Dalam konteks menentukan masa depan dan memilih kerja, menurut Aldi Haryopratomo, CEO RUMA, ada tiga jenis transportasi yang bisa kita pilih. Mau mengaruhi samudera kehidupan pakai yang mana?
Tipe orang emang beda-beda, termasuk soal orientasi masa depan dan pilihan kerja. Ada yang, dimanapun kerjanya, pokoknya harus gaji dolar-an, mau nabung nikah atau naik haji. Ada yang nggak papa deh gaji kecil asalkan nama perusahaannya besar dan bergengsi. Cakep. Ada juga yang mikirnya, yang penting kerjaannya enak, seru, gaji standar nggak masalah yang penting panggilan jiwanya terpenuhi. Atau, ada yang setiap tahun ikutan tes biar jebol kerja di instansi pemerintah. Nggak papah.
Kemarin, saya kesempetan datang di seminarnya CompFest. Di panggung, ada Aldi Haryopratomo, CEO PT RUMA Indonesia, bicara tentang Technology for the People at the Bottom of the Pyramid. Teknologi untuk kaum marginal. Pembawaannya humble, padahal ia lulusan S2 Harvard University! Aldi sekarang mendirikan RUMA, Rekan Usaha Mikro Anda, yang meng-empower rakyat kecil di desa-desa dan pelosok nusantara dengan teknologi untuk meningkatkan taraf hidup. We’ll get to that details later, tapi ini ada hal menarik yang kemarin Aldi bagi.
Baca juga: Billy Dahlan: Jatuh Bangun Membesarkan Bisnis Perhotelan
Dalam konteks menentukan masa depan dan memilih kerja, menurut Aldi ada tiga jenis transportasi yang bisa kita pilih. Mau mengaruhi samudera kehidupan pakai yang mana? *ngikik*
Kapal Pesiar
Tipe perusahaan ala kapal pesiar ini, tipe-tipe yang bikin orangtua bangga. Kalau anak udah masuk sana, dunia cerah rasanya. Bagaikan pelesir dengan kapal pesiar, mau naiknya aja susah (mahal), tapi kalo udah berhasil berlayar, nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata! Kapal pesiar adalah perusahaan besar yang biasanya tesnya segambreng dan peminatnya dari ujung ke ujung negeri. Ya sebut aja, perusahaan-perusahaan migas semacam Pertamina, Chevron, Halliburton. Ini mah pundi-pundi rupiah mengalir kencang dan berbanding lurus dengan gengsi para mami-mami kalo lagi ditanya, “Anaknya kerja di mana, Jeung?”
Perahu Sekoci
Kapal oleng, Kapten. Iya, bagaikan sekoci penyelamat di kapal Titanic, perahu sekoci ini umpamanya ketika kamu membangun bisnis sendiri dengan sahabat. Baru berdua aja founder-nya, ya orang masih segede perahu sekoci. Masih harus kepayahan mendayung dan berusaha setengah mati biar nggak tenggelam. Inilah startup pada fase tahun-tahun pertama mereka.
Speedboat
Nggak sebesar kapal pesiar, pun nggak secuprit seperti perahu sekoci. Perkenalkan, speedboat, kapal berukuran sedang yang melaju kencang. Inilah perusahaan berkembang. Perusahaan rintisan yang sudah lebih mapan dan pesat berkembang, penuh dinamika!
Baca juga: Masa Depan Bisnis di Tangan Teknologi Informasi
“Bergabunglah dengan perusahaan yang sedang berkembang!” begitu kata Aldi kemarin. Bagi kamu yang mau banyak belajar dan merintis, speedboat is great to start with. Tapi sih pada dasarnya, transportasi apapun yang kita pakai, harus bisa mengantarkan kita ke tujuan.
Apa guna pakai kapal pesiar, kalau toh berlayar ke tempat yang bukan inginnya kita. Apa guna pakai speedboat, tapi cuma asal kencang dan bikin riak di laut aja, padahal tujuannya nggak jelas. Apa guna juga naik perahu sekoci, kalau kita nggak bisa memanfaatkan survival food yang ada, nggak tahu cara mendayung. Atau bahkan, satu perahu sama orang yang beda arah tujuan. Kita maunya ke daratan, dia seneng di laut aja. Lha?
Baca juga: Kenapa Bodoh Itu Mesti Dipiara
Jadi, tetapkan tujuan. Visi misi kita apa, baru pilih transportasinya. Selamat mengarungi samudera hidup yang nggak ada habisnya! Hahaha.
header image credit: dok. pribadi Suherman