Suatu hari di kelas TBB ITB, Yansen Kamto bertanya kepada mahasiswa di sana satu kalimat yang membuat mereka membisu yaitu “Apa tujuan hidup lo?”. Karena tidak mendapat respon, dia pun berinisiatif untuk mengganti pertanyaannya menjadi “Apa mimpi lo?” kemudian berubah lagi menjadi “Apa passion lo? Atau apa yang lo suka deh” yang akhirnya membuka beberapa suara dan diskusi pun dimulai.
Sementara itu saya masih tertahan dengan pertanyaan “apa tujuan hidup lo?” atau yang bisa kita sebut dengan purpose. Pertanyaan tersebut benar-benar menggelitik telinga saya, membuat saya bertanya-tanya mengapa pertanyaan ini lebih sulit dijawab dibandingkan pertanyaan “apa passion lo?”. Apa karena kata passion lebih sering “dilagukan”? Hingga semua orang berlomba-lomba untuk mencari passion mereka dan ketika menemukannya cukup berhenti sampai situ saja?
Baca juga: What Five Historical Figures Say About Life Purpose
Sebelumnya saya pernah bercerita mengenai apa itu passion di blog saya. Kata passion diduga berasal dari pidato Steve Jobs yang mengatakan “…the only way to do great work is to love what you do. If you haven’t found it yet, keep looking”. Ironinya, Steve Jobs mendirikan Apple demi mencari uang bukan karena passion. Sayangnya banyak sekali orang-orang yang berlindung dibalik kalimat “follow your passion” untuk tetap berada di zona nyaman atau mungkin hal yang mudah saja, hal yang dia suka saja. Saya beranggapan bahwa orang-orang sukses itu sebenarnya menyukai pekerjaannya (yang kemudian mereka sebut passion) itu karena telah lama berkontribusi dalam bidang tersebut. Dan berkontribusi berawal dari purpose.
Sederhananya, purpose adalah “WHY”. Kenapa kita hidup? Kenapa kamu membuat karya tersebut? Kenapa startup-mu itu dibutuhkan oleh masyarakat? Dari purpose inilah akan muncul vision. Dan vision akan menjadi “WHERE”, yang membuat segalanya menjadi terarah dan memiliki tujuan.
Baca juga: Melempem Duluan, Mimpi Pun Nggak Akan Terkejar
Ibaratnya nih kalau punya purpose itu seperti orang tua kita yang bekerja bukan karena mereka suka akan pekerjaannya melainkan alasan agar anak-anaknya bisa makan. Purpose mereka adalah anak-anaknya. Dengan kata lain juga, purpose membuat kita tidak mengeluhkan sebuah pekerjaan yang nggak kita suka karena kita selalu percaya bahwa “banyak jalan menuju Roma”, banyak jalan menuju tujuan kita walau jalan itu bukan bidang yang digeluti. Mengutip kalimat Kugy di perahu kertas-nya Dewi Dee Lestari; “kita semua berputar. Mengerjakan sesuatu yang kita nggak suka demi hal yang kita suka”.
Sekali lagi, diingatkan kembali dengan kalimat yang sering ziliun.com katakan; “What we believe and what we often tell you is, passion doesn’t matter. What matters is purpose”. Beneran deh passion nggak masalah, cuma mungkin udah saatnya kita mikirin juga tentang purpose. Karena passion dan purpose memang haruslah berdampingan, tidak dapat dipisahkan. Ibarat naik sepeda, saat kita punya tujuan (purpose), kita tahu kemana kita akan mengayuh sepeda tersebut, apalagi jika kita senang bersepeda (passion), kita bisa menikmati setiap perjalanan menuju tempat tujuan kita.
Baca juga: Memilih Berkarya