Andreas Senjaya, CEO Badr Interactive, beberapa waktu lalu berangkat ke San Fransisco untuk mengikuti program inkubasi dan akselerasi 500accelerator yang diselenggarakan oleh 500startups. iGrow, salah satu startup dari Badr Interactive termasuk dalam 52 startup terpilih dari seluruh dunia untuk mengikuti program tersebut selama 4 hingga 5 bulan ke depan.
Perjalanan Andreas Senjaya di San Fransisco tentunya punya banyak ilmu dan pengalaman yang bisa dipelajari. Oleh karena itu, Ziliun akan berbagi tulisan dari Mas Jay selama ia mengikuti program 500accelerator ini. Untuk apa? Berbagi ilmu dan pengalaman, supaya kamu juga bisa ikut belajar apa yang Mas Jay dapatkan di program ini.
Salah satu aspek paling penting yang ditekankan oleh program 500accelerator adalah key metrics. Key metrics ini dapat menjadi parameter untuk mengukur kinerja startup kami tiap pekannya. Setelah key metrics disepakati oleh mentor, kami harus membuat target setiap pekan dan prosesnya tetap diawasi oleh mentor. Bagian ini yang paling buat menantang sekaligus deg-degan, apalagi kalau key metrics-nya sulit bagi kami.
Karena iGrow adalah startup yang melandaskan model bisnisnya pada transaksi yang terjadi dalam platform, maka iGrow mendapatkan 2 key metrics yang menjadi KPI (Key Performance Indicators) kami dalam bulan pertama ini. Key metrics ini yaitu penambahan jumlah sponsor yang mensponsori penanaman di iGrow dan juga pertambahan lahan penanaman setiap pekannya.
Jika sudah terpenuhi, baru kami akan menghadapi key metrics selanjutnya yang lebih menantang yaitu revenue monthly growth (berapa besar pertumbuhan pendapatan setiap bulannya). InsyaAllah kami akan bekerja keras untuk memenuhi hal ini. Target yang diberikan memang berbeda-beda setiap startup, ada startup lain yang harus mengejar jumlah paid user, jumlah penjualan, jumlah download, atau mempercepat waktu launching aplikasinya.
Baca juga: Ekosistem: Lesson Learned di Hari Pertama 500 Accelerator
Target adalah bagian dari keseharian kita selama ini, namun PR besar adalah aspek monitoring target tersebut. Itulah sebabnya kehadiran seorang mentor yang bisa menjadi “peneror” dan pengingat kita bisa berpengaruh signifikan. Target biasanya bisa juga diejawantahkan lebih spesifik dan kuantitatif dengan KPI. KPI sudah biasa kita buat di setiap menghadapi tahun baru untuk perencanaan bisnis ke depan pada umumnya, namun bagaimana pengawasan rutin, baik itu pekanan, mingguan hingga quartal biasanya yang menjadi kekurangan kita sebagai entrepreneur.
KPI bukan hanya sekedar kumpulan matriks untuk menjadi parameter kinerja perusahaan saja, KPI merupakan hal yang sangat penting jika bisa dipergunakan dengan baik. Kami di Badr Interactive punya pengalaman berharga yang kami dapatkan di tahun 2015, tentang bagaimana pentingnya menetapkan target/KPI dan menjadikannya sebagai tools untuk monitoring kinerja kita secara rutin.
Sangat terasa sekali bagaimana kinerja perusahaan dipengaruhi oleh bagaimana bisa atau tidaknya kita melakukan dan mengambil insight dari aktivitas monitoring rutin. Apalagi jika KPI tersebut bisa diturunkan ke setiap anggota startup kita, tentunya semuanya akan bisa terencana, terukur, dan potensi masalah bisa diidentifikasi lebih dini. Dari situlah growth bisa direncanakan dan dievaluasi.
