Sebelum Launching Product, Siapkan 5 Canvas Ini! – Di era serbadigital kayak sekarang, semua hal yang awal mulanya dioperasikan secara manual bertransformasi ke dalam product digital. Tapi sayangnya, banyak pihak—startup maupun corporate, cuma fokus dengan peluncuran aplikasinya aja, tanpa bener-bener care soal persiapan sebelumnya. Akibatnya, product yang di-launch ini gak bertahan lama, gak punya tangible format, bahkan pas launch pun bingung mau gimana perkembangannya. Akhirnya, product jadi gak terpakai, gak sesuai ekspektasi, user-nya sedikit, dan ujung-ujungnya bye-bye.
Hal ini bikin geleng-geleng kepala aja! Bayangin udah invest sejumlah uang buat hiring software developer, sewa infrastruktur this and that dan belum lagi proses development-nya juga gak sebentar. Nah di sinilah, perlu adanya persiapan yang matang supaya produk bisa bertahan lama. Sebenarnya, persiapannya itu ada banyak banget, tapi di artikel ini mau fokus ke canvas aja.
Ada 5 canvas yang bisa kalian manfaatkan supaya produk bisa tetep sustain, di antaranya:
- Business model canvas
Business Model Canvas (BMC) adalah canvas yang paling penting buat jadi persiapan utama, bahkan dari jauh-jauh hari sebelum kalian bener-bener memulai bisnis. BMC ini merupakan representasi secara umum dan holistic dari bisnis yang kalian jalani. Hal-hal basic yang perlu kalian tuliskan di BMC ini adalah key partners, key activities, key resources, value proposition, customer relationship, channels, customer segment, cost structure & revenue structure. Kenapa sih hal-hal di atas jadi penting? Ini bertujuan supaya bisnis kalian tetap berjalan pada arah yang sudah semestinya, dan gak keluar jalur.
- Lean canvas
Kalo BMC lebih fokus pada fundamental bisnis, Lean Canvas lebih sebagai baseline supaya produk bisa berguna, walaupun dengan fitur minimalis—atau kita kenal dengan istilah MVP atau Minimum Viable Product. Nah, di sini kebanyakan dari kita—yang belum ngerti banget tentang tech-principles, sering kejebak di statement “yang penting bikin app aja dulu”, atau “competitor kan udah bikin, kita juga harus doong!”. Ini salah banget, karena yang namanya bikin product itu harus validated. Terus, harus inget juga nih kalo tiap satu produk dengan produk yang lain punya problem-nya masing-masing. Problem itu yang bakal ngebentuk “niche”.
Buat nemuin“niche” dari produk, kita harus siapkan dulu lean canvas-nya. Hal-hal yang perlu ada sebagai fundamental antara lain: problem, solution, key metrics, unique value propositions, unfair advantages, channels, customer segment, cost structure dan stream revenue.
- Winning Propositions Canvas
Selanjutnya ada Winning Propositions Canvas—bisa juga disebut Winning Value Propositions. Canvas ini juga penting banget buat ada supaya product kalian itu bisa standout di antara product dari competitor lainnya. Caranya gimana? Dengan fokus ke hal-hal unik di product kalian dan bisa sesuai sama target market yang kalian tuju.
Kalian bisa memetakan “competitive focus” dengan ngejawab di area manakah produk kalian bakal hadir, siapa customer yang bakal pake product kalian dan kayak apa kriterianya, serta apa offer yang bakal product kalian tawarkan. Dari situ, kalian bisa define “winning value proposition”.
Nah, WVP ini bisa di-expand dalam 3 hal, yaitu:
- Superior Profit, gimana kalian bisa nge-translate customer value ini jadi sesuatu yang nantinya ngasih kontribusi terhadap economic value dari bisnis kalian. Salah satu metrics yang bisa kalian ukur misalnya dengan CLV (Customer Lifetime Value)
- Key Priorities, simple-nya ini adalah mutu yang perlu kalian jaga supaya bisa mendefinisikan keunikan produk. Misalnya: “harga murah, rasa bintang 5”, “everyone can fly”, “kirim paket pasti sampai”, dll
- Greater Value atau bisa value lebih yang bisa nyaingin kompetitor kalian. Bisa juga hal yang gak ada di kompetitor, tapi kalian bisa provide sehingga customer kalian bakal lebih loyal.
- Value Propositions Canvas
Di Value Propositions Canvas ini, kalian harus memvisualisasikan dua quadrant yang terdiri dari sisi product kalian dan juga sisi customer.
Dari sisi product, ada product & service (product apa yang kalian mau tawarkan), gain creator (bagaimana produk kalian bisa memberikan value ke customer), serta pain relievers (bagaimana produk bisa menghilangkan masalah customer). Sementara itu, dari sisi customer ada Gains (value apa yang bisa customer ambil dari product), Pains (apa saja permasalahan customer yang bisa kalian identifikasi) dan Customer Jobs/jobs to be done (coba memposisikan diri sebagai customer dan membuat semacam story kecil, misalnya “sebagai customer saya ingin bisa membeli makan dari aplikasi, sehingga saya tidak perlu ke rumah”. Kedua quadrant ini bisa melihat titik temu antara produk yang kalian tawarkan dengan permasalahan real customer kalian.
Baca juga di sini: Product Based Startup vs Platform Based Startup
- Opportunity Canvas
Dengan canvas ini,r kita bisa stay aware terhadap opportunity yang ada. Sehingga kita bisa ngekonsepin inovasi apa saja yang bisa kita wujudkan buat roadmap pengembangan produk kita selanjutnya. Nantinya kalian bisa consider inisiatif tersebut apakah cukup worthwhile untuk kalian buat. Nah, untuk menentukannya bisa dilakukan dengan menjawab sejumlah point yang ada pada opportunity canvas ini. Di sini kalian bakal diminta buat mendefinisikan sejumlah point, di antaranya: users & customers, problems, solutions today, solution ideas, how will users use your solutions, adoption strategy, user metrics, business challenges, budget, dan business benefits & metrics.
Nah, itulah canvas yang dibutuhkan sebelum kalian mau launching product. Tujuannya supaya produk tersebut nantinya memang bener-bener ngejawab permasalahan konsumen dan bisa bertahan lama, walaupun zaman sudah semakin berubah.