Ziliun
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
Ziliun
No Result
View All Result

Melawan Pembajakan Dengan Model Bisnis Yang Tepat

PutribyPutri
08/12/2014
in Featured
0
Melawan Pembajakan Dengan Model Bisnis Yang Tepat
Share on FacebookShare on Twitter

Pembajakan bisa di-handle dengan model bisnis yang inovatif. Pekerja seni gak perlu takut untuk terus berkarya, dan inovator harus terus berpikir gimana bikin industri ini berkembang.

Kalau dulu generasi 90-an mau hemat nonton film dan dengerin musik, pasti pada beli CD atau VCD (waktu belum ada DVD) bajakan di pedagang kaki lima. Sekarang, mau “ngebajak” tinggal download lagu di 4shared atau download film pakai Torrent.

Sebenarnya, ngebajak itu kan sama aja ya dengan mencuri, tapi kenapa semua orang ngebajak ya? Alasannya ada dua: 1. Karena murah, dan 2. Pengen cepet. Misalnya, artis favorit di US ngeluarin album baru dan CD-nya belum masuk Indonesia, udah kebelet dong pastinya. Terus kalau ada film-film baru yang di bioskop udah gak tayang tapi DVD originalnya juga belum ada di toko, ya mending torrent aja. Apalagi serial TV yang biasa kita tonton marathon sampai gak tidur, ya kali deh harus nungguin episode-nya tiap minggu kayak dulu nonton Doraemon tiap Minggu pagi.

Image credit: designtrends.com

Apa itu berarti fenomena piracy gak punya solusi dan para seniman dibiarkan rugi? Tentu gak. Solusinya ada yaitu model bisnis yang tepat. Kita ambil contoh Netflix, yang bisa dibilang “menyelamatkan” industri film dan televisi di Amerika.

RelatedPosts

Dukung Pemimpin Perempuan di Ranah Teknologi

Belajar Entrepreneurial Mindset dari Tokoh Tiga Serangkai Kebangkitan Nasional

Baca juga: Belajar Dari Cerita Hewlett-Packard

Netflix awalnya cuma bisnis penyewaan DVD biasa, dengan layanan delivery DVD ke rumah. Bedanya, konsumen gak membayar biaya sewa per DVD, tapi pakai biaya langganan per bulan untuk jumlah DVD yang gak terbatas. Mulai awal 2007, Netflix merombak model bisnisnya menjadi penyedia video on demand di Internet, melihat penjualan DVD sudah mulai turun saat itu.

Jadi, pelanggan Netflix cuma perlu membayar biaya langganan sekitar $17, lalu bisa nonton film dengan sistem streaming (bukan download, agar gak ada pembajakan) untuk total durasi 17 jam. Netflix juga merilis serial TV dalam full season, supaya penonton bisa mengatur sendiri waktu mereka nonton tiap episodenya.

Penonton sekarang ingin kebebasan dan full control. Dengan slogan “Watch TV shows & movies anytime, anywhere” itulah yang Netflix coba berikan. Kalau kata Kevin Spacey dalam pidato fenomenalnya di Guardian Edinburgh International Television Festival 2013:

“Give people what they want, when they want it, in the format they want in, at a reasonable price, and they’re more likely to pay for it rather than steal it”.

Baca juga: Belajar Sejarah Indonesia Lewat Arsip Musik Digital

Di industri musik, kita juga punya Spotify, layanan streaming musik komersil yang memberikan akses ke jutaan lagu dalam format digital, tentunya dengan beberapa restriction untuk perlindungan hak cipta. Dan industri musik justru lebih diuntungkan lagi dengan model bisnis seperti ini, karena konon semakin banyak orang yang mengakses lagu, maka semakin banyak yang akan membeli tiket konser.

Kesimpulannya? Pembajakan bisa di-handle dengan model bisnis yang inovatif. Jasa streaming berbasis Internet juga bisa mendorong seniman-seniman indie, gak cuma mendorong penjualan mereka yang sudah komersil. Pekerja seni gak perlu takut untuk terus berkarya, dan inovator harus terus berpikir gimana bikin industri ini berkembang.

Kalau di Indonesia penetrasi Internet makin meluas, dan orang-orang makin melek teknologi, bukan gak mungkin kita punya Spotify atau Netflix sendiri. Dare to create one?

Baca juga: Art vs Design

Header image credit: gratisography.com

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)

Menyukai ini:

Suka Memuat...
Tags: FilmkreativitasmusiknetflixspotifyWhat We Learn
Previous Post

Run Without Growing Pains

Next Post

Kalau Makan Aja Impor, Mau Jadi Apa?

Next Post
Kalau Makan Aja Impor, Mau Jadi Apa?

Kalau Makan Aja Impor, Mau Jadi Apa?

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Yang Terbaru

  • Fenomena Media Alternatif: Efektif Tapi Bisa Bawa Dampak Negatif
  • Fenomena Konser Ramah Lingkungan, Gimana Praktiknya?
  • Mengenal Apa itu Chronically Online
  • Apakah Demokrasi Adalah Sistem Pemerintahan Terbaik?
  • Mengenal Filsafat Stoikisme
Ziliun

Media yang menemani perjalanan anak muda untuk menghadapi kehidupan dan memasuki dunia kerja, serta mendorong dan memotivasi anak muda untuk menjadi versi terbaik diri mereka.

  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Kerja Sama

Ruang & Tempo Coworking Space

Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No. 8, Jakarta Selatan 12210

Bikin kontenmu sekarang!

© 2025 Ziliun All rights reserved.

Ziliun

  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space

© 2025 Ziliun All rights reserved.

%d