“Creativity is just connecting things.” (Steve Jobs)
Apa yang pertama kali terpikir di otak lo saat mendengar kata kreativitas? Buat kebanyakan orang, kata “seni” dan “imajinasi” adalah yang pertama terlintas di benak mereka kalau lagi ngomongin kreativitas. Dari sini pun muncul suatu kekhawatiran yang tanpa kita sadari sering menghantui banyak orang: kalau gue gak “nyeni”, gue gak kreatif dong?
Arti dari kreativitas kelihatannya jadi sempit banget, dan eksklusif cuma buat orang-orang yang tergolong ke dalam creative type: desainer, seniman, musisi, penulis, you name it. Gue sendiri gak setuju dengan pemaknaan kreativitas yang kurang luas ini, dan ternyata banyak yang punya pemikiran sama.
Baca juga: Berguru pada Pemilik Dagadu
Jurnalis dari Amerika Serikat, Jonah Lehrer, pernah menulis sebuah esai singkat tentang “How to be Creative”. Menurut Lehrer, kita cenderung melihat orang-orang kreatif seperti Steve Jobs seakan-akan mereka punya kekuatan supernatural untuk membayangkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Kita menganggap Steve Jobs sebagai creative type dan kita bukan termasuk ke dalam golongan itu.
Namun, di esai tersebut, Lehrer berargumen bahwa kreativitas itu bukan sihir, dan sebenarnya gak ada yang namanya creative type, karena kreativitas itu bukan sifat yang kita bawa dalam gen. Kreativitas adalah skill dan semua orang bisa belajar jadi kreatif. Di esainya, Lehrer mengingatkan kita akan kutipan Steve Jobs yang terkenal tentang kreativitas.
Steve Jobs famously declared that “creativity is just connecting things.” Although we think of inventors as dreaming up breakthroughs out of thin air, Mr. Jobs was pointing out that even the most far-fetched concepts are usually just new combinations of stuff that already exists. Under Mr. Jobs’s leadership, for instance, Apple didn’t invent MP3 players or tablet computers—the company just made them better, adding design features that were new to the product category.
Kalau pernyataan bahwa kreativitas hanya tentang menghubungkan banyak hal itu benar, berarti kita bisa sampai pada suatu kesimpulan baru: creative people are those who can solve problems. Lo gak harus nyeni atau bisa desain untuk jadi orang kreatif. Lo simply harus bisa memecahkan masalah yang lo hadapi sehari-hari dengan cara connecting things.
Baca juga: Lendabook, Berbagi Buku untuk Indonesia
Misalnya, lo lagi kepengen liburan ke Bali dan lo gak punya uang. Apa yang lo lakukan? Merengek minta uang ke orangtua bukan cara yang kreatif. Kreatif itu kalau lo mulai berpikir, “Kira-kira satu bulan ke depan gue bisa jualan apa ya buat dapet duit?”
Contoh lain, misalnya lo jadi panitia suatu event. Event ini diadainnya di mall, tapi di spot yang lalu lintas pengunjungnya sepi banget. Lo pun berpikir, apa ya yang bisa lo lakukan untuk menarik pengunjung? Instead of doing ordinary things kayak bagi-bagi brosur, lo minta izin ke pihak mall untuk bisa flashmob rame-rame bareng panitia yang lain di spot yang banyak pengunjungnya, supaya mereka penasaran akan acara lo, dan akhirnya coba-coba datang ke tempat acara lo itu. See? Problem solved.
Baca juga: Minilovebites: Start Small, Start Now
Dengan Internet dan begitu banyaknya resources zaman sekarang ini, kreativitas bukan lagi barang eksklusif. Semua orang bisa jadi kreatif selama punya niat untuk memecahkan masalah. Tinggal lo aja, mau cuma ngeluh apa jadi creative problem-solver?
Baca juga: 5 Things I Wished I Knew When I Was 20
Header image credit: architoolbox.com
Comments 1