Sekuel itu bukan mengais kesuksesan sebelumnya tapi bagaimana men-generate sesuatu yang sudah sangat bagus. Dari yang sudah ada, kita harus bikin yang lebih bagus lagi. Handoko Hendroyono
Di artikel sebelumnya, udah dibahas tentang kolaborasi. Nah sekarang mau tau gimana FilKop menciptakan engagement dengan masyarakat? Baca aja deh langsung!
Di sekuel ini memutuskan untuk kembali menggaet publik, ada alasannya?
Karena, eranya udah berubah menjadi era engagement. Saya rasa kami masih ada peluang untuk berkreasi bersama dan kami sebenarnya ada tujuan. Tujuan kami concern pada kopi, kedai, lifestyle. Kalau kita perhatikan ada satu fenomena yang menarik, bahwa bisa dibilang semenjak ada FilKop, kopi jadi makin ngehits. Hype kopi ini lagi tinggi banget. Secara internasional juga lagi naik, jadi ini kita bisa manfaatkan secara positif. Balik lagi ke Indonesia adalah negara penghasil kopi, jadi ini bener-bener bagaimana kita memaksimalkan. Jadi kenapa harus melibatkan publik, ya karena ini adalah kunci utama. Dengan melibatkan publik itu kita jadi nggak membuat jarak dan semacamnya, segala sesuatunya akan menjadi lebih organik atau bagus.
Baca juga: Chicken-and-egg Dilemma di Perfilman Kita
Sampai kapan masyarakat akan dilibatkan? Gimana cara kurasinya?
Sebenernya tugas konten ini yang sangat penting adalah kuratornya. Kita tentunya mengkurasi sesuai dengan standar yang kita punya. Misal kemaren ada yang submit ke Glenn, Glenn yang jadi kuratornya, dia tentunya udah punya standard seperti apa. Nah, yang jadi kunci adalah standar-standar ini, standar dari sutradaranya, dari komposernya, dari Chico, dari Rio, dan yang lain. Kita harus punya standar untuk menjaga kualitas konten yang ada.
Nah kalo ngomongin sekuel, yang menarik kalo kita perhatikan kecenderungan di film-film luar negeri ‘film’ itu jadi brand. Misal kita nggak asing kalo Fast Furious sampai ke 7 tanpa kualitas turun, bahkan kualitas yang lebih bagus di seri selanjutnya. Sekuel itu bukan mengais kesuksesan sebelumnya tapi bagaimana men-generate sesuatu yang sudah sangat bagus. Dari yang sudah ada, kita harus bikin yang lebih bagus lagi.
Baca juga: Bangkitkan Kreativitas, Bangkitkan Film Indonesia!
Apa yang jadi keunggulan di sekuel ini?
Semakin hari kita makin memahami tentang per-kopi-an, tentang lifestyle, dan saya mengibaratkan setiap hari itu banyak banget stimulus ide. Engagement juga lebih terjalin antara Ben dan Jody karena mereka sering ngomongin kopi dan segala macem, ini bakal jadi yang unik juga valuable. Ini mudah-mudahan bisa jadi pembelajaran film-film Indonesia. Semua punya ciri khas, kayak misal Star Wars ada bukunya, Harry Potter ada museumnya, tapi pasti semua keunikan dan ciri khas masing-masing.
Dari masyarakat sudah ada yang submit ide atau konten?
Belum sih, tapi saya yakin kalau dari pengalaman kemaren banyak banget yang masuk mulai dari musik, conversation antara penyelenggara dengan masyarakat juga banyak banget.
Baca juga: #Ziliun17: Film Indonesia Pemenang Award Internasional
Apakah ini strategi juga untuk menggaet penonton lebih awal?
Bisa juga, itu prinsip engagement. Semakin publik merasa memiliki, mereka akan cinta pada yang dimiliki. Tapi, kita juga juga tetap bertanggungjawab untuk mengkurasi dengan baik. Jadi, di situ ada proses pembelajaran bersama bahwa untuk membuat konten yang bagus perlu kerja keras, kolaborasi dan segala macem.
Ada pengaruhnya nggak sih engagement dengan jumlah penonton?
Kalo dari jumlah penonton, harapan kita lebih besar dari yang film pertama. Kalo kita ngomongin engagement, conversation tentang kopi itu masih tinggi banget. Itu salah satu alasan kenapa kita bikin sekuel ini. Di social media itu masih banyak banget, dan engagement ini masih terjadi hingga hari ini. Yang paling penting sebenernya adalah crowd, dan crowd itu dimiliki dan dirasakan secara bersama dan akhirnya kita berkembang bersama-sama.
Baca juga: Infografik: Perjalanan Industri Film Indonesia
Kalo karakter Ben dan Jody sudah lekat sama Chicco dan Rio, nggak bisa diganti juga dengan aktor lain kan? Nah, gimana sebenernya bisa bikin semua orang punya komitmen dengan project kolaborasi ini?
Kalo ditanya gitu, Chicco sendiri kan salah satu yang punya production house tempat kita bernaung. Sekarang juga kita ingin Rio jadi producer. Dari awal kita udah bilang kalau ini long term commitment, atau long term engagement juga. Kita nggak pengen bikin sesuatu yang jangka pendek. Yang musti kita inget, di industri ini sebenernya kita musti berpikir panjang kayak misal kita bakal ada roadshow di festival film di Korea atau festival kopi di Milan. Sebenernya kekuatan konten adalah ketika kita kuat membangun, akan muncul terus conversation-nya. Karena kita percaya bahwa film adalah brand.
Image header credit: thenypost.files.wordpress.com