#Ziliun30 adalah rangkaian 30 profil tech entrepreneur yang berusia di bawah 30 tahun, yang berpikir dan bermimpi besar, melihat masalah sebagai peluang, menjunjung tinggi kolaborasi, memahami kegagalan sebagai bagian dari proses, serta membuat terobosan strategi marketing dalam bisnis. #Ziliun30 merupakan kerjasama Ziliun.com dengan the-marketeers.com selama September 2014.
Sabda PS, alumni Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung yang membuat terobosan baru dengan membuat bimbingan belajar online, Zenius. Sabda PS menyebutnya bimbel interaktif. Zenius adalah lembaga pendidikan yang membantu kita belajar secara online. Penyampaian materi pun berupa video interaktif, berisi tulisan tangan dan suara mentor, juga dilengkapi dengan animasi. Satu terobosan cara belajar yang menarik dan tidak membosankan untuk anak-anak.
Dilatarbelakangi masih rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dan keterbatasan jumlah guru berkualitas, Zenius kemudian lahir. Zenius didirikan oleh Sabda bersama partnernya, Medy Suharta yang lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung. Keduanya adalah guru yang jago IT dan berjiwa entrepreneur.
Baca juga:Don’t burn the bridge!
“Mereka ngerti pentingnya pendidikan untuk Indonesia, mereka ngerti juga gimana memanfaatkan IT ini untuk mempercepat peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, dan mereka ngerti juga gimana membangun organisasi untuk mencapai tujuan itu,” tutur Wisnu, CEO kedua Zenius sejak tahun 2011, menggantikan posisi Sabda kala itu. Di Zenius, Sabda tetap aktif sebagai salah satu contributor konten di zenius.net untuk pelajaran Matematika, Fisika, Bahasa Inggris, dan juga Ekonomi.
Di tangan pria-pria ini, Zenius lahir sebagai bentuk revolusi pendidikan di Indonesia dengan cara mempromosikan cara berpikir kritis, logis, rasional, dan pengetahuan sains yang terintegrasi terhadap semua pelajar Indonesia.
Baca juga: Memimpikan Indonesia Serba Terbuka
Bagi mereka, segi kualitas pendidikan menjadi hal yang utama dari problem solving. Pendidikan di Indonesia saat ini masih rendah sekali, bahkan untuk sekolah-sekolah yang termasuk favorit pun masih banyak yang gurunya tidak menekankan pada konsep, tidak menekankan pada logika dan berpikir kritis. Terkadang materi ajar disampaikan hanya dalam bentuk hafalan. Pengajaran seperti ini yang bisa membuat siswa cepat bosan. Dari sinilah, Sabda dan timnya memutar otak bagaimana memberikan sebuah materi ajar yang seru, yang berfokus pada life-long learing, bukan semata untuk nilai sekolah. Kualitas dalam pengajaran yang selalu ditekankan oleh kawan-kawan Zenius, terutama ketika melakukan marketing campaign.
Sesuai dengan namanya, produk-produk Zenius sangat benar-benar solutif dan inovatif, “Kualitas pendidikan Indonesia masih sangat rendah, banyak guru yang kurang bagus dalam uji tes, kita membutuhkan tenaga SDM yang berkualitas. Maka dari itu guru yang bagus harus bisa menghasilkan pengajaran yang bagus pula, direkam, dan bisa diakses secara online. Dengan begitu, pengajaran guru ini bukan cuma bisa dirasakan oleh ratusan siswa, tapi jutaan.” imbuh Wisnu.
Baca juga: Jangan Terlalu Gampang Kagum
Dunia online membuat kita harus semakin terpacu menjadi SDM yang berkualitas, begitu juga dengan dunia pendidikan yang memang menjadi tolak ukur dan masa depan anak bangsa. Yang pasti, niat belajar adalah hal yang paling dasar sebelum mempelajari segala hal. “Mungkin niat belajar saat ini juga tidak cukup, karena sering sekali menemukan orang-orang yang niat belajar, tapi ujung-ujungnya banyak terjebak di pseudoscience yang justru merugikan buat dia sendiri. Jadi selain niat belajar, mungkin skill satu lagi yang diperlukan itu adalah kemampuan untuk berpikir kritis, “ ujar Wisnu.
Impian duo CEO ini, Sabda dan Wisnu, pun tak muluk-muluk. Ke depannya, Zenius harus dapat memberikan sebuah great learning experience untuk users. Zenius juga berencana untuk melakukan perbaikan program agar lebih baik lagi dari sekarang, agar dapat dimanfaatkan oleh seluruh pelajar di Indonesia, sehingga siapapun bisa merasakan serunya belajar dan kerennya science via online.
Baca juga: Jadi Pekerja Digital Kreatif, Mau?
Image header credit: picjumbo.com