Statistik ini menyeramkan, tapi begitulah realitanya. Gak menutup kemungkinan kalau di negara kita juga begitu keadaannya. Namanya juga hukum alam, yang kuatlah yang menang.
Kondisi ini makin diperparah dengan fakta bahwa sebenarnya nepotisme itu terjadi secara alami, dan sulit dicegah. Oke, sebelumnya udah pada tahu kan nepotisme itu apa? Ya, misalnya, anak pejabat bisa dengan gampang nyalon di legislatif, karena punya koneksi dari bapaknya.
Baca juga: Ketika Senioritas Mengalahkan Meritrokasi
Kalau nepotisme terus merajalela, maka yang punya harta dan kekuasaan akan dengan sangat gampang naik ke atas, sementara 99% sisanya harus berusaha dengan “organik” alias ya murni kerja keras dari bawah. Bisa dibilang, sebenarnya dunia ini cuma dikuasai orang yang itu-itu aja dari dulu. Kalau ada figur baru yang reformis pun ternyata ketahuan cuma boneka (ups!).
Hmm.. terus mesti gimana, ya? Gue sendiri juga bingung karena logikanya, seorang bapak pejabat pasti mau anaknya punya kesempatan yang bagus dong, melalui koneksi yang dia punya. Kecuali anaknya yang bersikeras gak mau dibantuin orangtua ya (which is sangat jarang ada anak kayak gini). Sementara yang biasa-biasa aja harus dikit-dikit social climbing biar bisa naik, karena nilai meritokrasi belum tertanam di bangsa kita.
Mungkin pada harus #RombakPolaPikir semua.
Baca juga: Dino Patti Djalal: Teknologi dan Meritokrasi, Kunci Kemajuan Indonesia
Image header credit: gratisography.com