Sebelumnya, saya mohon maaf jika ada yang tersinggung lagi dengan tulisan saya ini. Tapi sekali lagi, silakan buktikan kalau saya salah ya.
Kali ini, saya mau membahas betapa hebatnya generasi muda bangsa ini dalam mengkritik sesuatu hal, terutama yang tidak penting. Penekanan saya adalah kritik, apalagi mengkritik hal yang tidak penting.
Menurut saya, kritik membutuhkan pemikiran, sedikit atau banyak. Dengan pertumbuhan pemakai jejaring sosial di internet, sangatlah gampang bagi seseorang menyampaikan kritik akan satu hal.
Baca juga: Memimpikan Indonesia Serba Terbuka
Kalau beneran mengkritik itu membutuhkan pemikiran, saya sebenarnya bingung kenapa tidak disalurkan untuk memecahkan berbagai masalah sosial yang ada di negeri ini. Kenyataan yang ada, lebih banyak anak muda yang menghabiskan energi IKUT-IKUTAN mengeluh, menghujat, mencela, SOK mengkritisi satu hal yang bahkan mereka tidak mengerti substansinya sama sekali.
Contohnya nih, sekedar ilustrasi saja. Bukan kejadian sebenarnya, dan mohon maaf jika kebetulan mirip dengan keadaan yang ada. Ceritanya gini, jadi ada sebuah inisiatif menghadirkan logo baru terkait city branding. Setelah salah satu logo yang masih draft itu ada, muncul berbagai komen yang mayoritas bernada negatif. Seketika di Republik Antah Berantah itu muncul banyak PAKAR DESIGN, PAKAR LOGO, PAKAR BRANDING, PAKAR KREATIF.
Baca juga: Jangan Asal Nurut Orangtua
Buat saya, orang-orang hebat yang jago kritik itu cocok juga mempertimbangkan karir sebagai komentator bola. Andai saja, semua komentator itu menjadi pelatih Timnas sepakbola kita. Indonesia pasti telah menjadi juara Piala Dunia. Sungguh membanggakan!
Di situasi yang berbeda, saya mengenal pribadi-pribadi hebat yang mendatangkan pemain naturalisasi seperti Irfan Bachdim. Mereka bergerak tanpa suara, tapi berorientasi hasil. Memang kehadiran pemain naturalisasi itu belum mengantarkan Indonesia sebagai juara Piala Dunia, tapi setidaknya mendorong banyak orang tua membelikan anaknya kaos timnas bertuliskan “Bachdim” di punggungnya.
Baca juga: Sistem Pendidikan Indonesia yang Menyesatkan
Saya juga mengenal beberapa individu yang tanpa lelah mengenalkan edukasi mengenai cara membuat video online. Di saat orang hanya bisa menghujat sinetron, teman-teman saya ini berkeliling nusantara mengajak pemuda pemudi harapan bangsa ini berkarya untuk menghasilkan konten yang bermanfaat.
Harapan saya adalah Bapak Jokowi sudi menambahkan satu Kementerian guna menangani anak muda yang gemar dan lihai dalam hal ngomong doang. Jumlah mereka semakin bertambah. Pemerintah sepantasnya memberikan perhatian lebih kepada mereka. Kasihan, mungkin tidak pernah dapat perhatian dari orang tuanya. Jadinya, ya, cuman bisa koar-koar di social media.
Pak Jokowi, saya tahu banyak nama bagus sebagai kandidat Menteri Muda Omong Doang. Sumpah, banyak kandidat yang sungguh jago ngomong doang!
Baca juga: Orang yang Tersesat, Belum Tentu Tersesat
Header image credit: ballycastlesdlp.wordpress.com