“Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.”(Buya Hamka)
Semua orang pasti sepakat, di antara seluruh makhluk hidup yang ada, hanya manusia yang mendapat akal berlebih. Manusia diberi kesempatan oleh Sang Pencipta untuk membawa peradaban ini menjadi lebih baik. Lihat saja, ada manusia-manusia super jenius yang bisa mengubah dunia secara berkala. Contoh paling mudah, negara kita sendiri punya B.J Habibie yang mematenkan beberapa pesawat terbang. Alat transportasi tercanggih ini membuat manusia dapat berpindah tempat dengan begitu cepat. Sesuatu yang pada ratusan tahun sebelumnya belum terpikirkan.
Baca juga: Orang Sukses, Belum Tentu Berguna
Sayangnya, dari 7 milyar manusia yang hidup saat ini, orang-orang semacam mantan Presiden RI ini sangat sedikit jumlahnya. Justru kebanyakan manusia berperilaku seperti makhluk hidup lain. Ada bapak yang menggauli anaknya sendiri, ada ibu yang tega membunuh seluruh buah hatinya. Perilaku inilah yang bahkan binatang pun tidak melakukannya.
Atau tidak selalu harus yang seekstrim itu. Manusia punya pikiran untuk menciptakan peradaban yang teratur. Makanya, ada berbagai jenis peraturan yang ada. Mulai yang bersifat universal, hingga yang begitu detil ada pada undang-undang dalam masing-masing negara. Itu menunjukkan kalau kita berbeda dengan binatang. Lalu, kalau masih ada yang mencuri atau membunuh pun sama saja tidak mematuhi peraturan itu. Lupakan tentang anugerah akal manusia, toh terkadang tidak dipakai juga.
Baca juga: Bisnis Modal Ngutang, Ngga Jaman!
Memang, akal manusia ini memiliki musuh utama. Namanya hawa nafsu. Banyak yang senang menyebut-nyebut hawa nafsu mereka secara blak-blakan. Apalagi kalau bukan harta, tahta, dan wanita (atau pria). Hawa nafsu inilah yang kadang menunggangi akal manusia. Orang-orang yang hanya memikirkan keuntungan semata? Ada jutaan jumlahnya. Begitu juga penguasa yang cenderung menyalahgunakan kekuasaannya. Apalagi orang-orang yang gelap mata demi memuaskan nafsu syahwatnya.
Tapi sekarang bukan waktunya untuk menonton atau melecehkan perilaku-perilaku tidak terpuji itu. Terlebih lagi sibuk menghakimi atau membenci orang-orang yang melakukannya. Kita sendiri lah yang perlu berkaca. Apa yang kita lakukan sekarang dalam hidup kita? Kenapa kita tidak memaksimalkan kesempatan untuk hidup? Apa sebenarnya tujuan Tuhan menciptakan Anda? Apa betul hanya untuk sekadar hidup saja? Lahir, sekolah, bekerja, menghasilkan keturunan, kemudian kembali dipanggil oleh-Nya.
Baca juga: Kerja Nomaden di Era Digital
“Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.” (Buya Hamka)
Mari merenung sejenak. Hal besar apa yang sudah kita lakukan? Setidaknya untuk orang-orang sekitar kita saja, kalau belum bisa untuk negara atau dunia. Jangan-jangan, kita lupa dan lalai kalau sudah diberikan akal yang sangat luar biasa. Malah dikendalikan oleh hawa nafsu saja. Hanya hidup meramaikan dunia. Hanya bekerja sekenanya. Lupa memikirkan sesama. Lupa menambah makna. Lupa kalau hidup hanya sementara.
Yuk, selagi ada waktu, kita giring kehidupan kita menjadi lebih berguna. Jangan biarkan akal dan hawa nafsu kita malah membawa pada keburukan. Kalau bisa lebih berarti untuk orang lain, ambil kesempatan itu. Orang-orang di sekitar kita pasti membutuhkan peran kita. Apapun yang kita lakukan sekarang, lakukan dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai hanya asal saja. Berikan kontribusi sebesar-besarnya bagi orang lain, keluarga, bangsa, negara, dan dunia. Buat mereka bangga dengan mengenal Anda. Biar mereka terus mengingat sosok Anda, bahkan ketika Anda sudah tiada.
Baca juga: Lendabook, Berbagi Buku untuk Indonesia
Header image credit: huffingtonpost.com