Ziliun
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
Ziliun
No Result
View All Result

Summing Up: Indonesia’s Creative Economy

PutribyPutri
30/06/2015
in Insight
0
Summing Up: Indonesia’s Creative Economy
Share on FacebookShare on Twitter

Sebulan terakhir Ziliun ngebahas lumayan banyak tentang industri kreatif Indonesia, mulai dari dilema ayam dan telur di industri kreatif, profil 10 kreator pilihan untuk PopCon Asia, sampai ke bedanya paten, merek, dan hak cipta.

Dari bahasan ini, kita ketemu nih banyak masalah yang dihadapi industri kreatif.

Pertama, harus diakui orang Indonesia masih harus terus belajar dari segi skill dan kreativitas, supaya bisa bersaing dengan pekerja kreatif lain di tingkat global.

Kedua, masalah hak kekayaan intelektual (HKI). Masyarakat masih kurang menghargai HKI, sementara para pekerja kreatif juga seringkali belum sadar akan potensi yang begitu besar, kalo aja mereka cerdas dalam memanfaatkan IP rights alias hak kekayaan intelektual mereka.

RelatedPosts

Kembangkan Kreativitas dalam Komunitas

Web Design dan Digital Marketing: Anak Kembar yang Tak Dapat Dipisahkan

Ketiga, kurangnya kesadaran dan keberanian berkolaborasi antar pekerja kreatif dengan skill yang beda. Padahal, dengan kolaborasi, hasil karya kreatif akan jadi jauh lebih maksimal.

Keempat, pekerja kreatif kurang bisa memberikan nilai atas karya kreatif mereka sendiri, makanya butuh banyak tukang hitung kreatif, kayak produser atau kurator yang bisa ngasih harga yang pas untuk sebuah karya kreatif.

Memang sih, data-data yang ada mestinya bisa bikin kita lebih optimis, karena ekonomi kreatif Indonesia–saat ini aja–mampu mempekerjakan lebih dari 11 juta orang.

Terus, gimana dong solusi buat masalah-masalah ini? Jawabannya kita dapet dari wawancara dengan Mas Lance Mengong, salah satu sutradara film Indonesia, yang punya concern dengan ekosistem perfilman. Menurut Mas Lance, ekosistem perfilman Indonesia terdiri dari lima hal–Studi, Produksi, Distribusi, Ekshibisi dan Apresiasi–yang masing-masing membutuhkan peran maksimal dari stakeholder terkait.

Nah, pemetaan ekosistem ini gak cuma berlaku di industri film, tapi juga berlaku di subsektor industri kreatif lain, dengan formula yang kurang lebih sama. Semua subsektor industri kreatif butuh lembaga-lembaga formal dan informal sebagai tempat studi, butuh infrastruktur yang mumpuni untuk produksi, butuh kanal distribusi yang terintegrasi, ekshibisi sebagai suatu bentuk showcase, hingga apresiasi, supaya pekerja kreatif selalu semangat bikin karya lagi dan lagi.

Ini gak sekompleks yang kita bayangkan, kok. Dan, menurut Mas Lance, dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN, kita justru akan lebih terpacu untuk maju karena dituntut untuk memenuhi standar internasional.

Makanya, ayo dong semuanya, berkontribusi untuk ekosistem industri kreatif Indonesia. Sesuatu sekecil apresiasi bisa jadi sangat berarti.

Header image credit: libreshot.com

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)

Menyukai ini:

Suka Memuat...
Tags: industri kreatifkreativitastriviaWhat We Learn
Previous Post

Siapa Aja Lima Pembicara di The Backstage Surabaya?

Next Post

July: Into the Future

Next Post
July: Into the Future

July: Into the Future

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Yang Terbaru

  • Fenomena Media Alternatif: Efektif Tapi Bisa Bawa Dampak Negatif
  • Fenomena Konser Ramah Lingkungan, Gimana Praktiknya?
  • Mengenal Apa itu Chronically Online
  • Apakah Demokrasi Adalah Sistem Pemerintahan Terbaik?
  • Mengenal Filsafat Stoikisme
Ziliun

Media yang menemani perjalanan anak muda untuk menghadapi kehidupan dan memasuki dunia kerja, serta mendorong dan memotivasi anak muda untuk menjadi versi terbaik diri mereka.

  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Kerja Sama

Ruang & Tempo Coworking Space

Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No. 8, Jakarta Selatan 12210

Bikin kontenmu sekarang!

© 2025 Ziliun All rights reserved.

Ziliun

  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space

© 2025 Ziliun All rights reserved.

%d