Otak itu dari sononya bagaikan mesin tenun yang terus-menerus “menenun” ide, dugaan, dan konsep. Tapi, mesin tenun ini mesti distimulir pakai “pertanyaan”.
Ngerasa kreatif? Kalau lo bisa desain yang keren, atau bikin ide bisnis yang unik, belum tentu lo kreatif menurut standar dan definisi kreatifnya Michael Michalko. Coba renungi lagi deh, karena kalau menurut buku Thinkertoys: A Handbook of Creative Thinking karangan Michalko, orang kreatif melalui sebuah proses “bertanya” yang panjang dan gak instan.
I’ll make it clear with example. Si Michalko memberi contoh bahwa dia ingin kredit cicilan rumah selama 5 tahun. Penghasilan Michalko sendiri hanya $35,000 setahun, dan ada dua pilihan cicilan, yaitu $20,000 dengan suku bunga 10% dan $15,000 dengan suku bunga 8%. Terus gimana?
Dia lalu mempertanyakan mana dari opsi tersebut yang harus dipilih: 1) Apakah dia simply memilih suku bunga yang lebih rendah? 2) Apakah dia justru harus meningkatkan penghasillannya? 3) Apakah ada kemungkinan suku bunga pinjamannya menjadi lebih ringan?
Baca juga: Kreativitas Bukan Barang Eksklusif
Nah, ketika mencoba untuk mixing up a scenario kayak gitu, dia mulai come up dengan pertanyaan-pertanyaan menarik yang bikin dia bisa kreatif melihat sebuah permasalahan dari segala angle. “Bertanya” kayak gini berguna banget untuk mengasah otak karena otak manusia itu menurutnya bagaikan suatu enchanted loom, sebuah mesin tenun yang terus menenun ide, dugaan, dan konsep. Nah, otak yang sebenarnya dari sono udah kreatif ini butuh stimulan berupa pertanyaan.
Ga cuma berhenti menjelaskan di situ, menariknya buku ini, Michalko memberitahu kita tahapan-tahapan untuk terus terstimulasi jadi orang kreatif. Langkah kreatif ini disebut SCAMPER yang merujuk pada taking any specific idea and asking a series of questions of each specific part of the idea:
Substitute something.
Combine it with something else.
Adapt something to it.
Modify or Magnify it.
Put it to some other use.
Eliminate something.
Reverse or Rearrange it.
Baca juga: Salah Kaprah Ekonomi Kreatif Indonesia
Di awal buku ini, Michalko secara tegas bilang kalau pembacanya punya sifat kayak “kitten”, mending gak usah baca buku ini sama sekali. Tapi, kalau punya sifat kayak “monkey” ya, go on.
Analoginya, “monkey” mau berusaha lebih untuk ngedapetin sesuatu sedangkan “kitten” dianggap sebagai hewan yang malas dan lebih sering menunjukkan air muka memelas yang bikin pemiliknya iba. Malu gak hewan sekelas primata punya usaha lebih, lah kita “saudaranya” sendiri mageran padahal tingkat intelektualnya lebih tinggi?
Jadi, gak usah malu untuk terus mempertanyakan hal-hal yang dianggap gak mungkin. Kalau sering dianggap bodoh oleh guru karena banyak nanya di kelas, coba bilang, Newton juga banyak mempertanyakan kenapa apel harus jatuh ke tanah yang tidak jauh dari pohonnya. Sekarang kita jadi kenal teori Gravitasi.
Stimulus itu bisa berasal dari mana aja. Mungkin Isaac Newton ga tahu mengenai tahap-tahap SCAMMER, tapi dia ngerti banget kalau kita harus terus-menerus bertanya. Nah, bagi kita yang ngerasa kayaknya belum sesuai dengan definisi kreatif yang melalui “jalan panjang”, buku Thinkertoys ini mengajarkan cara berpikir bertahap untuk terus kreatif.
Baca juga: Fenomena Pasar Santa: Tempat Hipster atau Orang Kreatif?
Header image credit: sitebuilderreport.com
Comments 1