Ziliun
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
Ziliun
No Result
View All Result

Mau ‘Jalan di Tempat, Grak!’ atau ‘Maju, Jalan!’?

PutribyPutri
27/08/2014
in Opinion
1
Mau ‘Jalan di Tempat, Grak!’ atau ‘Maju, Jalan!’?
Share on FacebookShare on Twitter

RelatedPosts

Sekali-kali Kita Keluar dari Zona Mimpi

Libra Cryptocurrency: Is it a Good Crypto (or Not)?

“To improve is to change, to be perfect is to change often.” (Winston Churchill)

Semua pasti pernah ngalamin enaknya hidup di zona nyaman. Situasi dimana kita udah PW (Posisi Wuenak), nyaman, dan tidak mau beranjak kemana-mana. Rutinitas dan pekerjaan itu-itu aja, target itu-itu aja, kebiasaan itu-itu aja. Udah puas dengan hal yang dicapai sekarang, jadi males ngapa-ngapain.

Best Payday Loan

Kebanyakan kita takut pada perubahan. Mending gini-gini aja tapi aman, daripada berubah dan nggak ada yang jamin kalau masa depan lebih menyenangkan.

We all fear what we don’t know. It’s natural. Tapi, masa yang natural kayak gitu jadi menghambat kita maju dan bergerak? Padahal, udah sifat alamiah manusia juga untuk nggak gampang puas. Untuk selalu menginginkan lebih, to get as close to perfection as humanly possible.

Terus kenapa kita takut perubahan? Ngatasin malas bergerak dari zona nyaman, hambatannya emang macam-macam. Entah itu motivasi internal kita yang kurang kuat, atau kalau mau nyalahin lingkungan: yaaa lingkungannya nggak kondusif lah, dan lain-lain.

Baca juga: Rombak Pola Pikir

Padahal kalau kata Winston Churchill, kalau kita mau jadi lebih baik, ya kita harus berubah. Untuk jadi (mendekati) sempurna? Ya terus-terusan berubah. Jangan mau berada dalam suatu kondisi yang statis, apalagi membosankan. Yang dilakukan itu-itu aja, lingkungan itu-itu aja, akhirnya pola pikir kita juga itu-itu aja. Stuck.

Pandangan dan pola pikir kita akan berubah ketika berusaha keluar dari zona nyaman. Ketika keluar dari zona nyaman, kita belajar dari hal yang sebelumnya kita lakukan. Dan berkembang dari sana.

Ambil saja contoh, Arlita Tiarasari dengan bisnis sepatukukubaru-nya. Lima tahun kerja sebagai manager di sebuah bank asing, untuk resign dan fokus menekuni bisnis itu bukan perkara gampang! Awalnya banyak ketakutan: khawatir karena kehilangan banyak uang tunjangan, takut bisnisnya nanti nggak meledak di pasaran, dan pertimbangan-pertimbangan lainnya. Tapi toh akhirnya, kalau saat itu Arlita nggak memutuskan berubah, bisnisnya nggak akan ngehits kayak sekarang.

comfort zone gambar: tedserbinski.com

 

Baca juga: Menjadi Lebih Bermakna

Perubahan memang mutlak harus dilakukan, tapi ya tidak harus selalu dalam hal-hal yang besar. Perubahan kebiasaan mungkin akan sulit dilakukan, tetapi ketika terus merubah kebiasaan, hasil yang baik terlihat. To be perfect is to change often.

Perubahan juga nggak bisa dilakukan dengan waktu seminggu atau sebulan, pernah ikutan les bahasa Inggris trus seminggu kemudian langsung cas-cis-cus ngomong inggris? Nggak kan? Ya perubahan emang nggak instan, kan.

Kita juga gak bisa memaksa untuk langsung berubah, tiba-tiba resign dari tempat kerja trus mau bikin usaha, nggak pake mikir, ya nggak gitu juga. Sama aja bohong kalau kita mencoba keluar dari zona nyaman tapi nggak punya tujuan. Semakin jelas tujuan kita, semakin kecil risiko yang bakal dihadapi, risiko lingkungan baru atau bahkan risiko punya teman-teman baru nantinya.

Baca juga: #ziliun17: Online Social Movement Indonesia

Perubahan emang penuh risiko.Tetapi ketika kita sudah terbiasa dengan perubahan tersebut, risiko untuk berubah akan semakin kecil. Malah nih, risiko untuk yang tidak mau berubah lebih besar. Mau hidup gitu-gitu aja?

Jadi, hell with risks. Kalau kata Mark Twain sih, “Twenty years from now you will be more disappointed by the things that you didn’t do than by the ones you did do.”

“So throw off the bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade winds in your sails. Explore. Dream. Discover,” lanjutnya.

header image creadit: wallpaperscraft.com/

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)

Menyukai ini:

Suka Memuat...
Tags: majustuckWhat We Thinkzona nyaman
Previous Post

Do You Really Need an Office?

Next Post

Hidup untuk bekerja, atau bekerja untuk hidup?

Next Post
Hidup untuk bekerja, atau bekerja untuk hidup?

Hidup untuk bekerja, atau bekerja untuk hidup?

Comments 1

  1. Ping-balik: Kenapa Saya Tak Lagi Percaya pada Pembangunan Karakter (2) | Ziliun

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Yang Terbaru

  • Fenomena Media Alternatif: Efektif Tapi Bisa Bawa Dampak Negatif
  • Fenomena Konser Ramah Lingkungan, Gimana Praktiknya?
  • Mengenal Apa itu Chronically Online
  • Apakah Demokrasi Adalah Sistem Pemerintahan Terbaik?
  • Mengenal Filsafat Stoikisme
Ziliun

Media yang menemani perjalanan anak muda untuk menghadapi kehidupan dan memasuki dunia kerja, serta mendorong dan memotivasi anak muda untuk menjadi versi terbaik diri mereka.

  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Kerja Sama

Ruang & Tempo Coworking Space

Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No. 8, Jakarta Selatan 12210

Bikin kontenmu sekarang!

© 2025 Ziliun All rights reserved.

Ziliun

  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space

© 2025 Ziliun All rights reserved.

%d