Roger Waters yang Kontroversial: Antara Musik & Sikap Politik – Salah satu personil band legendaris Pink Floyd asal Britania Raya– Roger Waters baru-baru ini jadi sorotan media. Pasalnya, ia melakukan aksi “kontroversi” dengan memakai atribut yang terinspirasi dari pentolan Nazi– Hitler berupa lambang kelas pekerja dan jaket hitam panjang lengkap dengan armband merahnya. Ia juga bergaya seolah menodongkan senjata tiruan ke penonton. Akibat aksinya ini, ia diperiksa oleh kepolisian Jerman.
“Simbol, bendera, dan seragam Nazi dilarang di Jerman.” Ucap juru bicara kepolisian Jerman. Penggunaan atribut Nazi juga dianggap melanggar martabat para korban genosida di masa lalu. Selain itu, atribut Nazi juga dianggap membenarkan aturan rezim Nazi yang sewenang-wenang dengan mengganggu ketenangan publik. Aksi Waters ini ngebuat dia diselidiki undang-undang atas dugaan “hasutan rakyat”.
Tentunya Waters punya maksud dalam aksinya tersebut. Ia mengatakan kalo kostum dengan atribut Nazi itu merupakan ikonografi dari film berdasarkan album Pink Floyd– The Wall tahun 1982 yang mengkritik fasisme. Waters juga menyangkal lewat manajemennya kalo ia adalah anti-semit. Ia mengegaskan kalo aksi tersebut adalah pure untuk menentang fasisme, ketidakadilan, dan kefanatikan dalam segala bentuknya.
Ini bukan kali pertama Waters ambil sikap dalam suatu konflik
Selaras dengan lagu-lagu progressive-rock-nya dan lirik yang kritis dan tajam, Roger Waters juga punya sikap demikian dalam kehidupan nyata. Waters pernah jadi pembicara di Rapat Dewan Keamanan PBB di New York, Amerika Serikat, 8 Februari 2023. Di sana, ia mengecam keras invasi yang dilakukan Federal Rusia ke Ukraina serta para provokator yang membuat itu terjadi. Ia menuntut semua pihak yang terlibat buat ngelakuin gencatan senjata yang bisa jadi awal dari perdamaian.
Selain itu, dia juga merupakan anggota dari Boycott, Divestment, Sanctions (BDS) Movement, yaitu sebuah gerakan yang yang dipimpin Palestina untuk memboikot Israel. Contoh nyatanya, pas 2006, ia pernah dapet tawaran konser di Israel. Tapi, setelah ia melihat bagaimana kondisi tempat Palestina yang diduduki oleh Israel, ia menolak konser tersebut. Ia mengecam kalo apa yang dilakukan Israel itu udah ngelanggar hak asasi manusia.
Tentu, sikap-sikap yang diambil oleh Roger Waters ini punya latar belakang yang kuat. Ayahnya tewas terbunuh dalam Perang Dunia II pas Waters masih berusia 5 bulan. Ia bilang kalo ia tahu gimana pahitnya kehilangan seseorang yang dicintai dalam perang. Makannya ia terus menggemborkan kampanye anti perang dalam sikapnya.
Sikap-sikapnya juga sering ia bawa dalam konsernya, termasuk yang terjadi di Berlin beberapa waktu lalu. Dalam konsernya, ia selalu membawa berbagai macam unsur kritik. Contohnya pas ia ngebawain lagu “The Powers That Be”. Di giant screen, ada percakapan berupa comic book muncul yang berisi pesan tentang kekerasan yang dilakukan oleh polisi. Di sepanjang lagu, terpampang nama-nama korban akibat kekerasan yang dilakukan oleh polisi. Lagu ini diakhiri dengan quote berbunyi “Wow. Why are they so brutal?” “Because they want to crush our resistance and continue ruling.”
Aksi yang dilakuin sama Roger Walters ini sebenernya udah ia lakuin sejak lama dan membahas berbagai macam isu. Ini menjadi contoh nyata bagaimana musik gak cuma bisa buat hiburan semata, tapi punya peran yang vital dalam menanggapi isu di berbagai konflik.
Untuk menemukan konten menarik lainnya seputar isu anak muda, yuk kunjungi profil Instagram Ziliun! dan jangan lupa di-follow juga!