Lembur pada dasarnya tidak kita sukai. Namun, kadang lembur menjadi sesuatu yang kita mau karena ada sesuatu. Butuh uang lebih misalnya. Atau jika tidak lembur, kita meluangkan waktu untuk mendapatkan pekerjaan sampingan. Keduanya dilakukan dengan tujuan yang tak jauh berbeda, yaitu supaya dapat uang lebih banyak.
Dengan punya uang lebih banyak harapannya adalah bisa membeli gadget lebih banyak, bisa makan lebih enak, bisa main ke tempat lebih baik dan seterusnya. Mengikuti insting untuk naik kasta dalam ranah dunia pergaulan. Dan diakui atau tidak, kita semua melakukannya. Ya, termasuk saya.
Dengan mendapat lebih banyak kita berpikir bahwa hal itu akan membuat kita lebih bahagia. Sesaat memang benar. Kita yang bisa nongkrong di warung kopi kelas mall memang lebih bahagia daripada mereka yang pemasukannya hanya cukup untuk makan tiga kali sehari. Namun, tak jarang mereka yang biasa naik mobil mewah lebih stress daripada yang bisa menikmati hijaunya pepohonan dan menguningnya padi sambil ngopi di teras rumah.
Baca juga: Bikin Startup? Modal Uang Ngga Cukup!
Kebahagiaan itu ada batasnya. Setidaknya begitulah hasil penelitian dari Elizabeth Dunn dan Michael Norton.
Di Amerika Serikat, tempat mereka mengadakan penelitian diketahui bahwa batas jumlah uang untuk bisa menikmati hidup ‘bahagia’ adalah $75,000 dalam setahun. Ini berarti dalam sebulan mereka akan menghabiskan sekitar 58 juta rupiah. Berdasarkan laporan penelitian, ternyata mereka yang pemasukannya lebih dari $75,000 dalam setahun kebahagiaannya tidak bertambah. Uang sisa dari $75,000 tadi tidak ada efeknya dalam soal kebahagiaan. Mungkin ini seperti kata pakar makanan, satu gigitan awal itu jauh lebih lezat dari gigitan ke-29. 😀
Kebahagiaan pada seseorang yang berpenghasilan $25,000 setahun dan di tahun berikutnya naik menjadi $50,000 juga tidak bertambah 2 kali lipat. Karena nyatanya mereka yang berpenghasilan $50,000 hanya 9% lebih berbahagia daripada yang memiliki penghasilan $25,000. Sungguh tidak jauh berbeda.
Nampaknya kebahagiaan memang ada batasnya. Batas di mana pada akhirnya kita sadar bahwa yang kita miliki adalah cukup. Lalu, jika memiliki uang lebih harus bagaimana? Saya terlalu kaya ini sepertinya?
Baca juga: Bitcoin, Uang Digital di Era Digitalisme
Merujuk pada hasil riset Dunn dan Norton, jawabnya adalah belilah pengalaman. Pergi ke tempat-tempat bersejarah misalnya. Atau yang lebih mudah adalah nikmati apa yang dimiliki. Menjadikan mobil lebih bermanfaat dengan meminjamkan ke teman misalnya. Atau menggunakan kolam renang di belakang rumah lebih sering. Karena tak jarang sesuatu yang kita miliki hanya menjadi pajangan dan hiasan seolah tak berguna.
Riset yang lain juga menyebutkan bahwa uang lebih bisa membantu kita lebih berbahagia. Meaning, uang bisa membeli kebahagiaan. Dengan syarat uangnya digunakan untuk membantu orang lain alih-alih membeli barang.
Jadi, uangnya mau diapakan? 🙂
Baca juga: Alasan Internet Indonesia Lemot: Gak Cukup Uang?
Artikel ini ditulis oleh Saiful Muhajir dan sebelumnya dimuat di sini.
Image credit header: fabfebi.com
Comments 1