Sejak pandemi sering banget denger orang-orang bahas investasi terutama saham. Banyak yang akhirnya penasaran dan coba-coba karena tergiur profit orang yang seliweran di media sosial. Padahal, banyak hal mendasar yang perlu dipertimbangkan sebelum mulai berinvestasi. Mulai dari financial planning sampai ke sisi psikologis kita.
Nah, berangkat dari sana Ziliun akhirnya coba mengulik fenomena ini bareng Aldi Nuary sebagai orang yang sudah cukup lama berkelana di dunia saham. Aldi juga sering berbagi informasi mengenai investasi dan perkembangan saham di akun Instagramnya yaitu @persahamanduniawi.
Sejarah Persahaman Duniawi
Pertama terjun ke pasar modal di tahun 2018, sebagai newbie Aldy masih senang sharing tentang saham di akun pribadi. “Tapi lama kelamaan kok jadi kaya sok asik, belum tentu yang lain tertarik”. Akhirnya, ia memutuskan untuk membuat akun khusus untuk membahas investasi dan perkembangan saham ini.
Berbarengan dengan hype-nya embel-embel ‘duniawi’ dari konten Gofar Hilman, tercetuslah nama akun Persahaman Duniawi ini. Akun ini mulai show up dengan logo berwarna hijau dan merah terang yang melambangkan istilah bullish (kenaikan harga) dan bearish (penurunan harga) pada saham.
Bagaimana pandangan Mas Aldi melihat tren saham sejak pandemi?
Aldi menilai trigger tren saham dimulai sejak viralnya tweet salah satu ibu rumah tangga yang curhat mengenai dampak pandemi ke keluarganya yang banyak cicilan tapi suami sudah tidak bekerja. Isu tersebut ditangkap oleh financial content creator buat mengedukasi mulai dari financial planning sampai persentasenya untuk berbagai kebutuhan, nih.
Setelah itu, booming-lah masalah saham. Khususnya bulan Januari – April karena tren saham yang cenderung naik. Dari sana, makin banyak yang pamer profit sehingga menarik rasa penasaran banyak orang.
Apa yang harus kita persiapin sebelum terjun investasi di saham?
Mulai edukasi terlebih dahulu mengenai financial planning sederhana dan dana darurat beserta persentasenya. Contohnya 10:20:30:40 di mana 10% dari uang bulanan digunakan untuk kegiatan sosial, 20% untuk dana darurat, asuransi, investasi, tabungan, 30% untuk maksimal cicilan dan 40% untuk kebutuhan sehari-hari.
Satu hal yang tak lupa Aldy tekankan yaitu untuk mengutamakan dana darurat (setidaknya 6x biaya hidup bulanan), asuransi dan tabungan sebelum mengalokasikan dana ke instrumen investasi. Selain itu, perlu juga mengenali tiap produknya agar paham dengan profil resiko masing-masing. High risk, high return.
Kalau mau coba-coba belajar boleh gak?
- Bisa coba pakai akun demo di apps trading online.
- Bisa juga bagi 20 persen, dibagi 10% untuk dana darurat, 10% untuk invest.
- Jangan lupa resiko yang mungkin terjadi.
Kenapa sih bisa ada orang yang rela berhutang untuk invest ke saham? Apakah ada pengaruh dari influencer dalam mempengaruhi?
- Influencer sebenarnya tidak sepenuhnya salah, tapii kadang banyak yang salah tangkap. Tapi, banyak yang lupa dan gak perhatikan bahwa keuntungan yang tinggi punga resiko yang tinggi pula.
- Influencer, financial content creator hingga broker dll pasti hanya menawarkan hal-hal yang baik saja. Jadi, perlu tanyakan resiko-resiko yang mungkin terjadi.
Investasi dan trading?
Menurut Aldi, ini hanya masalah time horizon, semakin sedikit jangka waktunya maka butuh kemampuan lebih untuk analisis secara teknikal untuk tahu kapan menjual dan membeli serta paham pola harganya.
- Investor : hold bertahun-tahun. Biasanya melihat fundamental perusahaan untuk menilai kelayakan suatu perusahan untuk dipilih. Perusahaan yang bagus dan konsisten menghasilkan laba tiap tahun, tentunya ada untung di kita
- Di saham ada 2 macam keuntungan, capital gain (selisih harga beli dan jual) dan dividen (bagi hasil keuntungan perusahaan bagi pemegang saham)
- Trader dan investor sama aja, lebih ke berapa lama hold sahamnya.
Baca juga: Mau Investasi Tapi Bingung? Cari Tahu Strateginya!
Apakah ada saran untuk meminimalisir loss atau kerugian dari investasi?
Teknik yang paling umum, sih pakai Dollar Cost Averaging (DCA) atau membeli saham yang sama dengan harga sama secara rutin. Dengan ini, kita bisa mengatasi harga saham naik turun (fluktuatif) dan tetap dapat harga rata-rata, walaupun harga saham sedang turun. Karena itu, penting dalam investasi untuk punya tujuan dan tahu berapa lama dan berapa banyak yang perlu diinvestasikan/ditabung di saham.
Gimana cara mengatur waktu untuk riset atau screening untuk trading?
Aldi biasa melakukan riset atau screening saat bursa tutup di hari sabtu atau minggu untuk persiapan trading di hari buka bursa. Ia juga tidak terlalu banyak menghabiskan waktu untuk riset saham dan belakangan ini lebih banyak meluangkan waktu untuk kelas saham yang diadakannya.
Apakah benar saham dipengaruhi oleh sentimen-sentimen dari lingkungan?
Bener banget, oleh karena itu ilmu yang paling tinggi di trading adalah sisi psikologis (self mastery) atau psychological trading yaitu bagaimana kita bisa mengendalikan diri sendiri untuk membeli,jual bahkan untuk tidak melakukan apa-apa. Terkadang, walaupun sudah punya trading plan atau target, tapi karena ada berita tertentu justru banyak yang ikut-ikutan atau istilahnya FOMO.
Tips untuk newbie sebelum terjun ke dunia saham
Bagi newbie, pemilik akun Persahaman Duniawi ini berpesan untuk mengubah kata ‘main saham’ dengan ‘investasi’. Karena kita mau serius, mulai dengan mengubah kata main dengan investasi karena memang serius ingin menghasilkan keuntungan dari perusahaan tersebut. Hindari juga rekomendasi dari orang lain dan belajar untuk analisa sendiri. Jangan sampai menyalahkan orang lain waktu loss karena mengikuti rekomendasinya.
Tak lupa, penuhi terlebih dahulu dana darurat, asuransi, tabungan barulah masuk ke investasi. Saat investasi pun perlu diversifikasi, untuk mencegah kerugian yang besar. Bisa ke saham, emas, reksadana, obligasi dan deposito.
Setiap produk investasi pasti ada resiko, penting untuk kenali setiap produk agar bisa mengantisipasi dan memanage resiko tersebut. Baru beranjak ke profit atau return yang akan kita terima.
Yang harus kita inget dan yang sering diulang-ulang sama Persahaman Duniawi terkait investasi: High risk high return!