Here’s a little fact about World Cup 2014. Dua minggu setelah resmi dibuka 12 Juni lalu, sedikitnya terlacak 300 juta tweet menggunakan hashtag #WorldCup. Jumlah ini masih nggak seberapa, belum ditambah dengan tweet-tweet independen tanpa hashtag, atau yang bikin-bikin hashtag sendiri. Di Amerika sendiri, pertandingan 16 besar USA lawan Portugal ditonton sekitar 25 juta orang, mengalahkan jumlah viewers dari final NBA ’14 dan MLB World Series yang cuma 15 jutaan. Padahal, keduanya ini tercatat sebagai olahraga nomer 1 dan 2 di USA.
Dahsyatnya angka dan statistik seputar World Cup ini nggak lepas dari keterlibatan teknologi di setiap aspek penyelenggaraannya. Mulai dari teknis di lapangan, sampai hype-nya yang nggak hanya memanfaatkan media konvensional, tapi juga jor-joran di media baru alias internet. Iya, majunya teknologi hari ini bikin panasnya lapangan World Cup nggak hanya hadir lewat layar kaca, tapi juga smartphone kita.
Happening di Social Media
World Cup, event sepakbola empat tahunan paling bergengsi ini emang jadi daya tarik bagi semua “penggemar” sepak bola. Baik itu yang karbitan alias fans dadakan, atau yang sebenernya sih sama sekali bukan. Ngerti bola aja engga.
Di Indonesia sendiri, ajang World Cup jadi penyelamat riuh rendah buzzer twitter kampanye pemilihan umum presiden. Bahkan 9 Juli nanti, pemilu harus bersaing dengan semifinal World Cup, hehe.
Sosial media sendiri setidaknya adalah penyumbang rating televisi yang cukup tinggi. Trending World Cup di Facebook, Twitter, maupun Google+ juga sedikit banyak membantu menaikkan rating televisi. Di Facebook, setiap pertandingan World Cup mencetak setidaknya 15 juta interaksi, termasuk posts, comment, maupun likes!
Google Doodle
Google sendiri punya cara unik untuk menyemarakkan World Cup kali ini. Paling simpelnya, ada Google Doodles yang sejak pembukaan sampai sekarang terus bertemakan World Cup. Bahkan pada 6 hari pertama World Cup, Google Doodle ganti 14 kali! Jadi kalau dipukul rata, Google mengganti doodle di homepage search engine-nya itu sebanyak 2 hari sekali, ya demi World Cup.
Selfie dengan fitur Paints Your Face di Google+ (source: Elisa)
Di social media-nya, Google+, Google bahkan menyediakan fitur Paints Your Face, dengan mengetik #Paint[Country Name] di foto, maka wajah kalian akan berganti dengan coretan tim favorit, keren. Di Indonesia contohnya, kita bisa melihat di timeline Twitter, banyak avatar yang berubah lambang negara favoritnya, atau histeris kalau ada Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi sliweran di timeline. ‘Wabah’ ini termasuk wabah demam World Cup. Apalagi orang Indonesia sangat senang dengan apa-apa yang lagi hits, semuanya pasti diikuti dan ditiru.
Twitter juga sudah mengantisipasi lonjakan pada saat World Cup, seakan mengakomodasi para fans dadakan, Twitter membuat fitur change your avatar with your favorite country, Dengan beberapa kali klik, foto profil kalian akan berubah! Lalu tweet dengan memakai #hashflags, kalian resmi menjadi suporter sejati. Belum lagi ketambahan wajah profil di Google+ berubah jadi lambang negara, kurang “supporter” apa coba.
Belum lagi heboh aktivitas “nobar” alias nonton bareng di warung kopi atau kafe. Perhatikan muda-mudi yang nobar tersebut, mereka akan terfokus sama dua layar: layar yang nampilin pertandingan, ya sama layar smartphone masing-masing. Ya, mereka harus update kalau lagi nonbar, atau minimal check-in.
