Standar Kecantikan Indonesia di Masa Sekarang. Masih Relevankah? – “Cantik itu harus punya kulit yang terang, rambutnya harus lurus, badannya harus kurus dan tinggi! Kalo gak gitu, ya gak cantik!” Pernah kan, pas lagi ngomongin kecantikan, kita ngedenger opini yang kayak gitu? Yap, emang gak bisa kita mungkiri kalo di Indonesia standar kecantikan yang kayak gitu itu masih ada aja yang nganut. Hmmm, ya cukup miris sih.
Eh, sebelum kita bahas lebih jauh tentang standar kecantikan ini, yuk cari tahu dulu definisinya. Kalo mengutip dari artikel Binus University, standar kecantikan merupakan acuan masyarakat untuk menilai penampilan orang lain. Hal senada juga dijelasin dari Artikel Zenius yang nyatain kalo standar kecantikan itu berhubungan dengan patokan ukuran keelokan atau kemolekan seseorang. Tentunya, penampilan yang dimaksud adalah hal fisik yang bisa kita lihat, kayak misalnya bentuk tubuh, mulut wajah, dll.
Kenapa sih standar kecantikan ini bisa muncul?
Standar kecantikan ini merupakan hal yang kompleks, banyak banget hal yang nyebabin hal ini bisa muncul. Artikel dari Manifold nyatain kalo hal ini punya sejarah panjang mulai dari rasisme, kapitalisme, sampe media sosial. Kekuatan bangsa Barat di masa lalu dengan kolonialisme gak cuma “berhasil” nguasain wilayah suatu negara. Tapi juga “berhasil” nyebarin standar kecantikan yang bikin orang-orang pas itu percaya kalo gak ada ras lain yang lebih “atraktif” daripada mereka. Kapitalisme juga berperan dalam ngebuat standar kecantikan ini jadi langgeng. Banyaknya produk-produk kecantikan yang ngebuat iklan dengan standar kecantikan ngebuat orang-orang jadi percaya kalo cantik itu harus kayak model iklan yang kulitnya terang, hidungnya mancung, alisnya tebal, dll.
Selain hal di atas, sebuah artikel dari Slice nambahin kalo penyebab standar kecantikan ini bisa muncul gak lepas dari peran budaya patriarki. Laki-laki dengan kekuasaannya terus-terusan mengkonstruksi standar kecantikan dari masa ke masa. Budaya ini juga punya cuma ngebuat perempuan hanya sebagai “objek” buat para laki-laki yang mereka pikir bakalan bebas buat tentuin segala macam halnya, termasuk kecantikan. Ujung-ujungnya, perempuan yang merupakan korban jadi tertekan dan harus ngikutin standar kecantikan yang dikonstruksi oleh budaya patriarki ini.
Kalo contoh standar kecantikan di Indonesia gimana?
Mengutip dari artikel Kompas, praktisi estetika Olivia Aldisa menyayangkan kalo standar kecantikan di Indonesia ini masih terpengaruh sama budaya lain. Kalo kita lihat perkembangannya, emang sih terus berubah. Mulai dari era kolonial yang bikin orang-orang Indonesia percaya kalo cantik itu harus mirip kayak orang Eropa yang kulitnya superputih, dan juga punya hidung yang mancung.
Terus juga di masa sekarang yang condong ke Korea Selatan akibat pengaruh K-Pop dan K-Drama ke Indonesia. Hal ini ngebuat sebuah standar kecantikan baru, yakni kalo makin mirip artis Korea Selatan, jadi makin Cantik!
Di sisi lain, penampilan-penampilan lokal juga jadi makin populer dan juga jadi standar di Indonesia. Sebutlah penampilan Tara Basro yang berkulit sawo matang yang jadi bahan obrolan banyak netizen di media sosial.
Kenapa standar kecantikan ini harus kita lawan?
Sederhananya karena standar kecantikan ini ngebawa banyak banget dampak negatif! Yang pertama dan sering kita temuin adalah bullying. Mau di dunia nyata atau di media sosial, bullying karena standar kecantikan ini sering banget kejadian. Komentar-komentar pedes yang mengarah ke fisik ini ngebuat korbannya jadi sakit hati, kena gangguan mental kayak depresi, Eating Disorder dan Body Dysmorphic Disorder, bahkan sampe bunuh diri karena saking gak kuatnya.
Dampak lainnya, gak sedikit perempuan yang jadi insecure dan gak PD buat bersosialisasi karena tekanan standar kecantikan yang terlalu parah. Hal ini juga ngebuat mereka yang tertekan rela mengubah bentuk tubuhnya dengan mengonsumsi obat-obatan sampe ngelakuin operasi plastik dan diet ekstrem. Semua ini tentunya punya risiko yang besar dan gak worth it sama sekali kalo didasarin sama standar kecantikan semata.
Alasan diskriminasi juga jadi hal kenapa kita harus ngelawan standar kecantikan di Indonesia. Gak sedikit orang-orang di Indonesia ini yang selalu memandang dan mengedepankan penampilan buat dapetin perhatian di kehidupan sosial. Dampak buruknya, masyrakat jadi mandang orang yang “gak memenuhi” standar kecantikan ini punya tempat yang lebih rendah daripada yang “memenuhi”. Hasilnya banyak terjadi diskriminasi sama orang-orang ini! Miris gak sih?!
Terus, gimana dong cara menyikapi isu ini?
First thing first, kita harus menyadari kalo setiap individu itu unik dan berbeda! Gak ada tuh kelompok yang lebih cantik daripada kelompok lainnya. Semuanya sama dan punya kecantikannya masing-masing. Nah, kalo gitu, kita juga harus percaya kalo diri kita sendiri itu udah cantik tanpa menghiraukan standar-standar kecantikan yang gak masuk akal itu.
But hey! Let’s forget about standar kecantikan! Gak perlulah kita terpaku dan mikirin supaya bisa menuhin standar kecantikan ini. Kenapa kita gak fokus aja sama diri sendiri? Try to be the best version of ourselves itu lebih asik dan stress-free, lho!
Temukan juga konten menarik lainnya seputar isu anak muda hanya di profil Instagram Ziliun! Yuk, kunjungi dan follow sekarang juga!