Saat ini, beberapa kota di Indonesia juga sudah mengusung konsep kota cerdas dan Surabaya terpilih menjadi kota paling cerdas di Indonesia oleh Majalah Warta Indonesia dan Warta eGov pada tahun 2011.
Apa yang diinginkan dari masyarakat terhadap kotanya? Selain kota yang adem ayem, tatanan kota tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan dari masyarakatnya. Tak peduli sebesar dan sekecil apapun kota tersebut, masyarakat seolah-olah ingin kebutuhan hidupnya harus terpenuhi. Lalu, kota tersebut sebenarnya untuk dan milik siapa? Inilah yang akan kita bahas mengenai seluk beluk kota khususnya Smart City.
Smart City sendiri adalah sebuah konsep kota cerdas yang bisa membantu masyarakat yang berada di dalamnya, dengan cara mengelola sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas hidup orang-orang yang tinggal di kota. Misalnya dengan memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat/lembaga dalam melakukan kegiatan mereka, sehingga informasi tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik untuk memperlancar kehidupan mereka.
Baca juga: Tentang Menemukan Alasan dan Bikin Perubahan
Dalam prosesnya indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur pencapaian sebuah kota cerdas adalah; smart living, environment (lingkungan), utility (ultilitas/prasarana), economy (ekonomi), mobility (mobilitas), people (manusia, masyarakat). Keenam konsep kota cerdas ini dapat dikembangkan berdasarkan kriteria dan karakteristik kebutuhan penduduk perkotaan, yang tidak sama antara kota yang satu dengan yang lainnya.
Saat ini, beberapa kota di Indonesia juga sudah mengusung konsep kota cerdas dan Surabaya terpilih menjadi kota paling cerdas di Indonesia oleh Majalah Warta Indonesia dan Warta eGov pada tahun 2011.
Baca juga: Idealisme, Kemewahan Terakhir yang Hanya Dimiliki Pemuda?
Ada beberapa stakeholders yang perlu dilibatkan dalam pengembangan konsep kota pintar:
- Government
- Academician
- Citizen/civil community
- Developers
- Media
- Private sectors
Mereka semua punya peranan masing-masing dalam mengimplementasikan konsep kota pintar ke tataran aksi. Misalnya, pemerintah perlu membuat kebijakan yang mendukung terciptanya ekosistem kota pintar yang terintegrasi. Akademisi memberikan sumbangan saran kebijakan berdasarkan riset dan penelitian yang mereka lakukan. Developer membuat aplikasi yang memanfaatkan teknologi. Media mempromosikan dan mensosialisasikan semua program. Pihak swasta mendukung dengan modal, dan komunitas serta masyarakat turut berpartisipasi dengan mengubah kebiasaan lama yang buruk dan mempraktikkan yang baru. Jika salah satu pihak tidak berkontribusi, maka konsep ini tidak akan berjalan dengan baik.
Baca juga: Elang Gumilang: Bangun Rumah Murah untuk Kelas Menengah Bawah
Di negara-negara lain, keberhasilan kota cerdas semisal di Seoul, Singapura, Amsterdam, Copenhagen, dan Melbourne tidak terjadi begitu saja. Mereka punya konsep dan fokus yang berbeda tapi dengan visi yang besar. Contohnya Copenhagen (Denmark), merupakan salah satu kota cerdas di dunia yang fokus di bidang lingkungan. Sementara Seoul (Korea Selatan), mengutamakan pemanfaatan teknologi informasi yang digunakan untuk pelayanan publik.
Kota cerdas haruslah memiliki solusi terintegrasi untuk menyelesaikan berbagai masalah perkotaan seperti banjir, kemacetan, ledakan penduduk, dan air bersih. Semua pihak harus berani memulai untuk membawa kehidupan dan pembangunan yang lebih baik dan berkualitas.
header image credit: hvac-world.com
Comments 1