Pernah ngiler lihat kompetisi startup dengan hadiah jutaan rupiah? Atau mungkin kamu tergiur dengan kegiatan inkubasi yang menjanjikan dana hibah ratusan juta?
Sebagai calon founder, wajar saja melihat hal-hal di atas sebagai peluang. Ide yang sudah lama mendidih di kepala, rasanya bisa segera diwujudkan dengan adanya suntikan dana.
Apalagi, untuk program inkubasi kampus misalnya, dana itu hadir seakan tanpa ikatan apa-apa. Ini bukan seperti investor yang mengucurkan dana dan meminta sekian persen dari saham startupmu. Tapi sungguh-sungguh hadiah, hibah atau apapun namanya.
Padahal, sebenarnya, kamu juga harus hati-hati melihat itu. Meskipun dana hibah, ada banyak kewajiban yang melekat pada dana itu.
Pertama, yang patut dipahami untuk program inkubasi yang ada di kampus-kampus, biasanya dana yang digunakan adalah dana dari Pemerintah. Artinya apa? Artinya itu adalah dana rakyat
Kok gitu? Ya, karena dana itu dikucurkan dari anggaran negara, yang sumbernya adalah pendapatan negara, yang di antaranya termasuk pajak yang dibayarkan oleh sesama warga negara.
Jadi, tolong waspada ya saat menggunakannya!
Kalau kamu pakai dana hibah seperti itu, ya harus bertanggungjawab. Kalau kita berani mendemo DPR atau pemerintah atas kinerja mereka, karena mereka digaji oleh rakyat, kita juga harus berani mempertanggungjawabkan penggunaan dana rakyat dong!
Kedua, setiap dana yang kamu terima tidak ada yang tanpa ikatan apapun. Rasanya hampir tidak mungkin kamu mendapatkan uang tanpa ikatan.
Uang dari orang tua pun ada ikatannya lho! Jika, misalnya, orang tua mendanai usaha kamu itu artinya setidaknya tersirat harapan bahwa anaknya bakal menjalankan usaha dengan baik dan benar. Amanat yang ini tidak bisa diabaikan begitu saja dong?
Nah soal dana hibah, selain poin pertama tadi, dana hibah biasanya disertai dengan kewajiban dan persyaratan untuk penggunaannya. Ini artinya ketertiban dokumen dan administrasi.
Tapi ini bagus, artinya kamu belajar untuk menjalankan perusahaan secara baik. Istilah kerennya: good corporate governance.
Kalau mau tahu kenapa itu penting, coba deh baca kisah WeWork alias The We Company yang nilai perusahaannya terjun bebas gara-gara manajemen perusahaannya berantakan.
Baik. Tentunya saya bukan hendak berkata: nggak usah ikut-ikut lomba atau program dana hibah.
Poinnya adalah, bagaimanapun caramu mencari dana untuk mencoba memulai usaha, lakukanlah dengan bertanggungjawab.
Dana hadiah atau hibah bisa dijadikan pemicu awal. Tapi ke depannya, usaha yang kamu bangun harus bisa berlari dengan kemampuannya sendiri.
Lebih penting lagi, jangan bergantung pada hibah dan hadiah. Kalau kamu melakukan itu, artinya usaha yang kamu bangun belum mampu berdiri sendiri. Ibaratnya manusia, usahamu masih jadi pengemis.
Padahal, kamu bikin usaha itu supaya bisa berdiri di kaki sendiri kan? Lebih bagus lagi, kamu bikin usaha, bisa menghadirkan pekerjaan buat orang lain kan?
Catatan Penulis: Tulisan ini dibuat setelah penulis diminta melakukan peninjauan pada program inkubasi di salah satu kampus. Namun, tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mengkritik salah satu peserta program itu secara spesifik.
Tentang Penulis: Wicak Hidayat adalah penulis, mantan jurnalis teknologi di Detikcom dan Kompas.com yang turut mendirikan simpul komunitas kreatif dan digital di Depok: Code Margonda. Selain mendirikan usaha sendiri, ia juga kerap menjadi mentor di beberapa program inkubasi dan akselerasi startup.