Baca juga: Traction Trumps Everything
Buatlah KPI yang berelevansi secara substansial dengan kinerja dan pertumbuhan bisnis. Banyak para entrepreneur hanya membuat target KPI dari besarnya omzet yang nilainya sekian persen lebih besar dari yang didapatkan tahun lalu. Target seperti itu tidak salah, namun sulit untuk kita monitor dalam kurun waktu lebih pendek dan sulit juga bagi kita untuk mengambil insight faktor penyebab baik/buruknya kinerja kita lebih dini. Target KPI seperti omzet itu harus diturunkan menjadi target-target KPI yang substansial dan mampu kita monitor dengan lebih rutin. Ada beberapa matriks lebih kecil yang dapat kita monitor dengan lebih rutin dalam jangka waktu lebih pendek, misalnya aspek finansial, aspek pengguna/customer, aspek akusisi pengguna/customer, dan aspek penjualan.
Dari aspek finansial sebuah startup bisa memasang target KPI dengan matriks monthly revenue growth, revenue run rate (estimasi pendapatan yang dapat diraih di masa datang, biasanya 12-24 bulan ke depan), margin/keuntungan, dan burn rate (pengeluaran untuk semua pengeluaran operasional perusahaan).
Dari aspek pengguna/customer sebuah startup bisa memasang target KPI dengan matriks seperti Daily Active User (DAU), Monthly Active User (MAU), K-value (rasio virality startup kita dengan modal jumlah user yang kita miliki saat ini dan mau menyebarkan informasi startup kita ke luar, bisa di-track dengan besarnya penggunaan fitur invite friend, share, dll), dan cohort analysis.
Buat yang belum tahu, cohort analysis adalah matriks yang bisa menunjukkan bagaimana kinerja user engagement kita. Tools ini bisa membuat kita tahu berapa banyak user kita yang berhenti secara rutin memakai produk kita dalam kurun waktu sepekan. Google Analytics bahkan sudah memiliki fitur ini, berguna sekali untuk kita mengetahui seberapa baik retensi penggunaan produk kita.
Dari aspek akusisi pengguna/customer sebuah startup bisa membuat target KPI dengan matriks seperti Customer Acquisition Cost (CAC). CAC berguna untuk mengetahui berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk mengakusisi 1 orang customer. Biaya ini bisa terdiri dari banyak komponen mulai dari biaya iklan berbayar, event offline, promosi, gift ke customer, lisensi software yang berhubungan dengan penjualan, hingga gaji staff marketing/sales kita.
Baca juga: Berkat Kreativitas Pemenang Start Up Surabaya Terbang Ke Silicon Valley
Dari aspek penjualan, contoh matriks KPI yang bisa dipakai antara lain Average Sales Price (ASP) – rata-rata harga dari sebuah penjualan, order velocity (estimasi waktu yang dibutuhkan oleh customer untuk menghasilkan pembelian berulang selanjutnya), average sales cycle (rata-rata waktu sejak customer pertama kali berkenalan dengan brand kita hingga melakukan pembelian pertama), dan Life Time Value (LTV) – nilai rata-rata valuasi customer kita selama mereka berinteraksi dengan produk kita.
Masih ada banyak contoh matriks untuk menjadi KPI dan mengukur kinerja startup kita lebih detail, presisi, dalam kurun waktu lebih pendek. Lebih lengkapnya bisa dipelajari lebih lanjut di blog Andreessen Horowitz.
Saran saya (karena saya juga mengalaminya) jangan takut memakai matriks yang startup kita masih lemah di sisi itu, jika matriks itu secara objektif mampu mengukur kinerja startup kita kenapa tidak dicoba? Lebih baik di awal kita punya performa yang belum baik tapi berani bertumbuh dengan parameter keberhasilan dari matriks tersebut daripada kita terus terjebak pada mindset bahwa kita sudah baik saat ini, kemudian akhirnya suatu saat kebingungan bertanya-tanya apa yang salah dengan cara kita menjalankan bisnis saat startup kita tidak bertumbuh signifikan.
Artikel ini ditulis oleh Andreas Senjaya, dan sebelumnya dipublikasikan di blog pribadi Andreas Senjaya.
Comments 2