Ngomong-ngomong soal ide bisnis, gimana sih cara cari ide bisnis yang bagus? CEO Kreavi, Benny Fajarai, beberapa waktu lalu sempet cerita-cerita tentang ideation and visioning di Innovative Academy, Universitas Gadjah Mada. Sejak kuliah, Benny emang udah mikir kalo dia nggak mau kerja sama orang. Dia udah cita-cita banget pengen bikin perusahaan sendiri. Pemikirannya ini aja udah beda sama anak Indonesia kebanyakan yang impian terbesarnya ya jadi PNS atau kerja di perusahaan beken.
“Nggak mau kerja sama orang”-nya Benny beneran terbukti dari dia masih kuliah. Dia bikin yang namanya Cactus Project bareng beberapa teman yang programmer dan desainer. Agensi kecil-kecilannya ini sempet di-hire sama Nielsen dan klien-klien besar lainnya. Sayang, perusahaan pertamanya ini harus terhenti karena teman-teman yang terlibat punya visi yang beda. Beberapa project web yang dibuat pun gagal.
Tapi masalah begitu aja ngga bikin Benny patah arang. Benny malah jadi nyadar adanya kebutuhan buat mencari SDM kreatif. Apalagi nggak ada tempat yang nyediain informasi desainer atau profesional kreatif. Masalah ini membawa Benny membangun Kreavi. Semacam LinkedIn tapi khusus desainer dan profesional kreatif. User bisa punya halaman portofolio, dan ada job listing juga. Bergerak di dunia maya nggak membuat Kreavi lupa dengan dunia nyata. Mereka rutin bikin Kumpul Kreavi di beberapa kota. Di situ para ‘dewa’ desainer akan sharing, saling menginspirasi, dan berpotensi bagi mereka untuk berkolaborasi.
Sekarang, setelah hampir tiga tahun berdiri, Kreavi menaungi lebih dari 17.000 pekerja kreatif Indonesia. Angka ini pasti bakal terus bertambah. Acara Kumpul Kreavi juga selalu rame. Kreavi pun banyak nongol di acara-acara besar kayak Java Jazz Festival dan Web In Travel Indonesia. Benny sendiri sering jadi pembicara untuk menginspirasi orang-orang lain dengan visi membuat Indonesia lebih baik. Wajar, Kreavi punya misi meningkatkan apresiasi dari kreasi Indonesia. Mereka berharap kualitas, kesempatan, dan nilai ekonomi profesional kreatif Indonesia bisa meningkat.
Menurut Benny, ada tiga langkah untuk menciptakan ide melalui brainstorming:
- Imagination
- Observation
- Fact-finding
Dari imajinasi yang aneh-aneh, kita bisa mulai observasi. Benny bilang, “Being observant bisa menambah wawasan dan berkontribusi ke skill untuk mendapatkan ide dan visi. Tentu saja, ide dan visi perlu ditempa dengan fact-finding dan berpikir di luar mainstream.”
Ide itu what dan how, sedangkan visi adalah why. Visi itu kepercayaan mengenai alasan kita melakukan sesuatu. Visi lo belum tentu bisa dipahami orang lain. Entah karena mereka emang nggak percaya sama lo, atau seringnya sih mereka nganggep visi lo nggak masuk akal. Ibaratnya, visi adalah kait yang mencengkram suatu tujuan dan ide adalah tali. Kalo kita mulai dari ide dulu, itu sama aja lo cuma pegang tali sementara kailnya bergerak kemana-mana. Nggak jelas dan bisa bubar jalan. Seperti perusahaan pertama Benny yang diisi oleh orang-orang dengan visi berbeda.
Kunci dari ide bisnis adalah solusi. Jelas, bisnis itu menawarkan solusi dari kebutuhan atau keinginan pasar. “Kalo lo mau mulai bisnis, pastinya pikirin gimana menyediakan solusi untuk mereka. Lebih bagus kalo lo memberi solusi kebutuhan, bukan keinginan, karena semahal apapun produknya orang pasti akan beli,” jelas Benny lagi.
Masih bingung caranya dapet ide bagus? Benny bocorin lagi beberapa ciri ide brilian. Ide itu harus cukup simpel untuk bisa dieksekusi. Nggak usah sok terlalu sophisticated trus malah bingung jalaninnya. Selain itu, lebih bagus kalau udah kepikiran business model dari ide yang dibuat itu. Bagaimana monetisasinya nanti. Untuk mencapai itu, lo tentuin profil pelanggan dengan jelas. Pastikan memang pasarnya memadai.
Benny pun menggarisbawahi tiga hal yang mesti diperhatikan, “Ide itu harus ada entry barrier yang kuat. Terus punya secret recipe. Juga strong, solid, sturdy, and firm!”
Header image credit: gratisography