Saat ini, seluruh masyarakat dunia sedang menyambut industri 5.0. Lah kok cepet banget ya, perasaan kemarin-kemarin term industri 4.0 baru aja jadi isu yang rame di Indonesia, kayak pemerintah aja udah menyiapkan beberapa hal buat revolusi teknologi ini.
Lalu kayak gimana lagi tuh industri 5.0?
Joe Vazquez, Venture Partner at Ravel Partners and Innovation Consultant dalam acara The International Speaker Series dari Recap, bilang bahwa industri 5.0 adalah era di mana orang-orang terbiasa bekerja dengan robot dan mesin pintar.
Kalo di industri 4.0 adalah era di mana penggunaan teknologi seperti kecerdasan buatan, machine learning, dan sebagainya untuk membawa kecerdasan dan otomasi ke dalam industri manufaktur dan kehidupan sehari-hari. Singkatnya, industri 5.0 akan mengalihkan tugas-tugas mekanis ke robot, sementara sisi kreatifnya diserahkan kepada manusia.
Pasti dari kamu, udah enggak asing lagi sama produk-produk yang awalnya “smart” kayak smartwatch, smart TV, sampai lampu aja udah ada smart lamp?
Semua produk di atas itu kan sebenarnya udah memakai teknologi kecerdasan buatan. Kalo dulu kita butuh waktu untuk bangun dari kasur untuk nyetekin lampu, sekarang tinggal “Ok, Google, turn off the lamp”
Yang terbaru, Google baru aja ngeluncurin fitur baru dalam google search yaitu “Hum to search” di mana kita cuma tinggal humming atau bersenandung buat nyari lagu. Tinggal ngomong “Ok, Google, what it is the song, terus tinggal nananananana (pastikan berirama ya)“ Kemudian, muncul deh lagu yang kita maksud.
Mungkin Google sengaja bikin fitur ini, buat orang-orang yang enggak bisa nyanyi kayak kita ya, hihi.
Balik lagi ke konteks industri 5.0
Nah, karena udah segitunya teknologi deket dengan kehidupan sehari-hari, nanti di industri 5.0 pelan-pelan beberapa pekerjaan teknis atau mekanis bisa dilakukan oleh robot. Coba bayangin aja, buat memproduksi roti isi, tinggal pasang beberapa robot, terus cuma ada 1 manusia yang nyuruh, “Ok Robot, mari kita membuat roti isi “.
Peran yang tadinya dilakukan manusia, bisa dilakukan oleh robot yang udah dipasang dengan kecerdasan buatan.
Pertanyaannya, terus manusia kerja apa dong?? Hmmm
Manusia akan mengambil alih sisi kreatif yang tentu aja susah dimengerti oleh kecerdasan buatan. Kayak, sentuhan-sentuhan gimana produk ini tetap seperti produk normal seperti sekarang. Manusia lebih dituntut buat lebih kreatif buat “bikin apa ya?’ bukan kerjaan-kerjaan bersifat rutinitas.
Faktanya, kreativitas tidak mudah untuk diotomatisasi, sekeras gimana pun peneliti mencoba melakukannya. Kecerdasan buatan hanya mampu membantu manusia mempercepat kreativitas mereka, dengan kata lain AI itu adalah alat dibandingkan pihak yang terlibat di dalam Industri 5.0.
Tentunya, ga semua sektor bisa menerapkan ini, karena banyak sektor yang emang memerlukan keahlian atau kecerdasan manusia.
Siap kah kita semua di Indonesia menyongsong industri 5.0?
—
Buat kamu yang penasaran tentang perkembangan tren teknologi dan bisnis, bisa terus ikuti kegiatan The International Speaker Series yang diadakan oleh Recap di sini!