Di Inggris sana, ada statistik selama World Cup 2014 menyebutkan, ada sekitar 31% pengguna Twitter yang nge-tweet saat pertandingan berlangsung. Padahal, sekitar 90% pengguna Twitter di Inggris sana pasti melihat pertandingan. Sayang saya tidak menemukan statistik Twitter di Indonesia saat World Cup berlangsung, mungkin lebih tinggi traffic-nya.
Masuknya Inovasi Teknologi di World Cup
Euforia World Cup di seluruh dunia sebenarnya sangat terbantu dengan kemajuan teknologi, adanya siaran televisi yang canggih contohnya.
Dengan majunya teknologi penyiaran, World Cup seakan dihadirkan di seluruh dunia, tidak hanya di Brazil sebagai tuan rumah. Dulu mungkin orang hanya banyak mendukung tim dari daerah masing-masing sebagai kebanggaan daerah. Tetapi kini, pendukung tim-tim sepakbola dunia banyak tersebar diseluruh dunia, karena mudahnya akses penyiaran tersebut.
Karena, televisi tidak hanya sekedar menyiarkan sepakbola, tetapi berusaha membawa suasana di stadion masuk ke televisi. Mulai dari pre-match (latihan, press conference, suasana ruang ganti), dan tentu saat match. Pada saat match, setidaknya bisa sampai 30 sampai 40 kamera yang menyorot seisi stadion untuk siaran televisi. Mulai dari jalannya pertandingan, pemain, pelatih, supporter sampai hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan sepakbola. Ya, karena sepakbola sudah menjadi hiburan komersil.
Pokoknya, bagaimana caranya para penonton di rumah bisa sampai merasakan atmosfer stadion, suara, ketegangan sampai emosi. Bahkan untuk pemain bintang World Cup seperti Cristiano Ronaldo, Neymar, atau Messi, mereka mendapat jatah kamera khusus yang menyorot mereka saat berada di lapangan. Mulai dari kaki, gerak tubuh, dan yang terpenting: wajah.
Bahkan, Conlumino, sebuah perusahaan analisis retail di Inggris menyebutkan setidaknya akan ada 488 juta dollar yang akan dikeluarkan warga Inggris untuk membeli TV, radio, atau speaker baru untuk World Cup 2014 Brazil kali ini.
Dari dalam lapangan, Goal Line Technology atau teknologi garis gawang juga banyak disorot. Bagaimana kinerja wasit sekarang banyak dibantu teknologi, mulai dari wasit yang memakai headsets sehingga memudahkan komunikasi antar wasit. Lalu ada vanishing foam. Jika kalian lihat wasit menyemprotkan cairan putih di rumput, itu adalah vanishing foam. Cairan yang tampak seperti shaving cream itu terdiri dari air dan gas butan, sehingga akan menguap dan akan hanya menyisakan air di rumput kurang dari 1 menit.
Teknologi garis gawang ini yang paling menarik, sekitar setidaknya ada 14 kamera yang terpasang di stadion. Teknologi ini sebenarnya sudah diterapkan di tenis dan di kriket, dan terakhir sudah diterapkan di badminton.
Kali ini FIFA memakai perusahaan startup teknologi asal Jerman GoalControl. Cara kerjanya yaitu kamera di setiap sudut akan mengirimkan ke server di stadion. Total akan ada 500 gambar per detik yang dikirimkan dari semua kamera. Pada intinya, teknologi garis gawang membantu wasit untuk lebih mengetahui apakah bola benar-benar masuk ke gawang.
Hi-tech Sport Event
Event olahraga sekarang sudah jadi lifestyle, yang mana emang nggak bisa lepas dari teknologi. Karena ini ajang akbar semacam World Cup, makanya pemanfaatan teknologi di berbagai lini berasa masif banget. Kita tunggu ke depannya, teknologi apa lagi yang akan hadir melengkapi perhelatan dunia ini.