Sebagai salah satu programmer yang suka UI/UX, saya seneng banget bahwa Google fokus di desain dalam Google I/O tahun ini. Salah satu highlight-nya adalah Material Design yang dapat applause dari semua penonton.
Sehubungan dengan desain, Google I/O mengadakan salah satu sesi workshop yang seru berjudul Design Sprint With Google Ventures. Sesi yang difasilitasi oleh beberapa partner dari Google Ventures (GV) ini merupakan praktik dari metode untuk digunakan oleh GV untuk membantu startup dalam membuat prototipe produk secara singkat, dan bisa diperbaiki dengan cepat.
Google Ventures adalah pemodal ventura milik Google Inc. yang fokus menyiapkan pendanaan mulai dari tahap seed, venture, bahkan growth. Pendanaan ini untuk startup teknologi berbagai bidang, mulai dari internet, software, hardware, cleantech, biotech, sampai healthcare. Bukan cuma sekadar mendanai, GV juga membantu mendandani startup binaannya sehingga siap untuk dirilis dan diluncurkan ke para investor. Portfolio Google Ventures di antaranya adalah startup seperti Nest, Uber, Pocket, sampai Appurify yang baru-baru ini di-acquire oleh Google.
Sebagai sebuah perusahaan yang baru mulai, startup tentunya perlu mengembangkan produknya ke pasar yang luas. Namun startup biasanya ada dalam fase bootstrap alias hemat, dan tidak punya banyak modal untuk riset pasar berbulan-bulan dan iterasi produk berkali-kali.
“Build, Learn, Measure”, sebuah istilah yang dipopulerkan oleh Eric Ries melalui bukunya “Lean Startup” yang kemudian menginspirasi banyak startup untuk mengukur kesuksesan sebuah produk dan desain melalui user testing. Namun karena minimnya sumber daya untuk melakukan user testing tersebut, design sprint menjadi sebuah strategi yang tepat karena prosesnya yang singkat dan tidak butuh banyak biaya.
Dalam workshop tersebut, saya berkesempatan mempraktikkan langsung bagaimana menerapkan design sprint dalam membangun produk secara singkat.
Idealnya, design sprint dilakukan selama 5 hari dengan tahapan sebagai berikut.
Day 1: Understand
Di hari pertama, tim akan mengumpulkan beberapa pengguna atau calon pengguna untuk sesi wawancara secara singkat. Pengguna diminta untuk bercerita mengenai masalah tertentu (yang berhubungan dengan produk yang akan dibuat) yang mereka hadapi, serta bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah tersebut. Kemudian hasil wawancara tersebut menjadi bahan diskusi bersama semua anggota tim dalam perusahaan yang biasanya terdiri dari CEO, CFO, developer, desainer, product manager, dan lain-lain. Pada akhir hari pertama, akan ditemukan struktur permasalahan yang hendak dipecahkan melalui proses desain di hari berikutnya.
Day 2: Diverge
Setelah proses diskusi yang dilakukan di hari pertama, di hari kedua ini semua tim secara individual diminta untuk memberikan ide sebanyak-banyaknya sebagai solusi atas permasalahan yang ada. Dari semua ide tersebut, masing-masing anggota tim kemudian melakukan rancangan kasar di atas kertas agar semua orang bisa mendapatkan bayangan bagaimana aplikasi dari ide tersebut.
Day 3: Decide
Tim kembali berkumpul untuk memutuskan secara voting, rancangan mana yang terbaik. Di sini proses diskusi untuk brainstorming sangat minim, di mana ide terbaik diputuskan oleh suara terbanyak. Ide dengan suara paling banyak kemudian difinalisasi menjadi desain yang lebih rapi untuk tahap pengembangan awal. Untuk memotong waktu, proses desain tidak dilakukan menggunakan Photoshop, tapi dengan software presentasi semacam keynote atau powerpoint.
Day 4: Prototype
Tim developer akan membuat prototipe dari desain yang sudah dibuat di hari sebelumnya. Prototipe ini sekadar menampilkan secara kasar, bagaimana tampilan fitur utama dari aplikasi yang ingin diluncurkan tersebut. Yang penting bisa dites dan dicoba oleh pengguna.
Day 5: Validate
Prototipe yang jadi di hari sebelumnya, pada hari kelima ini dilempar ke para tester, dengan tujuan untuk mendapatkan feedback dari mereka. Apa saja hal yang bagus, dan apa saja yang kurang.
Hasil dari design sprint ini secara cepat bisa dikembangkan karena sudah mengalami proses prototipe dan validasi pengguna.
Buat saya, metode ini recommended untuk startup yang mau mengembangkan produk secara cepat dan hemat biaya.
Comments 1