Kapan terakhir kalian nonton TV? Kemarin, dua hari yang lalu, seminggu yang lalu, atau udah ngga inget lagi terakhir kali kapan? Sementara itu, kalo ditanya kapan terakhir nonton YouTube, saya yakin banyak yang bakal jawab barusan aja, tadi pagi, atau beberapa jam yang lalu.
Semua orang rasanya setuju kalau sumber hiburan kita sudah beralih dari media tradisional macam televisi, ke online yang bisa dikonsumsi kapan pun dan di mana pun. Selain fleksibel, pilihan yang ditawarkan juga sangat beragam. Mau yang dari super ringan sampe yang isinya pelajaran, semua bisa dicari dan ditonton. Ngga kayak TV yang isinya (lagi-lagi) YKS atau debat capres. *ehem*.
YouTube ngga lagi berfungsi sekadar platform di mana orang mengunggah video supaya bisa ditonton siapa pun, tapi juga menjadi jejaring sosial tempat orang menyebarkan pengaruh, informasi, konten, dan level ke-keren-an.
Dugaan saya semakin kuat ketika minggu lalu berkunjung ke VidCon, sebuah festival, konferensi, workshop, dan berbagai acara campur aduk yang dihadiri para fans, kreator, dan pelaku industri online video di Anaheim, California, Amerika Serikat. VidCon yang sudah memasuki tahun kelima ini berawal dari gagasan Hank dan John Green, duo kakak beradik yang kondang berkat channel YouTube mereka, Vlogbrothers.
Teens and Tweens Rule!
Pas ngecek program acaranya, jujur aja, ngga banyak YouTubers yang saya kenal namanya. Maklum, saya ngga segila itu nonton YouTube. Saya lumayan ‘ngeh’ dengan beberapa nama semacam David Choi, iJustine, dan Chester See, tapi sisanya kurang begitu tahu.
Pas sampe di venue, saya langsung terheran-heran dengan pemandangan beribu-ribu anak ABG cewek yang teriak-teriakan histeris sambil bawa berbagai atribut YouTubers favorit mereka. Sekitar 70% pengunjung adalah remaja cewek dengan range usia antara 11-18 tahun, dan sisanya terdiri dari kreator YouTube atau biasa disebut YouTuber, stakeholder industri, dan para orangtua yang jadi chaperone mereka. Saya langsung berasa tua ngebaur di antara para teens dan tweens ini. *sigh*
Program di VidCon yang paling populer selain konser adalah meet and greet dengan puluhan YouTuber, mulai dari vlogger, musisi, sampai komedian. Ratusan ABG rela ngantri selama berjam-jam untuk dapat kesempatan foto bareng dan minta tanda tangan para YouTuber kondang ini. Yang serunya lagi, para YouTuber yang cuek bebek lalu lalang di sekitaran venue konvensi mengundang para fans untuk menyerbu dan menyetop mereka untuk minta foto bareng. Karena jumlah YouTuber yang cukup banyak, pemandangan semacam ini saya temui barangkali setiap 10 meter sekali.
The Hardcore Fans
Dipikir-pikir, ngga heran sih kalau isi pengunjung VidCon ini ABG semua. Mereka adalah generasi digital native, anak-anak yang dari lahir udah kenal sama smartphone dan internet. Mereka selalu dapat informasi baru secara online, terbiasa nonton YouTube – bukan TV – dan fasih betul nge-subscribe YouTuber favorit mereka.
Booth merchandise yang berjualan berbagai pernak-pernik YouTuber juga laku diserbu. Mulai dari kaos, CD musik, sampai poster dan pin. Atribut itu dibawa-bawa dengan bangga dan dipamerkan ke teman-teman mereka.
Konsumen Remaja
Lalu, apakah fenomena penonton ABG ini cuma ada di Amerika? Ngga juga tuh, nyatanya, di acara YouTube FanFest yang digelar akhir Mei yang lalu di Singapura, dan YouTube Fans Meet and Greet di Jakarta, kebanyakan pengunjungnya juga anak remaja kisaran SMP dan SMA. Mereka lah para konsumen sekaligus influencer dan buzzer dari konten online video yang sebagian besar didapat dari YouTube ini. Mereka yang dengan semangat mendukung para YouTuber untuk terus bikin konten, dan dengan sukarela nge-share video dan kreator yang menurut mereka keren dan perlu di-subscribe.
Pe-er untuk kreator lokal adalah gimana menarik perhatian para ABG ini dengan cara bikin konten yang relevan dengan mereka. Itu kalau kreator mau menyasar market terbesar YouTube saat ini.
Kalau mau gampang, kita bisa riset pasar ke adek dan keponakan terdekat, untuk tanya-tanya ke mereka, konten video apa yang mereka suka tonton?
Comments 1