#Ziliun30 adalah rangkaian 30 profil tech entrepreneur yang berusia di bawah 30 tahun, yang berpikir dan bermimpi besar, melihat masalah sebagai peluang, menjunjung tinggi kolaborasi, memahami kegagalan sebagai bagian dari proses, serta membuat terobosan strategi marketing dalam bisnis. #Ziliun30 merupakan kerjasama Ziliun.com dengan the-marketeers.com selama September 2014.
Ada satu pasar keliling yang unik di Semarang. Skalanya tidak terlalu besar memang, Nomaden Market namanya. Bukan sekedar pasar keliling yang tidak menentu lapaknya ada di mana, bukan juga tempat jualan barang-barang import ternama. Nomaden Market justru mengusung produk-produk buatan brand lokal dari Semarang untuk diperjualbelikan, mulai dari makanan hingga fashion.
Banyak sekali hal yang melatarbelakangi Rani Nelasari, si dalang Nomaden Market yang punya bisnis online shop di bidang fashion ini untuk menginisiasi Nomaden Market. Berawal dari ia dan beberapa teman yang punya bisnis online shop kecil-kecilan dan ingin berkembang. Nggak sebatas online shop saja tapi juga punya offline store, yang tidak bisa ikut bazaar besar-besaran karena biaya sewa tempat mahal, tapi tetap bisa jualan secara offline. Selain untuk menghindari image penipuan belanja yang sedang marak, lewat Nomaden Market para seller diajak untuk lebih dekat dengan pelanggannya.
Baca juga: Jangan Terlalu Gampang Kagum
Dulu, kali pertama Nomaden Market dibuat memang belum ada bazaar yang mematok biaya sewa tempat terjangkau. Pun saat itu Semarang sedang diserang oleh clothing fest dengan harga sewa mahal tapi produk yang dijual banting-bantingan harga. Nomaden Market pun hadir bawa angin segar.
Fokus Nomaden Market dari awal memang sudah jelas yaitu untuk memenuhi kebutuhan local brand Semarang, terutama mereka yang memproduksi produk sendiri. Tapi dengan adanya Nomaden Market, bukan berarti siapa saja bisa bergabung di setiap bazaarnya. Rani pun menjaga kualitas barang-barang yang dijual di Nomaden Market dengan selalu meng-kurasi brand apa saja yang akan turut ambil andil di bazaar Nomaden Market.
Selain bisa menciptakan persaingan bisnis yang sehat, online shop yang ada juga akan lebih tertantang kreativitas dan inovasinya dalam mengembangkan masing-masing produknya. Secara nggak langsung, lewat proses seleksi ini Rani menekankan kalo produk yang dihasilkan oleh para local brand ini bukan produk sembarangan yang dijual murah meriah tanpa memperhatian kualitas.
Baca juga: Rombak Pola Pikir
Sosial media-pun menjadi salah satu media promosi yang diandalkan oleh Nomaden Market. Menurut Rani, dengan menggunakan sosial media, Nomaden Market bisa menghemat biaya promosi. Nggak harus bayar lagi buat sewa space iklan. Sasarannya pun lebih luas, nggak cuman buat anak muda Semarang aja yang bisa dapet informasi mengenai Nomaden Market ini. Tak lupa, Rani berkolaborasi dengan beberapa akun twitter lokal Semarang dan radio lokal buat promosi seputar Nomaden Market. Dan setiap tenant yang ikut dalam bazaar diwajibkan untuk mempromosikan Nomaden Market melalui sosial media yang mereka punya.
Nomaden Market bukan satu-satunya ide yang tercetus dari Rani. Saat ini ia bersama 3 orang sahabatnya mendirikan Meilleur Ami. Rani fokus ke bidang wedding, terutama fashion, beauty, knick knacks. Sebelum ada Nomaden Market dan Meilleur Ami, ia pernah memiliki 2 brand dan semuanya gagal alias kolaps.
Baca juga: Perusahaan Multinasional: Curi Ilmunya, Bukan Namanya
Pertama ketika itu Rani masih remaja, masih labil dan belum bisa me-manage emosi dengan baik, sehingga kehilangan beberapa asset. Dari situ kemudian tercetus ide buat mendiria Nomaden Market. Karena saat itu ia nggak punya toko dan bingung mau jual kemana barang-barang yang udah diproduksi. Kedua, Rani nggak fokus karena saat itu ia juga bekerja di salah satu media lokal Semarang. Alhasil brand keduanya hanya bertahan sebentar, walau sekarang masih ada dan dikelola sama teman.
Menurutnya, fokus itu perlu dalam membangun sebuah bisnis. Kegagalan dianggapnya sebagai pancingan untuk kesuksesan di kemudian hari. Selain itu, kegagalan adalah pengingat untuk keluar dari comfort zone dan menciptakan sesuatu yang baru lagi, lagi, dan lagi. Sehingga ketika sudah ada niat untuk membangun bisnis, tidak ada kata menyerah saat gagal kemudian, kata Rani.
Satu hal yang selalu dijunjung, yaitu kolaborasi. Sampai saat ini Rani meyakini kalo bisnis nggak akan sukses dijalankan one man show, kita sebagai pelaku bisnis harus pinter menciptakan suatu kolaborasi. Di Nomaden Market meskipun nggak terbentuk menjadi komunitas, baik panitia maupun tenant saling bertautan. Saat ada sebuah bazaar besar di kota lain seperti Jakarta dan Bandung, mereka nggak segan untuk bersama-sama membuka booth di bazaar tersebut. Makanya di Nomaden Market, tenant itu dibagi per kategori dan Nomaden Market selalu berusaha untuk setiap brand yang ambil andil memiliki ciri khasnya masing-masing sehingga mereka bisa berkolaborasi dan saling mengisi.
Baca juga: Pentingnya After-Sales Service Buat Bisnis
Kebukti sih, lewat Meilleur Ami yang mengkolaborasikan antara fashion, aksesoris, dan salon, Rani bisa dibilang sukses. Buatnya, salah satu kunci buat berinovasi dalam mengembangkan bisnis ya dengan kolaborasi. Saat ini Nomaden Market memang sedang vakum, Rani ingin meredakan situasi dimana banyak copycat. Fokusnya ke depan adalah bersiap untuk re-born Nomaden Market.
Penasaran? Yuk kita tunggu Nomaden Market selanjutnya!
header image credit: guruve.com