Ziliun
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
Ziliun
No Result
View All Result

Jangan Termakan Online Persona di Social Media!

PutribyPutri
10/09/2014
in Opinion
1
Jangan Termakan Online Persona di Social Media!
Share on FacebookShare on Twitter

“Arrived at <insert all-cool place>”

“Run <insert impressive number> miles in 50 minutes” via Nike+

“Strawberry and lemon for today’s infused water! Love!” #infusedwater #diet #healthy #nofilter #seger #drinks #life #daily #dansegambrenghashtaglain

Hari gini, siapa sih sekarang yang nggak mainan social media. Minimal Facebook, Twitter, Instagram, Path, udah itu paling pasaran. Udah rahasia umum bahwa mayoritas pengguna social media, jelas anak muda. Kata data GlobalWebIndex Wave, 98% pengguna internet di Indonesia punya social media. Kata Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 2012), 87,8% penggunaan internet di Indonesia ya untuk social media!

Baca juga: Jangan Terlalu Gampang Kagum

Kebayang lah ya itu kayak apa. Pagi buka mata sampai tutup mata lagi malem-malem, yang diakses ya social media. Kita hidup kayak di dua dunia. Dari yang katanya social media itu untuk express, malah jadinya buat mati-matian impress. Iya, di social media kebanyakan kita mencitrakan diri, dan bikin online persona sendiri.

foto: 9gag

Apa aja sih yang dicitrakan di social media? Status, popularitas, prestasi, harta, gaya hidup sehat hobi olahraga, menikah, punya anak, bikin bisnis sendiri, “mengubah dunia”, jalan-jalan keliling Indonesia bahkan dunia, nongkrong sana-sini aktif banget kehidupan sosialnya deh, beramal, bikin kontribusi sosial, aktif di komunitas dan jadi volunteer, berkarya, dan lainnya.

Baca juga: Mau ‘Jalan di Tempat, Grak!’ atau ‘Maju, Jalan!’?

RelatedPosts

Sekali-kali Kita Keluar dari Zona Mimpi

Libra Cryptocurrency: Is it a Good Crypto (or Not)?

Iya, semua berlomba-lomba keliatan keren di social media. Padahal nggak ngaruh juga kehidupan di social media dengan kehidupan nyata. Kalo saya pribadi yang paling gerah ya kalau liat status ngeluh atau sok-sokan tegar gitu. Ah tapi intinya sih dunia online persona ini, semua bisa “mengedit” dan menampilkan sisi terbaik hidup. Atau bahkan menampilkan hidup impian kita, bukan yang sesungguhnya. Check in di tempat bergengsi, nggak ketauan kalo ngewarteg sendiri. Heboh kalau liburan, flooding timeline dengan foto-foto yang bikin iri. Belum lagi geng yang pamer ibadah, pamer kontribusi sosial. Social media, lama-lama jadi sarana riya.

Tanpa sadar, standar suksesnya hidup jadi ditentukan oleh circle kita di social media. Social media jugalah yang mendefinisikan hidup versi sempurna. Kita jadi kehilangan suara, tanpa sadar berusaha agar hidup kita sepadan dengan apa yang selalu tampil di Twitter, di Instagram, di Path, di Google+.

Banyak foto, tweet, dan update yang tampak sukses atau lebih bahagia, lalu kita menatap  nanar, “kok bisa gitu ya”. Akhirnya kita galau-galau, trus nge-tweet. Padahal hidup mereka semua nggak ada hubungannya dengan kita, dan bisa jadi, hidup mereka nggak lebih baik dari kita. Lagi-lagi, balik ke online persona.

Baca juga: Rombak Pola Pikir

Jadi, ya sudahlah. Jangan termakan social media dan sempurnanya online persona di sana. Social media, mbokya digunakan untuk hal yang keren dan bermanfaat. At least jangan palsu-palsu amat. Habis berbuat baik? Habis ibadah? Kalem, kalem. Nggak semua detil harus diumbar.

Terus ngebanding-bandingin hidup kita dengan hidup orang lain lewat media sosial adalah hal yang aneh, apalagi kita sampai terpancing untuk bisa nandingin mereka. Ada banyak lain yang harusnya bisa dilakukan selain menanggapi hal-hal tersebut.

Udah banyak waktu yang kebuang buat mainan social media, sekarang kita masih nambah waktu kebuang lagi buat meratapi, iri atau cemburu dengan tweets atau foto-foto di social media. Masih banyak kehidupan lain yang bisa dicapai, kita fokus ke tujuan kita, lakuin sesuatu yang lebih baik. Get a life, a real one! Dan jangan pernah termakan online persona di social media. Itu aja.

header image credit: socialmediasmarketing.com

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)

Menyukai ini:

Suka Memuat...
Tags: sosial mediasosmedWhat We Thinkziliun
Previous Post

Arfi’an Fuadi: Karena Pendidikan Formal Nggak Jamin Munculnya Kreativitas

Next Post

Ivan Kurniawan: Angkat Local Value dan Modern Spirit dalam Fashion Batik Denim

Next Post
Ivan Kurniawan: Angkat Local Value dan Modern Spirit dalam Fashion Batik Denim

Ivan Kurniawan: Angkat Local Value dan Modern Spirit dalam Fashion Batik Denim

Comments 1

  1. Ping-balik: Generasi Social Media = Generasi Tukang “Sampah” (?) | Ziliun

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Yang Terbaru

  • Fenomena Media Alternatif: Efektif Tapi Bisa Bawa Dampak Negatif
  • Fenomena Konser Ramah Lingkungan, Gimana Praktiknya?
  • Mengenal Apa itu Chronically Online
  • Apakah Demokrasi Adalah Sistem Pemerintahan Terbaik?
  • Mengenal Filsafat Stoikisme
Ziliun

Media yang menemani perjalanan anak muda untuk menghadapi kehidupan dan memasuki dunia kerja, serta mendorong dan memotivasi anak muda untuk menjadi versi terbaik diri mereka.

  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Kerja Sama

Ruang & Tempo Coworking Space

Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No. 8, Jakarta Selatan 12210

Bikin kontenmu sekarang!

© 2025 Ziliun All rights reserved.

Ziliun

  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space

© 2025 Ziliun All rights reserved.

%d