Ziliun
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
Ziliun
No Result
View All Result

Visi = Tiket Hidup. Kok Bisa?

Mauren FitribyMauren Fitri
31/01/2016
in Opinion
0
Visi = Tiket Hidup. Kok Bisa?
Share on FacebookShare on Twitter

Sebut gue petualang sejati. Gue bisa travelling dengan kondisi duit yang ngepres nan tongpes (re: kantong kempes). Dengan entah sekian ribu lembar duit bergambar Kapitan Patimura yang ada, gue bakal melancong ke Bali!

Gue demen kalo lagi pegang selembar tiket. Walopun duit cekak, gue ngerasa ayem. Karena apa? Gue punya destinasi.

Jelas dan tercetak dalam selembar kertas: Nito Amalia/Sofy Ms, DPS.

Tiga huruf paling belakang adalah tujuan gue, dan kertas sakti ini ga boleh ilang travelling. Tapi, dengan gue tau destinasi gue mau kemana, apa itu udah cukup? Kalo gue udah sampe Bali, trus gue harus gimana? Kemudian otak gue mikir, “Gue musti ke Pandawa Beach, naek kano, ngerasain ditampar ombak, terus pengalaman tadi gue tulis buat referensi cerpen. Oh ya, gue juga harus ke Ubud, kenalan sama pelukis-pelukis hebat disana, siapa tau nanti ada yang cocok diajakin collab buat cover buku gue!”.

RelatedPosts

Sekali-kali Kita Keluar dari Zona Mimpi

Libra Cryptocurrency: Is it a Good Crypto (or Not)?

Breakdown dari tujuan tadi menjadi sesuatu yang spesifik, yang jelas arahnya, yang lo sendiri tau lo musti gimana ngejalaninnya.

Breakdown tadi namanya visi.

Baca juga: Inovasi Lahir Dari Orang Yang Malas?

Travelling itu sama kayak hidup. Tujuan hidup doang mah kurang. Hidup ga akan HIDUP kalo ga ada visi. Kalo kata Mbak Inul Daratista, “bagai sayur tanpa garam”.

Gue suka menyebut visi sebagai tiket hidup gue. Yang ga boleh ilang selama gue ada di dunia ini. Kalo tiket hidup ini ilang, gue bakal hilang arah. Hidup gue ga akan jelas dan bakal luntang-luntung kaya lutung kasarung.

Nah sekarang, apa pun yang akan lo bangun ke depan, lo harus punya visi yang jelas.

Pertanyaannya, gimana caranya merumuskan visi? Pakai saja analogi travelling tadi.

Baca juga: Purpose VS Passion

Pertama, tentukan destinasi atau tujuan lo. Misal, lo pengen bikin startup untuk mengentaskan masalah kekurangan gizi di Indonesia, atau pengen menciptakan klaster bagi UMKM di kota tempat lo tinggal, atau apa aja tujuan lo. Tulis di selembar kertas. Gue yakin banget, metode konvensional menulis di atas kertas bakal lebih nyantol dan lebih kebayang di otak. Kalo pengen simpel dan terlihat gambaran besarnya, kalian bisa gambar tujuan ini dan diletakkan di paling kanan.

Kedua, coba pikirkan dan tarik benang merah ke arah kiri. Lo musti punya acuan dari tujuan yang udah dibuat tadi. Kalo gue pergi ke Bali, berarti patokan gue adalah peta wilayah Bali, bukan yang lain. Kalo lo mau bikin startup buat mengentaskan kekurangan gizi, ya lo musti ngerti dulu apa itu gizi buruk, terus di mana aja lokasi orang-orang yang kena gizi buruk. Inget, acuan yang dibuat harus relevan dan sejalan sama tujuan, ya.

Sebenernya, dua hal tadi udah cukup buat kalian merumuskan visi. Tapi, kalo pengen lebih spesifik dan ngebuat visi itu terasa ‘tegas’, lo bisa tambahin target atau jangka waktu yang harus dicapai, permasalahan yang mungkin bakal dihadapi beserta dengan solusinya. Ini bisa menjadi pagar yang bagus untuk tujuan dan visi lo. Kasih batas-batas sewajarnya supaya bisa tetep fokus. Ga usah dipikir ribet dan njelimet. Visi sederhana tapi bisa memberikan makna akan lebih bagus ketimbang visi yang rumit dan membutuhkan waktu terlalu lama buat mikirinnya.

Baca juga: Kalau Sekedar Nyari Uang, Buka Warteg Aja!

Sekarang udah jelas kan? Tinggal luangkan waktu sejenak buat kalian berpikir jernih. Rumusin tujuan, beri acuan, tentukan target, ciptakan “tiket hidup” Udah, tinggal percikkan semangat untuk laksanakan!

Image header credit: picjumbo.com

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)

Menyukai ini:

Suka Memuat...
Tags: pola pikirtujuan hidupvisi
Previous Post

Nggak Masalah Punya Misi Beda, Tapi…

Next Post

Ekosistem: Lesson Learned di Hari Pertama 500 Accelerator

Next Post
Ekosistem: Lesson Learned di Hari Pertama 500 Accelerator

Ekosistem: Lesson Learned di Hari Pertama 500 Accelerator

No Result
View All Result

Yang Terbaru

  • Fenomena Media Alternatif: Efektif Tapi Bisa Bawa Dampak Negatif
  • Fenomena Konser Ramah Lingkungan, Gimana Praktiknya?
  • Mengenal Apa itu Chronically Online
  • Apakah Demokrasi Adalah Sistem Pemerintahan Terbaik?
  • Mengenal Filsafat Stoikisme
Ziliun

Media yang menemani perjalanan anak muda untuk menghadapi kehidupan dan memasuki dunia kerja, serta mendorong dan memotivasi anak muda untuk menjadi versi terbaik diri mereka.

  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Kerja Sama

Ruang & Tempo Coworking Space

Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No. 8, Jakarta Selatan 12210

Bikin kontenmu sekarang!

© 2025 Ziliun All rights reserved.

Ziliun

  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space

© 2025 Ziliun All rights reserved.

%d