum. Dengan Mesin Waktu, kita bisa memperbaiki kesalahan masa lalu. Lebih asiknya, dengan Pintu Kemana Saja, kita bisa secara instan pergi ke berbagai belahan dunia, saat itu juga. Nggak perlu bertaruh nyawa dan menghabiskan harta untuk terbang dengan pesawat. Kangen sama siapa, tinggal mikirin mukanya, buka Pintu Kemana Saja, voila!
Tapi terus kalo mau lebih bersyukur, sebenernya Pintu Kemana Saja bukan cuma punya Doraemon. Nggak perlu nunggu abad ke-22 buat tau Pintu Kemana Saja bener bakal ada atau nggak, karena toh hari ini masing-masing kita udah punya Pintu Kemana Saja: Internet. Koneksi ini, baik itu dari gadget dengan ukuran layar berapapun, adalah pintu yang membawa kita kemanapun kita mau.
Internet membuka peluang yang bener-bener nggak terhitung banyaknya, ziliun-an. Mulai dari search engine yang menyediakan informasi instan akan hampir segala hal. YouTube dan platform online video lain yang menyediakan segala dari hiburan sampai tutorial. Google Earth dan Google Street View yang bikin era ini makin borderless. Social media, blog, website, e-commerce, marketplace, mobile apps, game, forum, semua. Kita sudah punya Pintu Kemana Saja.
Baca juga: Sabda dan Zenius, Revolusi Pendidikan Dengan Bimbel Online Interaktif
Masalahnya, nggak semua bisa memanfaatkan Pintu Kemana Saja ini dengan sebaik-baiknya. Ada orang yang sukses membangun bisnis mulai dari memasarkan kecil-kecilan lewat Facebook, sekarang punya website sendiri dengan traffic tinggi dan gerai offline sendiri. Tapi ada juga yang seaedar nyampah dan ngegalau di status Facebook, paling banter upload foto-foto selfie atau pelesir narsis.
Ada yang menyatukan orang-orang dengan hobi sama, membangun komunitas online terbesar sampai mancanegara. Tapi ada juga yang cuma bisa nge-spam dan nyebar hoax di forum-forum online. Ada orang merintis karirnya berawal dari blog, sampai akhirnya membukukan tulisan-tulisannya. Tapi, ada juga yang cuma semangat bikin satu postingan di blog, terus nggak pernah dilanjutin lagi. Ada sineas film yang prihatin dengan siaran televisi, akhirnya membuat tayangan alternatif yang kreatif lewat platform YouTube, bahkan menghimpun kreator lokal untuk bareng-bareng berkarya. Tapi, ya, ada juga getol-nya cuma mandek di nyari video bokep di online. Orang emang beda-beda.
Masuk 2015 nanti, infrastruktur internet di Indonesia kabarnya bakal jadi lebih baik. Provider udah berlomba-lomba ngerilis 4G LTE. Pendidikan pun sedikit demi sedikit udah disesuaikan dengan perkembangan teknologi. Generasi muda, para digital natives mulai diajarin untuk nggak sekadar jadi konsumen, tapi juga menjadi pencipta. Produsen, orang yang memanfaatkan teknologi untuk berkarya, dan menciptakan pintu-pintu (rezeki) bagi orang lain.
Baca juga: Intellectual Property: Matang, Siap Masak, dan Karbitan
Mau masuk 2015, emang udah bukan saatnya lagi merengek dan cuma mimpi jadi Doraemon–atau minimal Nobita. Kita bisa lebih dari sekedar konsumen yang memanfaatkan Pintu Kemana Saja ini ala kadarnya. Jadi, mau berkarya apa dengan Pintu Kemana Saja?
Header image credit: youtube.com