Kalau lo bukan tipe orang yang suka mantengin berita dan gosip terbaru di bagian infotainment, lo pasti cuma bisa maki-maki dalam hati kenapa these kind of news exist. Ngapain sih ngurusin hidup orang lain? Kenapa sih harus terobsesi banget sama apa yang mereka pake, baru cerai sama siapa, pacaran sama siapa, tinggal dimana, dan lain-lain? Padahal prestasinya biasa-biasa aja. Why do we keep on making stupid people famous? Lalu lo teringat sama temen lo di kelas yang pinter dan berbakat tapi kalah eksis sama yang fashionable, up-to-date, dan anaknya socmed banget.
Tapi apa daya, the media is so powerful jadi lo hanya bisa ngelakuin yang seadanya. Mematikan TV atau ga baca berita yang isinya selebritis melulu. Sembari merutuk orang orang yang masiih aja kepo sama hal yang ga penting. Peduli setan.
Tapi, kalau kita beranggapan para selebritis ini seharusnya ga ada, itu juga bisa dibilang pernyataan yang tidak bertanggung jawab.
Baca juga: Belajar Bikin Startup dari Cerita Superhero
Dalam video dari School of Life ini yang berjudul “Better Celebrities”, kita diterangkan bahwa sebenarnya yang kita butuhkan hanyalah “selebriti” yang lebih baik.
Memang naluri alami manusia untuk punya “heroes”, atau panutan, orang orang yang menginspirasi kita. Secara tidak langsung, dari kecil kita akan selalu mencontoh apa yang menurut kita inspiratif. Mungkin bisa guru lo yang keren banget yang berhasil ngebuat lo jatuh cinta sama matematika atau pun temen lo sendiri yang berani mengejar mimpinya dan ga peduli sama omongan orang lain.
Alexander Lukashenko, seorang diktator penguasa Belarus, menciptakan konsep selebritis yang beda banget dengan apa yang biasa kita tahu. Di sana, yang jadi selebritis itu bukan aktor, penyanyi, atau pun atlet yang tajir melintir dan silau dengan kehidupan glamor. Orang biasa dengan prestasi dalam kehidupan sehari-hari yang malah jadi terkenal.
Misalnya, seorang wanita bernama Elena diberikan penghargaan sebagai “Pemerah Susu Terbaik” di daerah Slutsk (selatan ibu kota Belarus). Lalu, ada juga Olga, sebagai “Ibu Terbaik dari Sebuah Keluarga Besar” di daerah Smorgon. Kriteria untuk menjadi terkenal di negara ini sederhana banget, yaitu menjadi yang terbaik dalam melakukan hal yang dasar dan penting—seperti mengurus keluarga ataupun bekerja dengan baik.
Baca juga: Kalau Gak Punya Kekuatan Super, Bisa Ngapain?
Poin utamanya adalah, banyak banget hal penting yang perlu kita perhatikan di hidup ini, justru ga diolah dengan baik dalam kultur selebritis dan tren pasar. Kita mengalami banyak kesulitan dalam hidup, melihat panutan yang disuguhkan oleh media, dan akhirnya mengira hanya itu satu-satunya cara untuk hidup bahagia dan tentram.
Bukan berarti menentukan siapa yang berhak menjadi selebritis dan mengatur cara pandang bagaimana seharusnya kita hidup harus menjadi tugas pemerintah. Tetapi, akibat celah ini, para korporasi yang hanya peduli keuntungan akan mengisi kekosongan ini, dan menghimbau kita untuk menyukai dan memuja hal-hal yang sebenarnya kurang penting–membuat masyarakat menjadi konsumtif dan memuja idealisme yang semu dan melelahkan, karena terus menerus mengikuti perkembangan tren yang cepat hilang dan berganti, sembari mengabaikan apa yang sebenarnya dasar dan penting.
Jadi, gimana? Apakah kita harus berganti kiblat, dan ngasih like, love, pada postingan dalam socmed kepada orang-orang yang sekiranya melakukan hal yang penting dan benar dalam hidupnya? Kayak temen lo yang berani mengalahkan gengsi untuk berpindah ke jurusan kuliah yang sebenarnya dia minati, ataupun temen lo yang jarang nongkrong gaul karena sibuk kerja part time?
Header image credit: playbuzz.com