Sikap empati identik dengan kepedulian terhadap orang lain dan berusaha melihat sesuatu bukan dari sudut pandang sendiri. Namun, apakah pembahasan mengenai empati hanya fokus kepada orang lain saja? oh belum tentu. Sikap empati juga bisa ditujukan untuk diri kita sendiri atau istilah asingnya adalah self–empathy. Seperti yang tertulis di artikel ini, dengan memiliki self–empathy, maka kita bisa lebih memaklumi diri sendiri.
Sikap empati ke diri sendiri? maksudnya gimana, tuh?
Salah satu konsep dari sikap empati kepada diri sendiri adalah ketika kita memiliki self–awareness yang tinggi. Kita bisa dengan jelas mengidentifikasi perasaan yang kita punya. Termasuk juga di dalamnya perasaan sedih, kecewa, marah, senang, excited, dll. Dengan begitu, ketika kita memiliki masalah, kita tahu solusi terbaiknya.
Selain itu, dengan memiliki self–empathy, kita tidak akan berusaha mencari-cari penyebab kesalahan. Soalnya kita akan mengingat kondisi ketika kita melakukan kesalahan tersebut. Sehingga akan timbul sebuah perasaan memaklumi dan juga memaafkan diri sendiri.
Bagus untuk kesehatan mental kita
Yap, udah jelas banget, sih. Self–empathy tuh baik buat kesehatan mental kita, sebab sikap ini juga nantinya akan berujung ke penerimaan diri sendiri. Nah, tapi maknanya positif, ya. Bukan berarti menerima begitu saja dengan pasrah. Namun, menerima kalo mau kita jungkir balik melakukan usaha pun, pasti ada kekurangan di dalamnya.
Di sisi lain, kita juga jadinya gak menyalahkan diri sendiri ketika kita sedih karena menemui kegagalan. Kita memahami bahwa “sedih” merupakan salah satu ekspresi dari sebuah kegagalan. Serta hal itu adalah normal untuk kita rasakan, selama masih dalam tahap wajar.
Self–empathy sebagai kunci sikap empati kepada orang lain
Menurut penelitian oleh Barret-Lennard, langkah pertama untuk bisa berempati kepada orang lain adalah dengan bersikap empati kepada diri sendiri. Bener sih, sebelum memahami orang lain, ada baiknya kita memahami diri kita sendiri dulu. Istilahnya, kita selesai dulu dengan urusan internal diri, baru kita “berurusan” dengan orang lain, agar lebih maksimal lagi apa yang kita lakukan kepada mereka. Jangan sampai deh, kita berusaha “baik” kepada orang lain, tapi kita sendiri malah “gak baik” ke diri sendiri.
Baca juga di sini: Empati bukan cuma perasaan tapi juga keterampilan
Self-empathy bukanlah menjadi alasan agar kita terus memaklumi kesalahan dan kekurangan
Bukan seperti itu, namun sebenarnya agar kita bisa memahami bahwa ujung-ujungnya kita adalah manusia. Namanya juga manusia, pasti bakalan ketemu di satu titik kegagalan maupun keberhasilan.
Sikap empati ke diri sendiri harus dibangun secara bertahap. Supaya kita bisa lebih mengenal siapa sebenarnya yang ada di dalam diri kita. Kita adalah “kita”, jangan sampai merasa asing. Sikap empati bukan hanya untuk memeluk orang lain, namun juga memeluk diri dengan hangat.jANG