Pernah kepikiran gak untuk menjadikan designrant sebagai ‘konsultan’ yang memang bertujuan untuk kritik aplikasi atau produk?
Sebenarnya kritikan designrant ‘didengarkan’ ada triknya sih.
Mengenai pembahasan suatu aplikasi, itu kita lihat dulu dari berbagai perspektif. Saya kebetulan background-nya dari digital marketing, jadi biasanya saya liat dari conversation online -nya lagi rame atau enggak? Atau apakah dia ada concern-concern tersendiri di beberapa orang secara spesifik atau general.
Sebenarnya kalau dari designrant sendiri gak pernah mematok harus apa, apa atau apa. Tapi semisal ada momentum atau conversation itu kita bisa angkat.
Kalau dari sisi consultant, kita sebenarnya belum tau kedepannya designrant akan transformasi jadi konsultasi berbayar atau tidak. Tapi kalau memang ada peluang, kenapa tidak. Karena sampai sekarang, designrant bekerja dengan waktu-waktu kosong kita.
Kepikiran ke sana memang pernah sekilas kita lontarkan dalam bentuk candaan, tapi kalau untuk sekarang sih kita gak benar-benar memasarkan kalau kita buka konsultasi. Tapi kalau memang ada yang minta untuk konsultasi dan bisa kita penuhi dan tidak mengganggu waktu kerja utama kita, dan sama-sama enak, yaa kenapa enggak.
Kalau ada waktu kosong, kita juga sering explore ke AppStore atau PlayStore trus kita liat aplikasi-aplikasi yang lagi trending dan ramai. Kita lihat tuh, kritikan-kritikan dan reviewnya, itu jadi salah satu bahan bakar kita juga yang membuat kebanyakan konten yang kita angkat itu menjadi terwakili oleh rakyat.
Designrant itu satu tongkrongan ya sama ridehaluing, hrdbacot dkk?
Kita semua di designrant juga sebenarnya gak kenal orang dibalik akun-akun itu siapa. Bahkan tampang dan suaranya seperti apa pun kita juga gak pernah tau. Tapi, mungkin yang membuat suara kita menjadi sama itu karena kita merasa memang sebagai pekerja 4.0 sering melupakan yang namanya serikat buruh yang membuat suara kita semakin di dengar dengan orang di atas. Mungkin, akun-akun ini punya spirit yang sama dan masing-masing tau kalau semua anonim dan saling respect.
Ada gak company yang langsung berubah setelah di-rant? Atau kebanyakan cuma let it go?
Sebenarnya kalau dibilang gara-gara kami, kami gak mau berbesar hati yaa. Tapi mungkin kebetulan ada topik yang kita angkat dan tiba-tiba beberapa hari kemudian ada improvement di situ. Contohnya GoJek. Dulu sempat kita ‘sentil’ terkait order history, design paylater dan gopay yang susah di swipe. Ternyata beberapa hari lalu, ada improvement di bagian itu dan diperbarui. Tapi kita gak mau klaim kalau itu hasil dari kita karna kita juga gak bisa validasi. Tapi yang bisa kita rasain itu topik yang kemarin diangkat dan tiba-tiba jadi fixing. Mungkin sebelum designrant angkat, tim designnya sudah ada ide tersebut, tapi karena gak didengerin jadinya baru terealiasikan setelah kita angkat di designrant.
Ada juga yang nitip nge-rant sesuatu tapi tidak kita angkat karena memang ‘tidak layak’ untuk kita angkat karena saking rapi, bagus, user friendly dan sebagainya. Kayak Ziliun HEHE.
Nanti kita juga berencana buat content pillar baru yang bukan cuma marah-marahin design, tapi juga mengapresiasi design-design yang kita anggap bagus untuk dicontoh.
Ada gak sih orang yang pengen join bareng designrant buat ngisi waktu luang juga?
Banyak sih. Banyak yang mau ngajuin kayak gitu. Tapi balik lagi karena kita jaga anonimitas petugas designrant, jadi selama kita masih bisa meng-handle sebaiknya jangan dulu deh. Dulu sempat ada 2 orang, jadi kita sempat angkat sebuah platform, dibales sama PM-nya. “Wah ini gue setuju banget, anak gua ini kepala batu bla bla bla, tolong dong buat kritik yang lebih pedes versi 2-nya” Terus, gak lama dia ngechat “gue juga mau bikin akun kayak gini deh” dan akhirnya dia ngasih idenya segala macam. Gue bilang sama Om Bas, gimana kalo misalnya dia kita jajakin masuk ke sini.
Ada gak sih company yang baper setelah dikritik?
Kalau as a company sih enggak ada, tapi president design-nya itu sempat baper di Twitter. Waktu itu mau kita retweet, tapi nanti malah jadi ‘bensin’. Tapi ada satu yang bener-bener baper. Waktu itu kita angkat sama anak intern sebelumnya tentang kursus-kursusan yang menjanjikan sesuatu yang tidak masuk akal untuk kita angkat. Gak lama, dia nge-DM kita di Twitter dan marah-marah. Ada juga sebuah website kursus UI/UX yang menjanjikan bisa bekerja di startup unicorn setelah kursus 4 bulan. Dia juga mengklaim bahwa pengajarnya berpengalaman dan bekerja di startup unicorn, padahal perusahaannya bukan yang awam kita kenal. Tapi, setelah kita diskusikan, beberapa waktu kemudian ‘embel-embel’ yang berlebihan ini udah gak keliatan di website tersebut.