“Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia.” (Bung Karno)
Melalui quote di atas, sebenarnya Soekarno telah menyampaikan beberapa petuahnya bahwa anak muda adalah makhluk yang ganas. Dengan jiwa yang berkobar-kobar, apresiasi anak muda menjadi lebih teralokasikan dengan yaitu dengan good movement. Generasi muda sebagai agent of change atau agen perubahan sosial merupakan harapan masyarakat Indonesia untuk menjadikan negara ini jauh lebih sejahtera.
Kata John F. Kennedy, “Jangan pernah bertanya apa yang diberikan negara kepadamu, namun bertanyalah apa yang sudah diberikan untuk negara.”
Lalu apa yang bisa diberikan kaum muda untuk negara?
Tindakan yang bisa dilakukan kaum muda untuk Indonesia, paling simpelnya ya berpartisipasi menentukan masa depan negara. Iya, Pemilu misalnya. Pemilu kemarin, jumlah pemilih pemula (new voters) dan pemilih muda (young voters) berusia antara 17–25 tahun mewakili khalayak pemilih yang cukup besar. Menurut rumahpemilu.org, sekitar 50 jutaan jiwa adalah young voters.
Baca juga: Menghargai Sejarah Indonesia Lewat Novel Grafis
Menjadi pemilih muda bukanlah hal yang mudah. Perlu pendidikan politik dan sadar informasi agar pemilih muda tidak bersikap apatis terhadap Pemilu. Berkaca pada Pemilu 2004 dan 2009, cenderung semakin surut. Berbagai penyebab pemilih muda rawan menjadi apatis atau golput pada Pemilu, salah satunya adalah karena politik kekurangan role model yang dapat menjadi panutan bagi mereka, untung saja bibit good person muncul di Indonesia contohnya saja seperti Jokowi, Ahok, Ridwan Kamil, dan Risma yang sama-sama bergerak dengan tegas, unik, dan mengayomi untuk memberikan secuil perubahan bagi Indonesia.
Perilaku negatif partai politik selama masa kampanye, ketidakpercayaan pada pemerintahan yang begitu-begitu saja, kurangnya pendidikan politik, hingga idealisme kaum muda sebagai agent of change yang semakin luntur. Itulah beberapa faktor dari apatisnya anak muda di politik.
Kenapa idealisme generasi muda turun? Penelitian yang dilakukan Kompas pada 2011, sikap menonjol pada generasi muda adalah kurang perhatian pada masalah-masalah nasional (57,4 %). Sebelumnya pada 2010, Kompas mencatat hanya 20% generasi muda menganggap kepentingan nasional merupakan agenda mereka. Dalam riset 2011, Kompas juga mencatat sebanyak 63% generasi muda lebih berorientasi kepada diri sendiri.
Namun, kejomplangan itu muncul kembali ketika karakteristik dominan kaum muda ini dibarengi dengan edukasi politik sejak dini serta sadar informasi yang kurang. Padahal generasi muda memiliki peran menjadi pemimpin yang akan melanjutkan dan mengendalikan penyelenggaraan pemerintahan mendatang.
Baca juga: Susah Fokus? Mungkin Lo Termasuk Tipe Scanner
Kepedulian kaum muda terhadap politik sangat penting bagi kemajuan kehidupan negara ke depan. Sudah saatnya kita sebagai anak muda tak bergaya apatis dengan politik. Apatisme kaum muda terhadap politik adalah bumerang. Bentuk dari ketidakpercayaan pada partai politik atau pemerintahan sebelumnya bisa menjadi hal yang bahaya. Jika kita sebagai anak muda tidak berpartisipasi, pemerintahan yang hingga sampai saat ini masih dikenal sangat carut marut dan tidak egaliter dengan keinginan rakyat. Alias, masih ada mafia hukum di dalam politik tersebut, maka selanjutnya negara kita akan begini-begini saja atau bahkan makin terpuruk.
Kisruh Pilkada dan ricuhnya Sidang Paripurna kemarin, ramai dibicarakan anak muda di mana-mana, apalagi social media. Tagar #ShameonYouSBY juga trending di Twitter karena netizen muda kita. Komentar dan tanggapan mengalir deras di dunia maya, memang. Banyak yang mencibir banyaknya pengamat politik muda karbitan, namun sebenarnya ini jadi satu hal yang agak melegakan. Meski ya, jangan cuma berhenti sampe gerutuan di social media.
Baca juga: Jangan Termakan Online Persona di Social Media!
Membenci karena peduli. Apatisme yang sebenarnya adalah mereka yang menutup mata, tidak berkomentar apa-apa, tidak mau tau sama sekali. Harapannya dengan kecewanya anak muda, kita berbuat sesuatu untuk mengubahnya.
Sistem yang bobrok, tidak akan pernah berubah jika masyarakatnya juga tak ikut berubah menjadi baik. Jika bukan kita sebagai anak muda, siapa lagi yang akan membenahi bangsa ini? Iya, apatisme politik anak muda udah basi. Ke depannya, anak muda lebih peduli.
Baca juga: Creative Commons, Melegalkan Karyamu Secara Gratis
Header image credit: redeemerchurchpca.com