Entrepreneur muda memang tidak kalah dibandingkan dengan yang sudah berpengalaman, terutama perihal semangat. Tengah malam sekembalinya ke Pekanbaru, Stephanie, salah satu founder dari HOMEWORK, tetap hangat dalam berbagi cerita mengenai usaha yang ia geluti dan bisnis interior di kotanya. Padahal begitu ia kembali, pekatnya asap yang melanda sebagian area di Indonesia menyapa kepulangannya.
“The business is affected,” katanya. “Pengiriman terganggu, ada yang pesan gift dan harus dikirim dengan air freight tapi penerbangan beberapa hari Pekanbaru tidak jalan semua dan orang-orang tidak keluar rumah.”
Memang meski belum lama berdiri, Homework sudah berhasil mendapatkan pembeli dari luar Sumatra. Selain memasarkan produk home living lewat Instagram, Homework mencoba memperluas jangkauannya di pulau Jawa, salah satunya dengan mengikuti pop up bazaar Basha Market di Surabaya.
Baca juga: Homework Furniture, Brand Asal Pekanbaru yang Memberdayakan Pengrajin Lokal
“Kita terbantu sekali dengan adanya Basha Market,” tutur Stephanie. Melalui kesempatan ini, ia dapat memperkenalkan Homework pada pembeli berusia remaja hingga 40an. Target market yang ia sasar adalah pasangan muda yang baru menikah dan anak-anak muda yang suka dengan aksesoris interior. “Selain itu, kita melihat pop up store itu cukup efektif karena mereka jadi memiliki dorongan untuk mendapatkan items-nya segera karena toko kita tidak ada di Surabaya.”
Stephanie merasa ia dan kawan-kawannya yang bersama-sama membangun Homework butuh environment baru. Rencana ekspansi ke Jakarta juga ada.
Sebagai desainer interior, ia memulai Homework dengan teman-teman dan saudaranya karena ia kesulitan mendapatkan furniture dan aksesoris di Pekanbaru. Dengan adanya usaha ini, ia juga dapat memenuhi kebutuhan kliennya yang tidak dapat ditemui di vendor-vendor manapun di Pekanbaru. Sejauh ini, 40% produk Homework merupakan karya sendiri sementara sisanya merupakan hasil kurasi dari berbagai negara.
Baca juga: Ketika Tidak Ada yang Menarik, Mari Ciptakan Sendiri
Dalam mengembangkan Homework di Pekanbaru, Stephanie melihat beberapa kendala. Menurutnya, gaya berbelanja warga Pekanbaru sangat berbeda dengan kota-kota lain. “Mereka kebanyakan tidak paham konsep lifestyle store itu apa, mereka lihat kita juga jual tanaman… they think it’s a café.” Selain itu, harga yang ditawarkannya diakui memang agak tinggi, menyebabkan pembeli seringkali menjadi berpikir ulang dalam membeli.
“Sebelumnya saya bekerja mendesain untuk hotel-hotel di luar negeri, pas pulang ke Pekanbaru, saya kaget ternyata design fee di Pekanbaru itu kecil sekali, tidak dihargai,” keluhnya. Tentu Stephanie tidak menyerah. Secara tidak langsung, ia mengedukasi calon pembeli mengenai pentingnya desain dan keselarasan ruangan. Maka, Homework tak sekedar menjual aksesoris dan furnitur saja. Berbekal ilmu dan pengalaman interior design, Stephanie juga memberikan masukan-masukan untuk pelanggan Homework sebagai nilai tambah berbelanja mereka.
Adanya Homework tak hanya memberikan pilihan kategori lifestyle baru di Pekanbaru dan beberapa kota lainnya melalui pembelian online. Aktivitas Homework sangat membantu profesi utama Stephanie, yaitu desainer interior lepas. Ibarat kata, kendala yang ia alami berbalik keuntungan ganda untuknya.
Baca juga: Giovanni Widjaja, Dari Menjual Pomade Vintage hingga Membuka Barbershop
Membesarkan Homework tak hanya mengasah kemampuan desain, Stephanie dan timnya juga belajar banyak hal. Ia mempernah memproduksi di salah satu vendor di Bangkok, ketika dikirimkan di Indonesia, produknya ditahan. “Ternyata ada surat-surat yang kurang lengkap,” kenangnya.
Kemampuan bisnis pun juga menjadi elemen yang terus dikembangkan. Stephanie banyak membaca pengalaman orang-orang sebagai kuncinya. Memanfaatkan waktu secara efisien, ia rasakan begitu berpengaruh. “Media sosial itu ternyata sangat menyita waktu, katakanlah sekali lihat itu 5 menit tapi kita lihat 20 kali dalam sehari… itu saja totalnya sudah makan waktu berapa lama,” ujarnya. Meski banyak hal baru yang belum ia ketahui ketika memulai Homework, ia berpesan bagi anak-anak muda lainnya yang ingin mencoba untuk tidak takut dan terus maju.