“Para kreator lokal Indonesia punya teknik yang tidak kalah dengan orang asing, tapi yang membedakan adalah konten yang dibuat. Kreator kita belum banyak yang memiliki kemampuan untuk menciptakan konten yang berkualitas,” Joko Anwar.
Industri film nggak lagi hanya bergantung pada media tradisional seperti bioskop dan televisi. Seiring perkembangan teknologi dan infrastruktur internet, film dan video kini sudah mulai merambah ranah online! Akses yang semakin mudah juga mendorong banyak bertumbuhnya komunitas dan pegiat online video di Indonesia.
Joko Anwar, sutradara Indonesia yang terkenal dengan berbagai film seperti Kala, Pintu Terlarang, dan Modus Anomali, adalah salah satu sineas film senior yang sangat percaya akan kekuatan media online, dan potensi online video ke depannya. Dalam kiprahnya, Joko Anwar juga merilis berbagai film pendek yang banyak dikeluarkan lewat platform YouTube. Ada Fresh to Move On, Grave Torture, Suncatchers, Waitin Room, dan yang terbaru, The New Found.
Kenapa Joko Anwar begitu percaya? Didorong oleh penetrasi smartphone dan tablet yang semakin luas, penonton Indonesia zaman sekarang menginginkan konten hadir secara instan, kapanpun dan di manapun! Oleh karena itu, permintaan akan konten video online akan semakin banyak terjadi. Sayangnya nih, tingginya permintaan pasar akan lebih banyak konten video online berkualitas, masih belum dibarengi dengan skill yang mumpuni. Iya, kita emang masih harus banyak belajar.
Baca juga: Jadi Pekerja Digital Kreatif, Mau?
“Para kreator lokal Indonesia punya teknik yang tidak kalah dengan orang asing, tapi yang membedakan adalah konten yang dibuat. Kreator kita belum banyak yang memiliki kemampuan untuk menciptakan konten yang berkualitas,” papar Joko Anwar.
Joko Anwar juga menggarisbawahi sih, seharusnya memang nggak ada perbedaan antara film online dengan film biasa. Film online pun bisa dibuat menjadi film biasa, pun film biasa bisa didistribusikan lewat online. Tetapi yang sekarang membedakan adalah distribusi dan promosi dari film online lebih mudah dan lebih dapat dinikmati. Sudah banyak platform online seperti YouTube yang tinggal upload. Atau yang sekarang lagi makin ngehits, video di Instagram atau Vine.
Bicara soal media, percaya nggak percaya, media itu nggak lebih dari sekedar media. Ada sesuatu yang jauh lebih penting, yaitu konten. Pesannya apa, ceritanya gimana?
Baca juga: Kreativitas Bukan Barang Eksklusif
Mau online atau konvensional, harus balik lagi dong ke konten filmnya. Kalau mau bikin film yang action, atau nonjolin effect, platform online akan kurang maksimal. Rilis di online juga durasi tidak akan maksimal. “Bicara perbedaan antara dua medium ini, tentu kita harus menilai berdasarkan genre dari konten film. Kalau mau punya film yang ada cinematic experience kayak Iron Man, atau The Avengers, ya kalau dirilis online ya feel-nya akan kurang bisa dirasakan,” imbuh Joko.
Selain jeli soal konten film, kolaborasi juga jadi konsep yang wajib diterapkan oleh para pelaku industri kreatif pada umumnya, dan sineas film khususnya. Apa jadinya sih desainer tanpa technical skill yang dimiliki filmmaker, tanpa kekuatan membangun konten oleh tim scripting, apalagi tanpa arahan dari sang sutradara. Intinya sih, teknik dan konsep harus jadi elemen utama yang dikolaborasikan bersama orang yang unggul di bidangnya masing-masing. Kalau nggak, ya percuma.
Baca juga: Idealisme, Kemewahan Terakhir yang Hanya Dimiliki Pemuda?
Soal konten, malahan Joko Anwar punya penekanan yang bagus nih. Katanya, yang paling penting adalah bagaimana kita menyampaikan cerita. Konten storytelling yang utama, iya. “Teknik malah harusnya gak perlu, kalau kamu ngerti storytelling, teknis akan ngikut aja. Misalnya kalau teknis bagus tapi nggak ada storytelling-nya, ya sama aja” ujar Joko Anwar menegaskan.
Jadi, setuju yaa, konten atau storytelling yang paling penting. Bikin film pendek ataupun panjang, film online ataupun film biasa, jika tidak mempunyai konten yang kuat dan penyampaian cerita alias storytelling yang bagus, yaaaa…belajar lagi deh.
Lha terus gimana biar jago bikin konten dan bisa storytelling yang keren? Learning by doing, sodara. Kalau kata Joko Anwar sih, “Bikin aja, sambil jalan, kita improve skill storytelling-nya.” Ya iya sih, kalau nggak dicoba, mana pernah bisa?
header image credit: takayahonda.com