Ramadhan di tengah pandemi……
Ramadhan di tengah pandemi bisa jadi sesuatu yang gak akan pernah dilupain dalam hidup kita, bener gak? one day, kita bakal inget kalo hari ini, kita menjalankan ibadah puasa dengan semua perasaan dan situasi yang gak pasti, and it feels real. Gak pasti mau makan apa buat sebulan ke depan. karena harus bijak dalam spending, kita gak pernah tau kapan pandemi ini berakhir, dana darurat is a must. Gak pasti dengan larangan mudik (atau pulang kampung hehe) dari pemerintah, karena hey ada aturan lagi kalo mulai tanggal 3 Mei 2020, penerbangan komersil kembali dibuka, walau dengan syarat cuma “pebisnis” yang boleh terbang, but still, semuanya masih penuh tanda tanya, apakah peraturannya akan benar-benar tegas seperti yang ditulis? trus gak pasti dengan urusan refund tiket yang berupa voucher, bukan uang tunai. Belum lagi ketidakpastian masalah karir yang semakin menghantui banyak orang.
Ramadhan tahun ini bukan lagi cuma sekadar momen ngumpul bareng temen haha hihi ketawa bareng pake dress code ala-ala biar lucu, atau hal yang sederhana, dan macet di waktu mau berbuka. Ramadhan tahun ini jadi momen pengingat yang baik kalo pada dasarnya kita sebagai manusia emang jago nya yang bikin rencana, tapi akhirnya kita mesti berhadapan sama yang namanya situasi.
Gak ada yang mau sama keadaan kayak gini, tapi udah kejadian. Klise memang kalo mau bilang time heals, apalagi “semua ada hikmahnya”¸ tapi seenggaknya kita pasti bakalan ada di titik itu, sadar atau engga. Jadi keinget dengan satu punchline dari film Parasite, rencana terbaik adalah melakukan sesuatu tanpa rencana. Bukan dalam artian kita pasrah gitu aja ya, tapi kadang kita mesti nurunin sedikit tension dan membiarkan hidup mengalir, terdengar kayak pasrah, padahal gak juga sih, kita bisa “rehat” dan biarin semesta buat bekerja ke diri kita, tapi jangan lama-lama ya, nanti malah jadi “ketiduran”.
Harus extra sabar…
Di tengah segala ketidakpastian yang ada, kita juga dituntut untuk ekstra sabar, bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus doang, tapi sabar dengan kelakuan orang-orang yang masih aja ngelanggar aturan physical distancing, yang masih aja naikin harga es krim Viennetta, yang masih nyebarin berita hoax di sosial media, dan sabar menghitung hari kapan pandemi ini akan berakhir. Sekarang (dan harusnya emang dari dulu) sabar bukan lagi jadi sekadar basa-basi doang, tapi emang harus banget sabar.
Terus apa lagi?
Saatnya berbagi. Buat menambah kebaikan, gak ada salahnya kita berbagi dalam bentuk materi atau apapun itu. Harusnya semakin banyak orang yang melakukan donasi dari biasanya, karena semakin banyak juga orang yang terdampak. Kalo Ramadhan sebelumnya, bagi-bagi takjil seperti jadi agenda wajib, tapi tahun ini kita bisa ngelakuin sesuatu yang lebih, bagi-bagi sembako ke pedagang yang biasanya mangkal di depan sekolahan, supir angkot yang biasanya narik penumpang, pegawai yang kena PHK, dan masih banyak lagi. Mumpung budget buat bukber tahun ini bener-bener gak ada, mungkin bisa dialihin ke budget buat donasi bagi orang-orang yang membutuhkan.
Dan yang juga gak kalah penting adalah saatnya memaafkan. Tapi bukan hanya memaafkan orang lain, tapi juga memaafkan diri sendiri, supaya hati kita lebih lega. Kita butuh kejernihan pikiran dalam menghadapi situasi seperti sekarang, maafkan, karena kita berhak untuk hidup tenang dan bahagia. Gak mudah memang, tapi proses yang akan berbicara.
Ramadhan Kareem semuanya!
Well, Ramadhan yang kita jalani sekarang, bener-bener “luar biasa” hikmahnya, dan sekali lagi it feels real. Suatu saat nanti, kita pasti bakal balik ke momen sekarang, dan makasih ke diri sendiri karena udah berhasil buat bertahan.
Ramadhan Kareem, yang artinya Ramadhan memberikan kebaikan kepadamu, semoga jadi ucapan yang lebih bermakna lagi. Semoga makin banyak kebaikan.
Ditulis oleh: Ade Sakina