Perbincangan terkait artificial intelligence (AI) sering menjadi bahan obrolan yang sedang ramai dibicarakan oleh kalangan tech-savvy di seluruh dunia. Munculnya aplikasi yang menggunakan teknologi AI sudah mulai merambah ke ranah yang dirasakan oleh masyarakat luas. Salah satu contohnya adalah Google Duplex, teknologi terbaru dari Google Assistant yang dapat membantu kita melakukan reservasi restoran tanpa bantuan manusia. Fitur tersebut merupakan contoh yang paling ideal untuk menggambarkan bagaimana teknologi akan menggantikan berbagai pekerjaan manusia di masa depan.
Lalu pertanyaannya, apakah sudah waktunya untuk kita khawatir pekerjaan kita digantikan oleh robot? Ada ngga sih kemampuan manusia yang tidak akan digantikan oleh robot dalam waktu dekat?
Sebelum kita khawatir dan jadi ngga bisa mikir, ada sebuah riset yang dilakukan oleh Harvard Business Review yang membahas tentang beberapa skill yang belum akan tergantikan oleh AI dalam waktu dekat, diantaranya adalah:
Komunikasi secara persuasif
Pada contoh sebelumnya, saya menjelaskan bahwa Google Duplex sebagai pengganti manusia dalam berkomunikasi, lalu kenapa poin pertamanya adalah komunikasi?
Nah, konteks dari komunikasi di sini adalah komunikasi untuk mengajak orang melakukan suatu aksi atau biasa disebut dengan persuasif. Salah satu bentuk paling sederhana dari komunikasi yang persuasif adalah membuat cerita yang dapat menyentuh emosi seseorang. Pada dasarnya, walaupun manusia adalah makhluk yang rasional, sering kali kita membuat keputusan berdasarkan emosi tanpa kita sadari.
Pekerjaan yang membutuhkan story tersebut belum bisa digantikan oleh AI dalam waktu dekat karena membutuhkan algoritma yang sangat kompleks untuk bisa membuat program yang bisa membuat cerita yang relevan. Walaupun ada beberapa upaya untuk membuat algoritma yang bisa membuat cerita secara otomatis, hasilnya ceritanya belum relevan, apalagi cerita yang bisa menyentuh emosi seseorang.
Memahami Emosi Seseorang
Meskipun dengan teknologi yang paling canggih dari AI sekelas Amazon Alexa atau Google Assistant, teknologi AI masih belum bisa memahami secara akurat emosi apa yang sedang dirasakan oleh manusia.
Tingkat kompetensi emosional yang paling dasar adalah mampu mengenali emosi apa yang sedang terjadi pada seseorang dalam konteks analisis dan tindakan. Tingkat berikutnya adalah kemampuan untuk membuat keputusan yang relevan dalam situasi yang kompleks secara emosional. Pada tingkat tertinggi, kompetensi emosional melibatkan membujuk seseorang dan kelompok dengan menyentuh emosi orang tersebut.
Jangankan memahami dan bisa membujuk seseorang, untuk bisa membedakan emosi penggunanya saja masih sangat sulit dilakukan oleh AI.
Membuat Keputusan Dalam Sebuah Dilema Etika
Seperti dua poin sebelumnya, teknologi AI belum bisa memahami sesuatu yang berkaitan dengan nilai yang ada pada diri manusia yang memiliki kompleksitas tinggi pada konteksnya apalagi yang intangible atau tidak memiliki wujud fisik. Dalam poin ini, etika juga termasuk sesuatu yang belum bisa dipahami oleh AI.
Nah, konteksnya disini adalah teknologi AI tidak bisa menggantikan manusia untuk membuat keputusan yang membutuhkan pertimbangan secara etika. Dilema ini terjadi ketika dihadapkan dengan situasi yang melibatkan manusia secara tidak menguntungkan. Contohnya seperti kasus AI autopilot dalam mobil, jika ada kondisi dimana AI harus memutuskan untuk menghindari kecelakaan tapi malah melukai pengemudinya atau membiarkan kecelakaan terjadi tapi pengemudinya selamat, mana keputusan yang lebih baik?
Secanggih-canggihnya teknologi AI, saat ini keputusan-keputusan sulit masih harus dibuat oleh manusia. Menurut pendapat saya pribadi, masa depan AI akan lebih banyak membantu manusia sebagai asisten dan memberikan rekomendasi untuk membuat keputusan daripada menggantikan pekerjaan manusia untuk memutuskan sesuatu secara keseluruhan.
Kesimpulan
Tiga poin diatas merupakan beberapa contoh skill manusia yang masih belum akan digantikan oleh AI dalam waktu dekat. Ketiganya merupakan kemampuan kognitif tingkat tinggi dan kompleks yang sampai saat ini akan lebih optimal untuk dilakukan oleh manusia dibandingkan oleh AI. Sampai sejauh ini, skill tersebut memang belum tergantikan oleh AI, namun di masa depan nanti, siapa yang tau.
Jadi pertanyaannya, masih perlu ngga nih kamu khawatir kehilangan pekerjaan karena AI?